9. Antares gila

222 18 2
                                    

Annyeong👋 update nihh🥳
Cuss aja
Happy reading🥳

...

Di tengah panasnya hari ini, entah Ares mendapat anugrah apa musibah, karena malah rasa syok yang saat ini di alaminya.

Baru saja habis makan siang di jam istirahat dan akan kembali memulai aktivitasnya sampai petang nanti. Ares malah di beri hadiah mengejutkan.

Bagaimana tidak, di depan lift dirinya di teriaki dan tanpa tandeng aling sebuah pelukan mampir bersama kecupan—ah lebih tepatnya lum—eumm terlalu horor untuk di ucap. Pikir batinnya ngeri, padahal tanpa sadar otak mesumnya lebih mengerikan.

Tapi kenapa rasa rasanya makin lama makin enak ya?

Terlanjut terbuai Ares memejamkan matanya, meski bibirnya yang tengah di rojok paksa oleh Danina masih terkatup rapat bak batu.

Sampai entah kenapa bayangan ART menyebalkan itu muncul dalam otak kecilnya. Bibirnya tampak merekah sekali seolah menggundangnya dan dengan resmi Ares terjerumus.

"ANTARES! RES GILA LO!"

Seketika mendengar pekikan nyaring itu kesadaran Ares kembali. Dengan mata melotot pria itu mendorong belitan kuat Danina.

"Stop, astaga!" Lelaki jangkung itu tampak kesulitan melepaskan rangkulan erat bak ular pitor milik perempuan berambut blode yang tengah dengan paksa mencuri ciuman darinya itu. "D-danina, w-what are you doing?!" tanya Antares yang akhirnya berhasil memberi jarak antara dirinya dan perempuan yang merupakan Danina itu.

"stupid, Ya tentu saja menciummu." Gemas Danina dengan akses bulenya yang kental, padahal baru empat tahun perempuan itu di negara ayahnya, dan lihat bagaimana gadis cerewet yang dulu selalu mengintilinya bak anak itik mengikuti induknya itu, telah tumbuh dewasa—cantik tentu saja, dengan makeup yang membuatnya tampak lebih dewasa
dari pada usianya.

Bibir merah terang itu terus melengkung membentuk seulas senyum. Tampak senang sekali bisa kembali melihat Antares-nya.

Meski di awal tahun mereka sempat bertatap wajah dan mengobrol, saat Ares melakukan perjalanan bisnis. Namun pertemuan itu tidak lah cukup bagi Danina, sampai akhirnya—perempuan berusai 25 tahun itu mengatakan keinginannya pada sang ayah—untuk membangun cabang usaha brand di indonesia, bersama kembarannya akhirnya setelah melewati beberapa hal Danina di izinkan.

Dan disini lah Danina sekarang, akan lebih banyak menghabiskan waktunya di tanah kelahirannya, plus bisa leluasa melihat Antares Abimanata.

"Ouhh i miss you so fucking much!" Ungkapnya terang-terangan dan kembali menghambur ke pelukan Antares yang hanya bisa tersenyum tipis—dan jika di telik ada ringisan samar di bibirnya.

Shit, kenapa tuh cewe yang ada di bayangan gue!

Tapi ternyata pikiran Ares malah tengah tertuju pada Artnya. Bisa-bisanya tuh pembantu join di pikiran gue yang lagi enak di supsidi!

Pasti gara gara mimpi sialan itu! Pikir batinnya menggerutu.

"Gak jelas banget sih!"

"Hah?"

Tanya Danina akan ucapan Ares yang terdengar menggerutu tak jelas di telinganya.

"Ah tidak tidak." Gelang Ares setelah mereka kini berjarak—kenapa juga ni cewe kek lintah nempel mulu! Pikir Ares akan kebiasaan Danina yang belum berubah.

Sedangkan satu wanita lain di antara mereka—yea, Angelita tampak bergerak memepet pada Antares.
"Res, dia siapa?" Bisiknya sambil menatap Danina yang seperti raksasa di hadapannya.

Tidak usah di tanya secantik apa wanita di hadapannya ini, lihat saja Alexandra Dadario. Dan tinggi wanita itu saja Angelita merasa kalah jauh. Dengan Ares wanita itu tidak terbanting alisan selehernya, sedangkan dirinya hanya sepun—ah lebih tepatnya sedada bidangnya.

"Lihat tuh, jadi tontonan juga lu." Beritahunya akan puluhan pasang mata yang tengah berlalu lalang di jam istirahat ini.

Meringis menatap sekeliling Ares mulai memasang muka temboknya. Bodo amat lah, terlebih di kota seperti ini hal lumrah melihat sepasang manusia adu tabrak bibir.

Ya bukan?

"Gila lo mensuguhi tayangan dewasa, mana tadi terlena banget kayanya." Gereget Angelita sambil mencubit pinggang sahibnya itu yang seketika meringis.

"Gue khilaf." Sahutnya dengan raut tanpa dosa.

Anggelita mendelik. "Khilaf pala lo!"

"Saya Danina, sepupunya Antares."
Danina tanpa di suruh, bergerak mandiri memperkenalkan dirinya sendiri.

Yang di balas raut terkejut oleh Angelita. Astaga! Tentu bukan terkejut karena perkenalannya melainkan—sepupu? What the hell!

"Ah Angelita, rekan kerjanya Antares." Sahutnya balas memperkenalkan diri.

Dan resmi dinyatakan—Antares Abimanata merupakan orang gila!

Lelaki itu seperti tidak nafsu saat di pepet oleh parner kerjanya, cem-ceman sahabatnya atau pun wanita liar di luaran sana, tapi ternyata dengan sepupu—ouhh orientasi sexualnya memang patut di pertanyakan.

Tapi bentar—Angelita tidak ingin salah berpikir bukan? Apa hal yang lumrah sepasang saudara terlibat hubungan intim seperti itu? 

***

Membawa Danina ke ruang kerjanya, Antares menatap tajam sepupunya itu.

"Dania sudah memberitahu kamu kan?"

"Lo ngapain langsung kesini? Harusnya langsung ke rumah aja." Tanpa berformal-formal akan bahasa, Antares lebih memilih bahasa kesehariannya. Toh juga memang Danina siapa, yang mengharuskannya berbicara formal.

"Ya karena aku memang inginnya bertemu denganmu." Jelas Danina dengan nada yang membuat Antares menaikan sebelah alisnya.

Terdengar aga lucu di telinganya.

"Akses indo lo kenapa? Ketinggalan di amrik."

Cebikan yang menjadi respon. Danina menatap lelaki tampan yang menjulang di hadapannya itu. "Antares, you miss me?"

"Gak." Dan secepat itu pula jawaban itu di dapat Danina.

"Tapi tadi kamu menciumku balik."

Mengangkat sebelah aslinya, Antares menyahut santai. "Lalu hubungannya?" Seakan memang ciuman tadi tidak berarti apa-apa.

Yea, itu hanya sebuah permainan.  

Yang sontak membuat Danina mencebik cemberut. Gosh, lelaki ini masih lah sama!

Sedangkan di luar ruangan, tampak ramai rekan setim Antares mengintip lelaki itu yang tengah berbicara empat mata dengan seorang wanita.

"Wow, bening bener tuh cewe." Komentar Dodo dengan mata keranjangnya terus memelototi Danina.

"Bener bukan cem-ceman apa lagi haremnya yang tiba-tiba ngelabrak kan?" Tanyanya yang langsung di hadiahi geplakan Angelita.

"Tapi tadi dia main," Angelita memperagakan dua jari telunjuknya saling bertubrukan.

Membuat Dodo—salah satu karyawan baru di tim Ares, baru sekitar 5 bulanan, mendesah kecewa.
"Dasar si muna, katanya ga doyan betina, di pepet juga tuh betina bahenol!"

Bersambung
See you👋
Jangan lupa vote komennya yaa🤗

Kepincut ART cantik!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang