CHAPTER 3 = AKU BANTU REDAKAN LUKANYA

14 3 0
                                    

Hari sudah berganti, matahari mulai naik dan menampakkan diri berniat menjadi pengingat bagi mahkluk hidup di dunia bahwa kehidupannya masih harus berjalan kembali.

Syeira yang masih terlelap mulai terusik karena sinar matahari yang menyapa matanya lewat sela-sela jendela.

Saat membuka matanya Syeira merasakan nyeri yang menyerang kepalanya.

Semalam Syeira terlalu lama menangis hingga tidur dalam keadaan pipi yang masih basah.

Syeira melihat jam menunjukkan pukul tujuh pagi, lalu Syeira ingat bahwa satu jam lagi Syeira ada bimbingan bersama dosennya.

Syeira memaksakan tubuhnya untuk berdiri dan bersiap walaupun rasanya ia tidak kuat.

Syeira masih kacau, masih ingin menghabiskan waktu sendiri, masih ingin mengeluarkan cairan bening dari matanya, namun apa daya, kehidupannya masih harus berjalan semestinya.

30 menit berlalu dan Syeira sudah siap dengan jeans pink, baju kaos biru awan yang dilengkapi oleh blazer putih tulangnya.

Tanpa membuang waktu Syeira langsung menuju garasi rumahnya dan mengeluarkan Vespa biru miliknya.

Disini Syeira berada, duduk di hadapan dosen pembimbing nya dan mulai mendiskusikan skripsinya.

•••

TIME SKIP SAAT SYEIRA SAMPAI RUMAHNYA.

Syeira memasuki rumahnya dan hal yang pertama kali Syeira lihat adalah adiknya yang sedang duduk santai di ruang tamu rumah mereka.

Syeira melemparkan senyum tipis kepada Jeira lalu langsung pergi ke kamarnya.

Jeira yang melihat ada hal tidak beres pada kakaknya, berniat untuk menyusul kakaknya.

Sebelum pergi ke kamar kakaknya, Jeira menyempatkan pergi ke dapur dan membawakan makanan untuk kakaknya, karena Jeira yakin kakaknya belum makan sama sekali.

Saat sampai di depan kamar Syeira dengan tangan kiri membawa nampan makanan dan tangan kanan dipakai untuk mengetuk pintu kamar Syeira.

Jeira sudah mengetuk pintu beberapa kali namun tak kunjung mendapat sautan dari kakaknya.

Jeira khawatir, takut ada sesuatu yang terjadi pada kakaknya.

Jeira mencoba membuka pintu dan untungnya pintu itu tidak dikunci.

Jeira masuk ke dalam kamar kakaknya, keadaan kamarnya gelap, tirai yang belum dibuka dan lampu kamar yang mati bikin Jeira awalnya agak takut sendiri, tapi Jeira nyoba buat nepis pikiran ga pentingnya lalu nyari saklar lampu kamar Syeira.

Pas Jeira udah nyalain lampunya, mata Jeira membola, Jeira ngeliat kakaknya lagi nangis di pojok kamar.

Jeira nyimpen nampan makanannya di meja belajar Syeira lalu lari kecil ke arah Syeira dengan raut khawatir tentunya.

"Hei, kakak kenapa?" tanya Jeira sembari mendekap tubuh Syeira yang sedikit bergetar karena tangisannya.

10 menit dan Syeira masih belum buka suara namun isak tangisnya mulai mereda.

Tak lama kemudian Syeira mendongak dan menatap sendu ke arah Jeira.

"Elegi, dia tiba-tiba ninggalin kakak dek, sakit, hati kakak kaya dicabut dari tempatnya secara paksa, kakak gatau Elegi kenapa, dia cuman bilang rasa dia ke kakak udah mulai hilang, ga mungkin kan dek? Elegi itu sayang banget sama kakak, kakak yakin."
kata Syeira sembari tangan kanannya memukul-mukul dadanya dengan niat menghilangkan rasa sesak yang tak kunjung mereda.

Jeira yang melihat dan mendengar apa yang kakaknya alami, dadanya ikut merasakan sesak, tangannya terkepal erat, berusaha menahan emosi yang memuncak, tak terima kakaknya diberi luka yang sangat hebat.

"Kak, kakak gapapa nangis, gapapa memaki sesak yang tak kunjung mereda, tapi tangannya jangan coba-coba ngelukain diri kakak sendiri yaa" kata Jeira sembari tangannya menghentikan aksi Syeira yang masih memukul-mukul dadanya.

"Hati kakak sakit banget dek, kakak sayang banget sama El, dia yang paling ngertiin kakak, dia juga yang bantu nyembuhin trauma kakak dari jahatnya ayah ke kita, dia ga mungkin hilang rasa gitu aja dek, ga mungkin."
kata Syeira lirih namun masih mampu didengar Jeira.

"Adek paham kak, paham sekali sama yang kakak rasain sekarang, tapi mau bagaimanapun juga kita gabisa memaksakan seseorang untuk selalu sama kita, kakak yang sabar ya, masih ada adek, walaupun adek tau rasanya bakal beda tapi adek ga akan ninggalin kakak, semangat ya kak, adek bantu redakan lukanya."
kata Jeira dengan senyum tulusnya.

Pergi tanpa memberi pesan
dan hanya memberi alasan yang
meninggalkan kesan menyakitkan,
sudah seharusnya dilupakan
bukan dijadikan pertanyaan
"kurang diriku apa?"






Bersambung

Maaf ya kalo cerita ini banyak kurangnya, aku masih belajar.
Kalo ada kritik dan saran boleh komen aja ya🤗🤗

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nabastala dan BentalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang