BAB 12

242 55 2
                                    

Demi bintang, bulan, matahari, komet, meteor aku malu! Bukan malu karena terpeleset, bukan! Teryata aku tertidur di kamar ini semalaman! Dan sekarang sudah pukul sepuluh pagi.

Bagaimana mungkin aku tidak terusik selama itu? D-dan, dan, dan, aku tidur diatas kasur Howl! Iya kasur Howl! Demi rasi bintang yang jarang kelihatan dengan mata telanjag aku merasa ingin mengubur diri saja saking malunya! Kumohon kubur saja aku SOPHIE!

"Bodoh, bodoh, bodoh , bodoh! Ya Tuhan, sekarang aku pantas disebut kepiting rebus."

Calcifer menatapku heran, dia sedang mengunyah balok kayu kering yang perlahan mulai hangus terbakar. Terus terang saja, kenapa iblis api itu setiap ku lihat selalu sedang mengunyah balok kayu?

"Nyam-nyam, hei kucing, mukamu mirip kepitingku--" aku mendelik sinis menyuruh Calcifer tidak mengomentari lebih banyak. Tidak perlu dibilang aku juga sudah tahu! Kali ini mulutku tidak bisa berkomentar-mengeong apa-apa, sumpah demi Lettie nyawaku rasanya hilang setengah.

"..." Gemelutuk api kecil Calcifer terdengar mengisi kesunyian ruang

"Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu tapi kucing, aku tidak akan menyangkal kalau kau itu memang bodoh. Nyam-nyam."

"Meong?" Apa heh? Calcifer mengangkat bahu pura-pura tidak melihat, dasar api sialan! "Rine!" Kalian tahu seperti apa jadinya menjadi aktris film horor? Saat mereka syuting itu loh, berlagak ketakutan padahal memang takut alami tiba-tiba saat sedang tenang hantu muncul dibelakang?

Aku akan minta maaf pada pemain film horor kapan-kapan, sekarang aku tahu bagaimana rasanya diposisi mereka. Aku berbalik patah-patah, Sophie berdiri sambil bersedekap tangan dibelakang, alisnya menekuk sudah seperti persimpangan gang berkelok-kelok.

"Jadi Rine, bisa tolong jelaskan apa yang ter-ja-di ?"

Mati aku.
..

Aku sedang minum susu mangkuk dengan tepian yang agak karatan, salah satu bentuk perhatian Sophie yang mengejutkan. Eits! Bukan apa-apa pasalnya Sophie itu tipe orang yang tidak perhatian, menurutku.

Sophie sedang duduk di bangku kayu sambil merajut, di aku minum susu-- makanan, minuman satu-satunya yang waras untuk dikonsumsi kucing, Markl sedang mengeja kalimat yang ada pada buku berdebu setebal batu bata yang katanya buku sejarah.

Saat menemani Markl membaca aku jadi mengingat masa-masa sekolahku dulu. Nilai B tidak pernah absen dalam tugas harian sejarah. Jangan salah kan aku loh, semua itu salah guru yang mengajar kelasku karena sudah terlalu sepuh.

Ah, jadi nostalgia...

Oh! Aku lupa dengan Calcifer, api sialan itu hampir setiap menit menertawai warna bulu 'pohon natal' ku. Sialan memang, tapi kalau sialan yang meledek mau dibilang sialan pun memang sialan bukan? Tch! Aku siram dengan air dingin baru tahu rasa dia.

Dari lantai atas, kamar mandi, suara derasnya air yang keluar dari keran menggema. Itu dari tadi. Sejak siang, jam satu siang lewat sepuluh menit. Aku bersumpah orang yang 'main air' diatas semoga kulitnya mengkerut!

Dia mandi atau tidur heh? Apa mati terendam air? "Astaga, demi Rine, Howl belum juga keluar dari kamar mandi? Memangnya apa yang dia lakukan didalam sana?" Sophie mengerutu keningnya berkerut, heh! Jangan bawa-bawa namaku!

Markl mencomot biskuit yang ada didekatnya, dengan mulut penuh dia berbicara, "Hwm, sepwewtinywa, mastwew, sedwang tewrgila-gwila pwada korbwannya."

Tempat ini lengang, menyisakan suara gemelutuk si Api sialan. Heh? Korbannya? Jadi rumor itu bukan bualan omong kosong belaka? "Korban?" Sophie berhenti merajut, dia tercengang tidak, lebih tepat disebut melotot.

RINE | Howl's Moving Castle X Reader ( Slow update )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang