Akhirnya kami sampai di Pembuangan. Ternyata tidak seburuk namanya, tempat ini bukan betul-betul pembuangan, hanya namanya saja.
Kalian tahu, dulu aku selalu mengira Pembuangan itu tempat Pembuangan terakhir sampah. Ternyata spekulasiku salah besar, Pembuangan merupakan hamparan rumput luas, dengan banyak bukit, dan gunung yang dakiannya lumayan curam. Jangan lupakan angin dingin diatas sana perjalanan kami tidak akan mudah!
"Yah Rine, sepertinya kita harus mulai mendaki sekarang." Sophie tua mulai menapakkan kaki, berjalan mendaki jalan setapak yang mulai miring. Terjal sekali loh, banyak bebatuan disini.
Genap sudah kami berjalan satu jam dan akhirnya kami berhenti karena Sophie kelelahan. Kami duduk beristirahat pada bebatuan besar sambil Sophie memakan satu rangkap roti isi keju.
Bicara soal makan aku baru ingat belum makan sejak dua hari terakhir. "Ini." Sophie menengadahkan tangan kanannya yang berisikan belah tengah roti rangkap keju yang dia makan tadi.
"Rine, sepertinya aku jadi merasa lebih sehat saat menjadi tua." Sementara aku makan, Sophie bangun seperti sedang mencari sesuatu. "Meong?" Yang artinya mencari apa kak? Tanyaku. Dia membelah rerumputan yang tubuh subur disana dengan kayu panjang yang diambilnya entah dari mana.
"Tongkat." Jawabnya singkat, aku diam duduk mengamati tidak berniat membantu sedikitpun. Ternyata melihat orang lain kesulitan itu menyenangkan juga! ( jangan ditiru )
Hampir lima belas menit berlalu yang tidak membuahkan hasil, terik matahari benar-benar menyengat kulit. Sophie masih setia mencari tongkat yang diinginkannya itu.
"Ketemu!" Sophie berseru riang, hampir meloncat saking senangnya. Aku segera berlari kecil menghampirinya penasaran. Sebuah batang kayu ramping yang lumayan panjang kelihatan kokoh cocok dijadikan tongkat jalan tersangkut disemak-semak.
"Bantu aku menarik ini Rine!" Sophie berjuang sekuat tenaga menarik batang kayu itu. Aku melongo diam, bagaimana caranya aku membantu dalam wujuh kucing seperti ini?
"Kenapa diam saja?!" Sophie berseru peluh keringat sudah membasahi dahinya. "Meong, meong meong meong meong-meong." Yang artinya, aku ini kucing, yang ada malah aku yang tersangkut disemak-semak.
Sophie diam, bergumam benar juga lalu mendengus kesal. Akhirnya batang kayu itu berhasil dilepaskan, sebuah orang-orangan sawah dengan setelan kemeja berdiri dengan tegaknya. Kepalanya mirip lobak, dan ada gambar wajah tersenyum disana! Aku langsung bersembunyi dibelakang Sophie.
"Eh?" Sophie keheranan bagaimana bisa ada orang-orangan sawah disini? Dan tegak sekali berdirinya. Belum habis berpikir tiba-tiba si Kepala-Lobak itu bergetar, meloncat-loncat kesana-kemari dengan sendirinya.
Sophie terjengit kaget sambil memekik, aku mendesis. Barusan orang-orangan sawah itu hidup!? "Aku selalu membenci lobak sejak kecil, setidaknya kau tidak jungkir balik! Selamat tinggal."
Sophie melanjutkan perjalanan membuatku buru-buru mengejarnya sepanjang jalan dia lagi-lagi mengerutu, "Diatas sini dingin sekali..., tidak adakah orang baik disini?!" "Aku bahkan masih bisa melihat kota dari atas sini, apa aku berjalan belum terlalu jauh?" Hembusan angin semakin tidak karuan, makin naik keatas suhu makin dingin.
"Meong!" Yang artinya, Kak! Lihat! Aku berseru-lantas mengeong pada Sophie, dia berbalik. "Pergilah, berhentilah mengikuti kami, kau tak perlu berterima kasih padaku, kau tak berhutang apapun padaku!" Benar saja, Kepala- Lobak itu meloncat-loncat jauh dibawah sana hendak kemari mengikuti kami.
"Aku yakin kau terkena beberapa mantra, dan aku sudah cukup dengan penyihir dan mantra!" Seru Sophie, si Kepala-Lobak itu diam ditempat masih meloncat-loncat, sementara Sophie berteriak-teriak disini. " Pergilah carilah ladang dan berdirilah disana!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RINE | Howl's Moving Castle X Reader ( Slow update )
Fanfic[+15] Seandainya itu bukan hari sial mereka, sudah pasti keduanya tidak akan dikutuk oleh Penyihir Sampah. Nasib malang menimpa Rine dan kakak perempuannya-- Sophie. Mereka telah DIKUTUK! Panik bukan kepalang, keduanya pergi dari rumah untuk menemu...