3. Pulang

217 34 0
                                    

Sudut bibir Beomgyu yang kini membentuk senyum berkedut kesal. Apakah Taehyun harus mengatakan fakta itu? Astaga...

"Entahlah... Tapi bagaimana kau tau jika aku susah membuat teman? Penguntit ya kau? " tanya Beomgyu kepada Taehyun yang kini memasang wajah datarnya.

"Senior... Jangan terlalu PeDe deh, mana mungkin aku menjadi Stalker mu? Di sekolah kau itu selalu terlihat sendirian jadi wajar jika orang menganggap mu susah punya teman. Semua murid di sekolah tau akan hal itu dan bahkan kini sudah bagai pengetahuan umum Senior" ucap Taehyun dengan pedasnya.

Beomgyu hanya menerima suapan apel dari Taehyun itu lalu melihat kearah lain. Benar... Dirinya terlalu percaya diri, sejak kapan dirinya menjadi seperti ini oh? Sangat berbeda dari biasanya.

"Oh ya, Senior.. Bagaimana dengan tawaran permainan ku? Itu masih berlaku lhoo sampai sekarang" Taehyun menatap Beomgyu bertanya tentang tawaran kemarin.

Beomgyu menggeleng pelan, dirinya menelan potongan apel yang sudah hancur di mulut nya lalu berkata. "Tetap tidak Taehyun... Permainan milikmu itu terlalu aneh, aku bahkan belum pernah mendengarnya. Dan juga kita berdua baru kenal kemarin, tidak mungkin aku menerimanya"

Taehyun menghela nafasnya lalu mengangguk paham. "Baiklah, aku mengerti... Tapi jika Senior ingin melakukannya bilang saja, ok? " dia membuat gestur 'ok' dengan satu tangan yang terlihat lucu bagi Beomgyu.

Beomgyu hanya tersenyum lalu mengangguk saja. Tidak ada salahnya juga kan mengangguk?

.

.

.

.

.

Keesokan harinya Beomgyu sudah diperbolehkan untuk pulang oleh dokter wanita itu, yang di ketahui Beomgyu setelah beberapa kali bertemu dan diperiksa olehnya adalah nama dari dokter itu. Dia bernama Choi Yewon atau lebih dikenal dengan sebutan Dokter Arin.

Kini dokter Arin sedang menjelaskan tentang keadaan tubuhnya dan apa yang boleh dan tidak boleh di lakukan atau dimakannya.

"-kau tidak boleh memakan sesuatu yang pedas dan tidak boleh melakukan pekerjaan berat. Banyak-banyak lah beristirahat, untuk waktu chek up mu itu dua minggu sekali. Jangan terlambat, ingat itu" Beomgyu hanya mengangguk saja mendengar petuahnya itu.

Pintu terbuka secara perlahan dan masuklah Taehyun dengan senyuman lebar. "Hai Dokter Arin! Hai Senior! Selamat pagi, ini pagi yang cerah" sapanya hangat.

Dokter Arin tersenyum melihatnya. "Oh, Hai Taehyun. Kau datang lagi ya? Kalau begitu aku pergi dulu dan Beomgyu! Ingat ucapan ku tadi, jangan sampai lupa. Bye semua"

Dokter Arin berjalan keluar meninggalkan dua pemuda itu. Taehyun segera menarik kursi didekat ranjang Beomgyu dan duduk di sana.

"Kau sepertinya dekat dengan dokter Arin" kata Beomgyu yang melihat interaksi kedua orang berbeda usia itu.

"Yah.. Sedikit, sepupuku adalah teman dekatnya dan Dokter Arin juga dari kecil sering mengajak ku main" ucap Taehyun menyerahkan potongan apel yang baru dipotong nya. Beomgyu hanya mengangguk lalu menerima suapan itu.

Jika dipikir-pikir lagi belum pernah Beomgyu sedekat ini dengan seseorang yang bukan keluarganya, dengan keluarga saja itu dulu. Sekarang mah udah enggak, pada cuek mereka.

"Oh ya, aku sudah diperbolehkan pulang oleh dokter Arin dan nanti siang aku akan kembali ke rumah. Kau tidak perlu lagi mengunjungi ku di rumah sakit"

Taehyun mengangguk paham dan kembali menyuapkan potongan apel itu ke Beomgyu. Setelah potongan terakhir selesai di suapkan dia menaruh piringnya dimeja lalu menatap Beomgyu. Beomgyu yang ditatap menjadi bingung.

"Apakah Senior masih belum berubah pikiran? " mendengar pertanyaan dari Taehyun langsung membuat Beomgyu paham kemana arah pembicaraan ini.

"Masih... Masih sama, jangan terlalu berharap Taehyun. Aku itu orangnya sedikit susah untuk merubah keputusan yang sudah ku buat sendiri. Jadi jangan terlalu berharap"

"Baiklah tapi ingat Senior! Itu masih berlaku sekarang. Jika ingin langsung katakan saja" Beomgyu tertawa kecil melihat Taehyun yang bertingkah lucu lagi seperti kemarin. Sangat lucu di matanya.

.

.

.

.

.

Beomgyu turun dari mobilnya lalu berjalan masuk kedalam rumah. Seperti dugaannya seluruh anggota keluarganya kini sedang berkumpul di ruang tengah dan membahas entah hal apa itu.

Sama seperti biasanya setelah Beomgyu membuka pintu seluruh pandangan orang yang ada didalam akan menuju kearahnya, dirinya juga hanya diam laku berjalan menaiki tangga menuju kamarnya diikuti oleh tatapan mata dari seluruh orang yang menatapnya.

Setelah menutup dan mengunci pintu kamarnya Beomgyu berbaring di ranjang empuk yang sudah sehari tidak digunakannya. Pemikiran tentang keluarganya kembali masuk kedalam otaknya. Apakah keluarganya ini benar-benar mengacuhkan nya?

Setelah melihat keadaan dirinya yang seperti ini saja mereka masih diam. Apakah mereka itu benar-benar menganggapnya anggota keluarga mereka?

Perasaan marah yang tercampur dengan perasaan sedih muncul dalam hatinya. Sungguh kah mereka menganggap nya sebagai keluarga?

Rasa ragu kembali muncul dalam hati, Beomgyu membuka laci meja di dekatnya dan mengambil selembar kertas dari sana.

Beomgyu menatap kertas itu dengan datar, Kertas Tes DNA. Hanya kertas itulah yang dapat membuatnya percaya kembali jika dirinya benar-benar anggota keluarga ini namun... Kenapa kini rasanya kertas itu palsu dan tak berefek lagi seperti biasa?

Dengan amarah Beomgyu menyobek kertas itu menjadi sobekan sobekan kecil lalu membuangnya ke sembarang arah. Sungguh perasaannya saat ini sangat tidak baik.

Beomgyu menghela nafasnya lalu kembali berusaha berpikir dengan tenang. Tenang... Mari kita tenang, baik. Jika keluarganya itu masih tidak berkata apapun atau bertindak apapun maka Beomgyu akan-

Kejadian tentang tawaran permainan Taehyun kembali muncul dalam benaknya, Beomgyu berkedip sejenak lalu tersenyum lebar.

Yah... Mungkin menerima permainan Taehyun juga tak akan seburuk itu kan?

Dengan senyuman Beomgyu menutup matanya dan tidur. Hari esok mungkin akan lebih berat atau ringan dibandingkan hari ini namun terserah berat atau tidaknya hari itu masihlah harus dilalui oleh dirinya, jadi mari tidur mengistirahatkan diri sendiri. Lagian juga Dokter Arin sudah menghimbau nya agar tidak terlalu berpikiran berat serta banyak-banyak beristirahat.

Lihatlah Dokter Arin... Pasien mu ini telah menurut kepada perkataanmu. Jadi janganlah marah padanya jika kalian berdua bertemu dengan keadaan buruk.

Tbc.

DissapearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang