Beomgyu melihat sekelilingnya, dirinya saat ini sedang entah berada di mana tapi sepertinya ini rumah Taehyun... Tidak, tempat persembunyian Taehyun tepatnya karena memang dari dalam terlihat bersih dan tertata rapi tapi jika dilihat dari luar terlihat seperti rumah angker yang menyeramkan.
Rumah ini berada tepat berada di pinggiran hutan dekat sekolahnya, dari sekolah kesini hanya berjarak kan beberapa meter saja. Cukup dekat jika menurutnya.
"Senior ini ku buatkan minum, maaf hanya ada teh disini. Aku lupa membeli bahan-bahan lagi hehe.. " Taehyun menyerahkan cangkir ditangannya ke tangan Beomgyu. Beomgyu mengangguk.
"Ya tak masalah, lagipula aku suka teh... Omong-omong kau kuat juga ternyata menggendong ku hingga kesini dari sekolah" kata nya menatap Taehyun yang tersenyum lebar itu.
Yah... Karena Beomgyu yang masih pusing tadi Taehyun terpaksa menggendong dirinya ke sini. Badannya memang terlihat kecil, mungil dan pas untuk dipeluk tapi ternyata tenaga junior nya itu tidak main-main. Dia dapat dengan mudah mengangkat Beomgyu untuk kesini bahkan dalam waktu singkat sampai.
Mata Taehyun bersinar mendengar pujian itu. "Tentu saja! Aku sering berolahraga jadi aku kuat! " serunya seperti anak kecil yang terlihat lucu dimata Beomgyu.
Beomgyu tertawa kecil sebentar lalu menatap arah lain sambil meminun teh ditangan nya. Lama-lama melihat Taehyun yang bertingkah seperti itu jadi malu sendiri dirinya, padahal kan yang melakukan Taehyun tapi kenapa dirinya yang malu? Hadehh... Mana kelihatan manis ini anak satu. Gak kuat hatinya tuh di hadepin yang sejenis Taehyun. Mau leleh rasanya.
"Oh ya, Senior ingin melihat keadaan rumah mu sekarang? " tanya Taehyun yang meneguk setengah dari tehnya.
Beomgyu menoleh dan menatapnya bingung. "Melihat? Apa maksud mu Taehyun? Jangan bercanda, bagaimana bisa caranya aku melihat keadaan rumah ku saat ini sedangkan aku saja ada disini. Aneh-aneh saja kau ini" Taehyun merenggut kesal mendengarnya. Dia segera meletakkan cangkir teh nya dan mengambil laptop miliknya yang berada di meja sebelah nya.
Entah apa yang dilakukannya Beomgyu tak tau tapi saat mengintip dirinya melihat Taehyun yang sepertinya sedang memasukkan sesuatu seperti kode lalu saat selesai wajah dari pemuda yang lebh muda satu tahun darinya itu terlihat senang.
Taehyun tersenyum menatap Beomgyu lalu membalikkan laptop dipangkuan nya hingga layarnya kini menghadap dirinya. Beomgyu terkejut melihat apa yang ditampilkan laptop itu.
Keadaan rumahnya! Astaga! Bagaimana bisa? Itu sepertinya terlihat dari CCTV rumah. Tunggu... CCTV rumahnya?
Beomgyu menatap Taehyun dan layar laptop itu bergantian. "Kau... Hacker ya! " serunya menunjuk wajah Taehyun dengan tangan kirinya. Ingat jika Beomgyu masih terluka dan tangan kanannya tidak bisa digunakan.
Taehyun yang ditunjuk itu hanya tersenyum manis menunjukkan deretan giginya. "Hehe... Benar sekali Senior tebakanmu sangat tepat! Sebenarnya sih aku hanya bisa sedikit"
Sedikit menyeramkan menurutnya namun Beomgyu hanya menatapnya sejenak lalu mengalihkan perhatiannya pada layar laptop miliknya Taehyun. Dirinya sekarang melihat wajah khawatir serta cemas milik anggota keluarga nya yang sudah lama tidak dilihat.
Dengan sangat jelas Beomgyu mendengar semua apa yang mereka katakan serta diskusikan bersama di ruang tengah. Sepertinya hal ini adalah hal yang selalu mereka bahas saat dirinya berada dikamar atau diluar rumah.
Di ruang tengah itu tidak ada yang saling berbicara maupun dari Beomgyu atau Taehyun. Mereka sama-sama fokus dengan apa yang ditampilkan laptop milik Taehyun.... Baik, mungkin hanya Beomgyu lah yang fokus dengan laptop karena Taehyun sendiri sudah terjun ke dunia nya sendiri. Melamun menatap wajah Beomgyu.
Beomgyu mendengar semua yang dibicarakan oleh keluarganya dengan amat jelas. Ada satu kata yang menarik seluruh atensinya setelah mendengar nya. Kata itu keluar dari Ayah nya, kata yang seharusnya tidak keluar dari nya... Mafia.
Dirinya menjadi amat bingung mendengarnya, Mafia? Apakah keluarganya itu terlibat dengan dunia Mafia?
Taehyun yang melihat raut wajahnya Beomgyu seperti itu hanya tersenyum seperti biasa. Dirinya paham, amat paham jika Seniornya ini sedang dilanda perasaan bingung. Sangat mudah terbaca dari wajahnya saja.
"Masih banyak yang belum kau tau senior" bisiknya pelan. Beomgyu mendongak, mata kirinya itu melihat Taehyun. Dirinya seperti merasa jika junior nya itu sedang bergumam sesuatu namun tak terlalu jelas di telinganya.
"Apakah kau mengatakan sesuatu Taehyun? "
Taehyun menggeleng pelan. "Tidak Senior, aku tidak mengatakan apapun.. Oh! Sekarang sudah hampir waktunya makan malam, aku harus segera berbelanja bahan makanan atau kita berdua tidak dapat makan malam ini. Senior dapat melihat laptop itu sambil menunggu, aku pergi dulu senior! " Taehyun segera menyerahkan laptopnya lalu berjalan keluar dan pergi dari sana meninggalkan Beomgyu yang masih menatapnya hingga menghilang dari pandangan.
Sungguh, saat Taehyun berkata jika dirinya tidak mengatakan apapun tadi sangat terasa kebohongannya. Memang Beomgyu tidak mendengar jelas apa yang di gumam kan nya tapi dirinya hanya mendengar tiga kata saja yaitu 'belum kau tau'.
Memang hanya itu saja yang didengar olehnya namun dapat menjelaskan sesuatu. Taehyun, junior di sekolahnya yang agak aneh itu mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh Beomgyu.
Sejak awal... Sejak awal Beomgyu bertemu dengan Taehyun di sekolah pada malam hari itu saja terasa sangat aneh. Seakan memang disengaja.
Akan tetapi untuk apa juga?
Apakah Junior nya itu menginginkan sesuatu darinya? Tapi apa? Beomgyu itu tidak punya terlalu banyak hal yang dianggap nya penting.
Apakah itu sesuatu yang tidak diketahui oleh dirinya? Mungkin.. Sejak awal bertemu Taehyun itu tidak hanya terasa aneh saja namun juga familiar. Seakan Beomgyu pernah melihat atau bertemu dengannya disuatu tempat yang tidak diingatnya.
Beomgyu menatap pintu yang sudah tertutup itu, dirinya tiba-tiba mengembangkan sebuah senyuman tipis yang menambahkan ketampanan dari wajahnya dan berbisik pelan. "Sebenarnya siapa kau Taehyun? "
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dissapear
RomanceBeomgyu, seorang pemuda berumur 17 tahun yang selalu merasa bahwa tak ada yang peduli padanya. Ditengah dirinya yang hampir menyerah untuk mendapatkan perhatian keluarganya seseorang datang tanpa diundang dan mampu membuatnya dapat memandang sisi la...