1

1.9K 160 12
                                    

Get Carried Away

Story by : Eminamiya

Rate : M

WARNING!!
Typo(s), banyak kata terulang-ulang, plot pasaran / mudah ditebak


HARGAI USAHA PENULIS DENGAN CARA TIDAK MENJIPLAK ATAU MENGCOPY TULISAN INI

DON'T LIKE, DON'T READ

Happy Reading





Hal ini sudah direncanakan sejak dua bulan lalu, tepat sebelum Hyuga Hinata melangkahkan jenjang pendidikan untuk naik ke tingkat dua.

Alasan utamanya hanya satu; pendidikan di kota besar jauh lebih mumpuni dan berkualitas. Sistem pengajaran teramat unggul dan segalanya tersedia, berbanding terbalik dengan daerah kecil seperti di desa.

Telah masuk hitungan yang banyak, serta penolakan kesekian yang selalu diselipkan tiap kali Hinata memberi pengertian, jika segala yang ia peroleh saat ini, sudah lebih cukup.

Kota besar itu menyeramkan. Beberapa drama yang pernah ia tonton bahkan sering memperlihatkan adegan perundungan karena status sosial. Orang-orang kecil dan tak memiliki pergaulan luas adalah mangsa paling empuk bagi si pengunyah kekuasaan. Berlagak jika dunia ada dalam genggaman dan mereka lah yang paling berotoriter atas kaum lemah.

Hinata tak suka yang seperti demikian. Di desa jauh lebih baik, lebih nyaman, lebih ramah dan lebih sesuai dengannya--meski mungkin, seperti apa yang ayahnya ucapkan, jika sistem pendidikan yang tersedia memang tak begitu memadai.

Tapi semua cukup. Lagi pula, dirinya tak pernah bermimpi terlalu tinggi jika akan bekerja di perusahan besar dan terkemuka dengan lantai banyak hingga batang leher akan sakit untuk mendongak menatapi bangunan gedung--sehingga ia harus bersekolah di tempat yang bagus pula. Lulus nanti, Hinata bahkan hanya ingin bekerja di tempat bibi Kurenai. Toko hewan peliharaannya terlihat begitu menggemaskan. Pun Hinata tak berniat melanjutkan ke dunia perkuliahan meski--lagi-lagi--ayahnya terus berkata akan memasukkannya di universitas terbaik.

Serta, tepat. Salah satu gen yang juga ikut menurun dalam dirinya; keras kepala, adalah secuil hal yang menjadi rintangan terbesar bagi Hinata.

Jika ayahnya sudah berbicara, maka hanya ada 40% kemungkinan untuk dapat dibelokkan. Singkatnya, tak ada kesempatan sama sekali.

Sang ibu juga telah memberi pendapat serupa. Menurutnya, Hinata memang tak perlu bersekolah jauh-jauh. Ini terlalu cepat. Lagi pula, anak gadisnya belum pernah sekali pun hidup sendiri--terlebih jika harus jauh dari orangtua. Sifat introvert membuatnya akan kesulitan untuk bersosialisasi. Tetapi, setelah melakukan perundingan yang cukup dalam, Hinata harus menghela napas pasrah ketika ibunya telah berubah haluan dan berbelok untuk berada di pihak sang ayah.

Sebagai anak yang masih menumpang hidup pada kedua orangtua, tentu Hinata tak memiliki pilihan untuk memberi argumen lebih banyak. Menurut adalah satu-satu jalan yang bisa dilewati untuk mengakhiri musyawarah yang telah berjalan hampir seminggu lamanya guna mendapat satu keputusan mutlak.

Tak mengherankan. Sekarang, Hinata paham, mengapa nenek sering menjuluki ayahnya 'Kepala Batu'.

"Kenapa sarapannya tidak dihabiskan?"

Dentingan sendok yang bersentuhan pada sisi piring, membuat kepala tertunduk Hinata lekas terangkat dengan pelan. Netra bulan menyorot sendu, penampakan wajah penasaran sang ibu membuat ia menggeleng pelan mewakili jawaban mulut.

Get Carried Away - NaruHina [ M ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang