15

2.6K 238 11
                                    

Ramainya jalanan di siang hari membuat beberapa jalan utama Bangkok sedikit mengalami kemacetan. Membuat salah satu pengemudi yang berada dibalik setir mobil berwarna biru berinisiatif menghidupkan musik untuk menghilangkan rasa bosan yang menghampirinya. Bibir tipisnya tampak ikut bersenandung mengiringi tiap lagu yang terputar.

Mata rusa itu sesekali melirik penumpang yang berada disampingnya. Dengkuran halus dengan selimut tipis yang menutupinya membuat si penumpang terlihat seperti seorang bayi diusianya yang sudah kepala dua.

Mereka akhirnya pulang ke Nonthaburi setelah tiga hari. Karena kegiatan yang mereka lakukan hari itu dan beberapa adegan manja Fort yang selalu ingin dipeluk oleh Peat membuat luka yang masih basah itu kembali terbuka, membuat Fort harus dirawat lebih lama satu hari karena lukanya yang kembali dijahit.

Setelah itu Peat selalu menolak permintaan Fort, baik itu kecupan atau pelukan. Peat sangat yakin jika ia berikan satu kali kesempatan, Fort akan memanfaatkannya dengan baik dan itu tentu akan berbahaya dan memperlambat kepulangan mereka. Alhasil Fort sering merajuk dan mendiaminya seperti sekarang.

Pagi ini Fort bersikeras agar dia yang membawa mobil agar Peat tidak lelah, tapi tentu saja ide itu ditolak Peat mentah mentah. Oh ayolah, siapa juga yang akan membiarkan seorang pasien mengendarai mobil tepat setelah ia dipulangkan? Apalagi berkendara dari Bangkok memakan waktu 2 jam lebih, dan hari ini pun macet, bisa jadi mereka akan berada diperjalanan 4 jam lamanya.

Jari jari kurus dan panjang itu pun berhenti dari ketukannya diatas setir mobil ketika melihat mobil didepannya sudah mulai bergerak. Peat kembali fokus pada jalanan yang mulai terlihat lebih lapang.

Tanpa disadari sebuah tangan perlahan bergerak mengitari pinggangnya. Mata besar itu tampak melirik si pengemudi, bibirnya terangkat untuk tersenyum disertai gigitan dibibir bawah tebalnya. Wajah liciknya mulai tampak ketika lingkaran tangannya ternyata tak direspon apapun oleh si pengemudi.

Perlahan jarinya mulai turun untuk dapat masuk melalui bawah t-shirt yang digunakan Peat. Jarinya pun kemudian naik hingga akhirnya ujung telunjuknya mulai merasakan sensasi dingin kulit pinggang Peat.

Plakk

"Kau mau aku turunkan?" Peat memukul tangan yang mulai menggerayangi pinggangnya kuat. Matanya mendelik tajam pada Fort yang malah terkekeh geli karena respon Peat. Seperti yang diharapkan dari seorang Wasuthorn, wajah marah yang sangat menggemaskan.

"Peat, aku bosan" keluh Fort manja, pantatnya mulai bergerak ketengah inci demi inci. Tubuhnya selalu memerintah untuk bersentuhan dengan Peat.

Tuk

Tubuh besar itu akhirnya membentur persneling dan rem tangan yang berada ditengah, membuat gerakannya terhenti dan tak bisa lagi menjadi lebih dekat pada Peat. Matanya menatap tajam kearah penghalang tersebut, bibirnya berkedut ingin menyumpahi ide orang yang menaruh persneling dan rem tangan ditengah tengah mobil.

"Dengarkan saja lagu yang kuputar. Playlistku menyenangkan asal kau tau" bibir tipis itu tersenyum bangga setelah memamerkan list lagu keren yang ia miliki.

"Aku sudah sering mendengar playlistmu. Berikan aku mainan lain"

"Kau mau apa?"

"Aku tak menolak jika kau memberikan bibirmu- Akk!!!" tarikan pada rambutnya sukses membuat Fort menjerit tepat setelah kalimatnya selesai. Dengan mata yang masih mengamati jalan, Peat dengan acak meraih rambut Fort untuk ditarik. Kepala mesum itu harus diberi pelajaran agar kembali normal.

"Jangan menyiksa pacarmu begitu Peat. Kau akan malu nanti jika berjalan dengan pacar botak" keluh Fort setelah rambutnya terlepas dari tangan Peat. Ia mulai menurunkan cermin diatas kepalanya dan membenahi rambutnya yang berantakan karena tarikan Peat.

JINX - FORTPEAT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang