Sebenarnya ada apa ini pikirku,aku pun memutuskan untuk kembali sebelum ibu melihatku,namun naas belum juga aku berbalik,Nadia berada di belakangku dan mengetahui bahwa aku mendengar percakapan ibu.
Aku berniat mencegahnya,namun Nadia sudah lebih dahulu teriak"Bundaaaaaa,...kak yunda ngintip,...."
Nadia berkata,aku yang ingin kabur pun di cekal oleh bunda.
"Heh anak tak tau diri ngapain kamu,...." Bunda menyoroti dengan tatapan tajam,serta bentakan dan juga cekakan di tanganku.
Sakit,memang sakit tapi tak sesakit hati ini."Ma-maaf Bu tadi ayu cuma habis mandi dan lewat di depan kamar ibu,...." Jawabku
"Yaudah sana buruan,....." Jawab itu sambil mendorongku hingga aku terjatuh.
"Iya Bu,...." Jawabku
"Cengeng,....." Jawab ibuku
Aku pun berjalan menuju kamar dengan membawa luka di hati dan juga luka di fisik.
Aku pun mengambil buku ku hari ini kemudian menuju bersiap untuk menuju ke sekolah.
Aku pun mematut diriku di pen cermin,pakaian lusuh dengan warna yang mulai pudar,serta hijab yang sudah mulai hilang warnanya,serta rok yang sudah mulai cingkrang.
Jangan tanya kapan aku membelinya,yakni enam tahun lalu saat ayah masih ada,aku pun keluar kamar menuju ke depan pintu untuk segera berangkat.
Nampak Nadia juga berjalan untuk segera berangkat,bedanya dia mengenakkan sepeda.
Dia nampak cantik Dengan baju yang baru di belikan ibu saat kenaikan kelas kemarin,serta tas dan juga seperti yang mengkilap.
Jika di sandingkan perbedaan kami sangat jauh,Nadia yang penampilanya memukai di sekolah,berbeda denganku yang hanya di kesampingkan oleh ibu.Saat dahulu ayah belum merantau,aku di manja oleh ayah meskipun tidak mendapatkan kasih sayang ibu.
Namun sayang,ayah merantau hingga saat ini dan tak pernah pulang lgi.***
Sesampainya di sekolah,aku akan di bully teman temanku seperti biasanya,mereka akan mengejekku hingga puas.
Menangis pun percuma,karena meskipun aku mengadu pada ibu dia juga tak akan pernah membelaku.Hingga istirahat tiba, aku juga tetap di kelas karena memang tidaklah di berikan bekal uang jajan.
Semua penderitaan ini aku dapatkan semenjak ayahku pergi,karena sebelumnya jika ada kejadian seperti ini maka ayah adalah orang pertama yang membelaku.
Namun sekarang,hari hariku suram tanpa warna semenjak ayahku pergi."Assalamualaikum,....." Sapa seseorang di luar sana,dia adalah Bu hanifah,orang yang setiap hari memberiku uang jajan dan membawakan ku bekal.
Tak hanya itu,dia juga guru yang sudah membelikanku buku setiap tahun."Yun Ayuk makan,...." Ibu Hanifah pun akhirnya membuka wash makan,serta memberikanku uang.
Dia memberikanku uang 10.000 perhari yang aku tabung di wali kelasku,aku akan menyerahkannya setiap hari.
Ibu Aira juga bersedia,dia tidaklah keberatan akan hal itu.Aku pun memakan dengan lahap makanan yang di berikan by hanifah,karena memang dia sudah ku anggap orang tuaku sendiri.
Dia akan membawakan dua bekal setiap hari dan akan makan bersamaku."Yun,apakah kamu mau masuk SMP setelah lulus?,...."tanya Bu hanifah kepadaku
"Tidak Bu,karena Ayun tidak punya biaya,...." Jawabku
"Ibu dengar Ayun dapat beasiswa,jadi Ayun bisa masuk SMP,...." Jawab Bu hanifah yang membuatku cukup senang.
"Iya Bu,ayun mau masuk SMP,...." Jawabku,Bu hanifah tersenyum kemudian mengambil kotak makan dan membawa ke luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apakah Aku Anakmu
Short StoryIbu yang seharusnya menjadi penopang di saat anaknya jatuh,justru menjadi Boomerang bagi anaknya,menjadikan anaknya sebagai pelampiasan masa lalu yang kelam, Apakah Ayunda mampu bertahan dengan ibunya,atau justru malah sebaliknya. Yuk di baca,maaf...