BAB 20 : TOWARDS THE RING

1.8K 252 27
                                    

Dua manusia dewasa yang tengah berdiskusi di ruang kerja itu tampak sangat serius, yang rupanya adalah Marcus dan Zin.

Marcus menaruh kedua tangannya di saku celana, pinggulnya bersandar pada meja kerja. Sebatang rokok tembakau mangkir di antara bibir merahnya. Sangat seksi.

"Kalau pun mereka akan menyerang di perbatasan, aku ingin kau taruh seluruh para ksatria hitam, sebagai penjagaan." Marcus mengambil kembali rokoknya kemudian menghembuskan kepulan asap rokoknya ke udara.

Zin mengerutkan alisnya, jelas ada sesuatu yang mengganjal isi hati dan pikirannya "langkah yang mereka ambil selalu saja terang-terangan dan agresif, Yang Mulia. Saya hanya berharap kita memiliki persiapan yang matang."

Marcus terkekeh, Zin memang selalu menghawatirkan apapun, dan sudah menjadi sifat dasar tangan kanannya itu "tidak perlu meragukan kemampuan para ksatria ku, Zin. Mari kita lakukan seperti biasanya-" Marcus mengisap rokoknya lagi, dan kalimatnya terjeda beberapa saat "dan tetap berkabar dengan Olexu, pastikan matanya tetap mengawasi istana." Selain Zin yang merupakan tangan kanan, Olexu adalah tangan kirinya Marcus, yang bertugas sebagai penasihat calon kaisar di bawah naungan permaisuri. Sisi sang ibu adalah tempat teraman bagi Marcus.

"Baik, Yang Mulia."

Marcus terdiam beberapa saat dan memikirkan sesuatu, rokoknya kembali dihisap kemudian dihembuskan.

"Gerald mengirim pesan padaku, dia telah sampai di Mansion Halder. Aku yakin selepas kita kembali, Aren akan menghadapi beberapa pertanyaan-" Marcus berjalan menuju jendela dan melihat pemandangan, Zin pun hanya melihat punggung lebar tuannya yang kekar "Zin. Bagaimana pun terlihat sempurnanya sebuah keluarga, selalu ada celah tak terlihat, aku ingin tahu apa yang membuat Aren, berkeinginan bunuh diri."

Suasana ruang kerja itu pun menguarkan kabut rasa tak nyaman. Seolah kegelapan tengah menyelimuti punggung Putra Mahkota.

Zin, mengetahui sisi Marcus yang seperti ini, Zin sudah terbiasa, dirinya telah mengabdi selama belasan tahun dan tidak asing akan sesuatu yang berkaitan dengan Marcus. Sebuah buku memang tidak boleh dilihat dari sampulnya saja. Tentunya.

Rahangnya yang tajam terlihat menegang, sehingga otot wajahnya timbul "Selidiki sang penyihir hitam, istri kedua Archduke Halder -ibu Arennanh- dan koalisi Ayahnya bersama Duke Derecster." Urat hijau menonjol di dahi wajah pria itu, jelas pertanda sebuah rasa amarah yang kuat.

"Di keluarganya, aku hanya percaya istriku, dan Gerald, walaupun aku yakin Gerald tahu beberapa hal namun ada sesuatu yang membungkam mulutnya, dan mari selidiki itu."

Zin, mengangguk tegas. Perawakannya juga tak kalah kuat dari tuannya. Sekian tahun terjun di lapangan perang membuatnya memiliki tubuh yang kuat. Marcus memungutnya ketika dirinya dicap sebagai anjing gila dari Utara. Kemampuannya yang tak main-main dalam penyelidikan serta strategi jarang atau bahkan tidak pernah membuat Marcus kecewa.

Ketika perintah Marcus turun, maka Zin mampu mengorek informasi seseorang bahkan sampai ke lubang pantatnya -informasi terdalam- maka berhati-hatilah untuk siapapun itu jika Marcus sudah memberinya perintah. Intinya, Zin adalah bidak catur terkuat Marcus, namun siapa yang mampu melumpuhkan Zin? Nihil.

Marcus tersenyum kecil, menunggu dengan tenang, hasil yang akan diperoleh Zin. Ia menatap pemandangan taman dengan santai.

"Sungguh orang-orang yang bodoh." Gumamnya.

Yah, kurang lebih begitulah beberapa saat yang lalu ketika citra Marcus terlihat sangat keren. Namun, lihat sekarang. Calon kaisar itu tengah berlutut di depan Aren dengan wajah memelas.

"Sayang, aku tahu kemarin adalah kesalahanku, dan aku khilaf." Tubuh besarnya berlutut dengan kedua tangan kekarnya tertempel dengan sopan diatas pahanya, tengah menunjukkan sikap yang lembut dan rendah diri, walaupun Aren tahu Marcus tidak seperti itu. Ada udang di balik batu, bisa saja Marcus tidak serius dengan ucapannya saat ini.

[BL] THE CROWN PRINCE FIANCÉ (ON GOING🟢)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang