Part 1

1.7K 53 0
                                    

Sore ini, Anisa sedang berada di sebuah taman dekat rumahnya bersama putri kecilnya. Ashira Shalva Karisma. Putri dari Anisa Rahma dan Bisma Karisma yang masih berumur 1 tahun. Bisma merupakan seorang direktur dari salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia. Sedangkan Anisa merupakan seorang Chef di sebuah hotel ternama yang terdapat di Jakarta. Namun, semenjak Ia menikah dengan Bisma, Anisa memutuskan untuk berhenti bekerja di hotel itu dan lebih memilih untuk berbisnis cathering. Ia ingin melayani dan meluangkan waktunya bersama Bisma dan anak-anaknya kelak. Anisa tahu kalau membuka bisnis cathering tidak terlalu menyita waktu bersama keluarga kecilnya.


"Satu suap lagi ya, sayang" Anisa yang sedang menyuapi Ashira atau biasa dipanggil Shira itu. Dengan cepat Shira membuka mulutnya lalu melahap satu sendok terakhir bubur bayinya. Shira langsung tertawa senang ketika tahu kalau makanannya sudah habis. Anisa juga ikut tertawa melihat tingkah laku gadis kecilnya itu. Ia langsung mengangkat tubuh mungil Shira itu dan memangkunya. Tak lupa Anisa memberikan air putih di botol yang sudah Ia sediakan untuk Ashira. Shira langsung saja mengambil botol itu dan langsung meminumnya. Setelah itu Ia bersandar di tubuh Anisa dengan posisi senyaman-nyamannya.


"Mamamamatututu" Oceh Shira sambil merentangkan salah satu tangannya saat Ia melihat beberapa balon yang dijual yang letaknya tak jauh dari kursi taman yang kini Ia tempati bersama bundanya.


"Shira mau balon? Kita beli balonnya ya" Anisa yang ingin pergi menuju ke tempat penjual balon itu. Ia bangkit dari duduknya sambil menggendong Shira.


"Balon pesanan tuan putri kecil sudah datang" Tiba-tiba saja Bisma sudah ada di belakang Anisa dan membawa sebuah balon untuk Shira. Anisapun langsung menoleh kearah suaminya itu. Shira juga ikut melihat kearah ayahnya yang membawakan sebuah balon untuknya. Shira merentangkan kedua tangannya kearah balon tersebut. Bisma yang paham dengan gerak anaknya itupun langsung memberikan balon itu kepada anaknya. Bisma memang hampir setiap hari datang ke taman itu ketika Ia pulang kerja. Ia sengaja pergi ke taman untuk menjemput istri dan anaknya, karena memang hampir setiap sore Anisa selalu membawa Shira pergi ke taman.


"Ayahnya tau aja kalo anaknya lagi mau balon" Ucap Anisa. Bisma hanya tertawa kecil mendengar penuturan Anisa.


"Pulang yuk. Udah sore ini" Ajak Bisma. Anisa hanya mengangguk. Setelah itu Bisma mengambil alih Shira dari tangan Anisa dan menggendongnya dengan salah satu tangannya. Sedangkan tangan satu lagi Ia gunakan untuk menggenggam tangan Anisa. kemudian keluarga kecil itu kembali ke rumahnya.


——-


Keesokan paginya


Anisa terbangun pada pukul 5 pagi. Ia melihat Bisma yang masih tertidur pulas dengan posisi memeluknya. Dengan perlahan, Anisa mengangkat salah satu tangan Bisma yang berada di pinggangnya tersebut. Setelah itu Anisa beranjak dari tempat tidurnya lalu mencium Bisma sekilas. Kemudian Ia segera pergi ke dapur untuk membuatkan sarapan untuk suami tercintanya :3

Saat Anisa sedang membuat makanan, tiba-tiba saja Ia merasakan perutnya amat sangat nyeri. Piring yang sedang Ia pegang itupun lepas dari tangannya hingga piring tersebut pecah. Bisma yang sepertinya sudah bangun dan mendengar suara pecahan piring itu segera keluar dari kamarnya dan menghampiri Anisa yang berada di dapur. Ia melihat istrinya tengah meringis kesakitan memegangi perutnya.


"Ya ampun, Anisa. kamu kenapa, Nis? Kita ke rumah sakit sekarang ya" Bisma yang terkejut dengan istrinya yang tengah kesakitan itu. Ia membantu Anisa berjalan menuju ke sofa yang berada di ruang keluarga. Anisa menggeleng lemah.


"Gak usah, Bis. Ini Cuma gejala mau datang bulan aja kok. Beberapa hari lagi juga hilang sakitnya" Tolak Anisa halus. Kemudian Ia duduk bersandar di bahu Bisma yang juga tengah duduk di sofa. Bisma mengelus rambut hitam pekat istrinya itu.


"Yakin gak kenapa-napa? Muka kamu pucat, sayang. Aku takut kamu kenapa-napa" Ucap Bisma dengan nada khawatirnya. Anisa menatap wajah Bisma dalam. Kemudian Ia tersenyum. Lalu mengelus salah satu pipinya.

"I'm okay, Bisma. jangan khawatir. Kamu sarapan aja sana. Aku mau beresin piring yang pecah tadi" Anisa yang ingin beranjak dari sofa itu, namun dengan cepat ditahan oleh Bisma.


"Kamu masih sakit, Anisa. jangan terlalu maksain. Kan masih ada bibi yang bisa beresin piring itu. Aku. Mau. Kamu. Istirahat. Sekarang. Juga" Tutur Bisma dengan tatapan dinginnya. Anisa hanya bisa pasrah ketika suaminya menatapnya seperti itu. Anisa sudah sangat hafal dengan sikap Bisma yang seperti ini. Bisma bersikap dingin seperti itu juga karena ada alasannya. Ia tidak mau istrinya semakin sakit.


"Oke oke aku istirahat. Tapi aku mau istirahat di kamar Shira aja ya" Ucap Anisa yang ingin pergi ke kamar anaknya. Namun tangannya ditahan oleh suaminya. Anisa menatap Bisma jengah.


"Apalagi tuan Bisma Karisma? Nyonya Anisa Rahma-mu ini ingin isitrahat di kamar putri kecilmu" Bisma terkekeh mendengar penuturan istrinya itu. Setelah itu Ia mengambil sesuatu di sakunya.


"Kamu gak mau pakein aku dasi lagi?" Ucap Bisma yang memegang dasinya. Anisa mengambil dasi itu dengan malas.


"Dasar manja" Decak Anisa sambil memakaikan dasi suaminya itu. Bisma hanya tertawa kecil melihat kelakuan istrinya itu :3

ANISA


Sudah hampir seminggu ini perutku terasa nyeri. Rasanya tubuhku lemas sekali. Dan akhir-akhir ini aku juga sering mengalami pendarahan. Padahal aku sedang tidak hamil. 2 hari yang lalu aku sudah cek ke rumah sakit, dan katanya hasil cek itu akan keluar hari ini. Tentunya tanpa sepengetahuan Bisma. Aku tidak ingin membuat Bisma cemas dengan kondisi tubuhku yang sepertinya ada yang tidak beres ini.


Setelah selesai bersiap, aku segera pergi ke rumah sakit untuk mengambil hasil pemeriksaan penyakitku itu. Aku hanya pergi sendiri. Karena saat ini Shira sedang berada di rumah kakek dan neneknya alias kedua orangtua Bisma. kedua orangtuaku tidak tinggal di Jakarta. Mereka tinggal di daerah Bandung. Yaa kurasa jaraknya tidak terlalu jauh dengan Jakarta.


Aku telah sampai di rumah sakit ini. Segera kulangkahkan kakiku menuju ke ruangan dokter yang beberapa hari yang lalu memeriksa keadaanku. Christy. Dia-lah dokter yang memeriksaku sekaligus sahabatku sejak SMA.

Beruntung sekali aku memiliki sahabat sepertinya yang bisa menjadi tempat curhatku sekaligus mengobatiku saat aku sakit. Christy juga sudah berkeluarga sepertiku. Dia sudah memiliki seorang anak laki-laki yang masih berumur 4 tahun.


Akhirnya aku sampai di ruangan Christy. ia melihatku dengan tatapan yang tidak dapat kubaca. Ada apa dengan dia? Apakah aku mengalami penyakit yang cukup serius?


"Nis. Besok lusa kita ke Amrik yuk. Kita kesana berdua aja. Gak usah sama suami dan anak. Gue kangen kita jalan berdua" Ucap Christy. Nada suaranya kayak lagi nahan nangis gitu. Matanya juga berkaca-kaca. Kenapa sih dia? Kok ngajak jalannya mendadak gini ya?


"Yah anak gue masih 1 tahun, Ci. Belum bisa gue tinggal-tinggal. Apalagi keluar negeri gitu. Lagian kenapa harus ke luar negeri? Di Indonesia aja gak bisa emang? Lo kenapa sih, Ci?" Aku yang bertanya bertubi-tubi pada Christy. Christy malah ngalihin pandangannya dari aku. what's wrong?

2 Become 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang