remuk

3 0 0
                                    

"teruslah berjuang,karna kau tak akan tau bagaimana manisnya keberhasilan jika engkau tidak merasakan pahitnya perjuangan,..."

************************************
Happy reading
************************************

Pilihan sulit

Sepulangnya dari sekolah,aku langsung mengerjakan semua pekerjaan rumah.Memasak,mencuci,menyapu dan lain sebagainya.

Setelah memasak dan mencuci,aku segera menjemur pakaian dan menyapu.
Nadia,dia sudah pulang sedari tadi.
Namun,dia sudah istirahat di kamar,karena di rumah ini hanyalah aku yang mengerjakan semua pekerjaan rumah.

Tiba tiba,saat aku akan ke kamar Nadia datang,dia melempar sepatu ke arahku,..

"Cuciin dong gw mau pake tu sepatu besok,....." Ucapnya

"Tapi nanti tidak kering nad,...." Ucapku kepada nadia.

"Itu sih terserah yang jelas sepatu itu harus kering dan bersih,kalau nggak ku pastiin malam ini Lo gak makan,....." Jawabnya dengan cuek dan senyum sinis.

Terpaksa,aku harus mencuci sepatu Nadia dan mengelapnya dengan kain lap karena harus kering,atau aku pasti akan di marahi ibu kalau tidak.
Aku pun segera menjemur sepatu tersebut, apalagi ini sudah pukul 15:20 kalau tidak cepat pasti tidak akan kering.

Setelah semua pekerjaan rumah selesai,aku pun segera ke kamar dan mengambil buku pr,aku harus segera mengerjakan pr itu.karena,besok harus di kumpulkan.

Setelah mengerjakan pr,rasanya badanku sangat lelah.akhirnya aku tertidur di kamar dan bangun pukul 14:30.

Aku segera ke dapur,dan semua piring yang tadi sudah bersih,kembali kotor lantaran kerjaan Nadia yang mengajak semua teman temanya ke rumah dan makan di sini,memang mereka semua membawa nasi masing masing. Namun,mereka masih juga memakai piring.
Terpaksa,aku segera mencuci piring piring itu kembali meskipun badanku sudah sangat lelah.

***
Sepulang dari bekerja di kebun,ibu segera makan,lalu mandi dan duduk di teras rumah.

Ibu dan Nadia tampak sedang bercengkrama,sekekali mereka tertawa bersama.Jujur,aku merasa iri melihat kedekatan ibu dan Nadia,sedangkan aku seperti orang lain di sini.
Diam,aku langsung menuju ke arah kamar,sempat juga melihat kamar Nadia.Nampak kamar yang dahulunya kami tempati berdua itu,beberapa boneka berjajar rapi di sana,meja belajar dengan miniatur lengkap,nampak sedap di pandang.
Tak ingin terlalu dalam meresapi semuanya,nanti akan membuat iri di hatiku. Akupun akhirnya memutuskan untuk segera ke kamarku.

Duduk di kamar.kadang,aku berfikir untuk mengakhiri hidupku.Namun,di sisi lain aku tau semua itu hanya akan meninggalkan dosa saja dalam diriku,bahkan sampai kelak akhir zaman.
Teringat akan perkataan guruku tadi siang,aku harus semangat belajar supaya kelak jadi orng yang sukses.

Lembar demi lembar mulai ku buka,lembaran buku tipis ini sedikit demi sedikit telah mulai habis. Membeli buku bukanlah pilihan,karena memang aku tak punya uang.

***

Malam mulai merangkak naik,menghilangkan senja yang telah lalu. Membuang keindahan bintang yang bersinar,dan hanya menyisakan bulan yang berkuasa.

Di sinilah aku,di gudang belakang yang telah di sulap menjadi kamar tidur untukku oleh Tante aira.

Kenapa?!!... Kenapa dunia ini tak adil untuk anak sepertiku,sebenarnya ada kesalahan apa yang di perbuat ayah kepada ibu. Sehingga ibu begitu membenciku.

Perutku sebenarnya sudah sejak tadi melilit ingin di isi,namun aku tak punya lagi akses menuju ke rumah karena kunci hanya ibu yang punya.

Beruntung,masih ada sisa 2 buah roti yang di berikan oleh guruku siang tadi sehingga aku bisa mengisi perutku.

Larut malam telah menghilang,memunculkan subuh yang menawan. Sinar merah telah muncul menampilkan keindahannya,bagi sebagian orang sinar ini adalah sesuatu yang di tunggu. Namun,bagi Ayunda ini adalah sesuatu yang cukup mengintai,seakan ingin menghancurkan hidupnya. Karena ketika pagi datang maka penderitaannya harus di mulai.

Setelah mandi,dia pun segera berganti pakaian dan berangkat.
Hidupnya tak pernah tenang,gadis kecil yang tampak kuat dari luar itu ternyata sudah merasakan kehancuran sejak lama.

Fisiknya kuat,tapi mentalnya hancur layaknya kepingan kaca yang setiap hari pecah di terpa oleh bebatuan besar di atasnya. Hatinya remuk,luka itu selalu ia dapatkan setiap hari bahkan ia sampai kebal dengan cacian dan makian.

"Ayunda........." Suara melengking sang ibu beruntung tak Ayunda dengar,dia sudah berangkat lebih pagi dari biasanya.

"Dasar anak jala*g tak tau di untung " ucapan sang ibu menambahkan.

"Kita tunggu dia pulang ma." Nadia kembali memanas-manasi mamanya,entah kenapa dia sangat tak suka kepada kakaknya itu.

"Awas....saja." kepalan tangan memutih karna dia menahan amarah .

Next part

Sampai jumpa di part selanjutnya,jangan lupa follow and vote ya.
Terima kasih

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Apakah Aku Anakmu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang