002 - Telepon

103 14 6
                                    

❛❛ Jangan berharap banyak pada manusia, kau hanya akan terluka. ❜❜

⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉

⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Chapter 2 : Telepon

Ruang makan di rumah Keluarga Haidar malam itu sunyi. Padahal, biasanya akan selalu ramai dengan tingkah macam-macam mereka. Seperti Reyhan dan Jevan yang akan berebut lauk, Asa yang makan dengan tenang tapi diam-diam mengambil jatah milik kembarannya, atau Elgib yang akan dengan senang hati berceloteh mengenai harinya di sekolah.

Kini empat saudara yang tersisa itu hanya makan dalam diam, tak ada suara dan tak ada obrolan. Bahkan Chandra merasa tidak berselera untuk makan. Ia melamun sambil memainkan makanannya, menuai gurat keheranan dari tiga adiknya.

"Kak, are you okay?" tanya Asa, menyentuh jemari Chandra yang ada di meja. Si sulung tersentak, lalu mengangguk dan tersenyum kecil. "I'm okay, don't worry."

Chandra mengeluh dalam hati, lagi-lagi dirinya lepas kendali dan melamun. Ia memperhatikan tiga remaja yang duduk di depannya, mereka masih makan dengan lahap, meskipun memang tidak semangat seperti biasa.

"Gimana sekolah kalian hari ini?"

Tiga remaja itu mendongak menatap sang kakak. Elgib langsung berbinar dan mulai bercerita mengenai harinya di sekolah. Niel dan Asa sesekali menimpali dengan lelucon, berusaha membuat Elgib kesal. Chandra tersenyum, ia mendengarkan dan merespon setiap cerita yang Elgib katakan.

'You did it, Chandra.'

Setidaknya, makan malam mereka masih disertai kehangatan, meskipun tidak sama seperti biasanya. Seusai makan malam, Chandra meminta adik-adiknya belajar atau mengerjakan tugas yang mana langsung dituruti oleh mereka. Chandra memungut piring-piring yang telah kosong dan kotor, lalu mencucinya di wastafel.

Setelah selesai, Chandra menyempatkan diri untuk mengintip ketiga adiknya yang belajar di ruang tengah. Ia menggelengkan kepalanya pelan ketika melihat perbedaan yang mencolok dari gaya belajar mereka. Ada yang belajar dengan serius seperti Elgib, ada juga yang belajar sambil main-main seperti Niel, bahkan ada juga yang belajar sambil terkantuk-kantuk, yaitu Asa.

Chandra mengulas senyum kecil lalu melangkahkan kaki menuju kamarnya. Ia duduk di meja belajar, membuka laptop, dan mulai mengerjakan tugas. Sayangnya, pikiran Chandra tidak bisa fokus. Ia masih memikirkan nasib adik-adiknya yang lain sekarang ini. Ia merasa khawatir dan tidak tenang.

Chandra meraih ponsel miliknya dan mencoba menghubungi Reyhan dan Jevan. Namun, tidak ada dari mereka yang menjawab. Ia beralih menghubungi Detya, tetapi operator mengatakan nomornya tidak aktif. Mengembuskan napas pasrah, Chandra dengan harapan yang kecil menghubungi Abhi. Terdengar nada tut panjang sebelum akhirnya diangkat oleh si pemilik di seberang sana.

𝐌𝐨𝐧𝐨𝐤𝐫𝐨𝐦 | 𝐒𝐭𝐫𝐚𝐲 𝐊𝐢𝐝𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang