❛❛ Seorang kakak akan melakukan apa pun demi adiknya, ikatan kalianlah yang menentukan tindakannya. ❜❜
⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉
.
.
.
⊱ Chapter 8 : Berusaha ⌟
Lima hari berlalu sejak pertemuan terakhir mereka dengan Bora. Sepeser uang pun belum bisa mereka kumpulkan, sementara uang bulanan untuk keseharian semakin menipis. Reyhan dan Jevan sudah beberapa kali mencoba untuk mencari pekerjaan, tetapi tidak ada yang mau menerima bocah yang belum cukup umur seperti mereka.
Bora juga semakin gencar mengingatkan mereka ketika hari berganti. Hal itu membuat keduanya cemas, ada rasa takut yang bersarang dalam diri mereka. Hari sudah beranjak sore, tetapi dua anak kembar ini tampak tidak ingin beranjak dari bangku kantin. Junio dan Rendy juga di sana, keempatnya sedang berdiskusi. Meski tidak terlibat, dua remaja itu juga tidak mau kembaran sahabat mereka terluka oleh Bora.
"Rencana pertama kita tidak berjalan lancar dan waktu kita tipis banget sekarang," keluh Jevan sembari meletakkan kepalanya ke meja. Wajah remaja itu tampak kusut dan lesu.
Reyhan menepuk pelan pundak kembarannya, "Pasti ada cara, Jev. Kalaupun emang terpaksa gunakan rencana kedua, itu akan jadi opsi paling akhir. Gue nggak enak sama Bang Chandra, selama ini kita udah cukup nyusahin. Ternyata, bener ucapan Bang Detya."
Junio memandang mereka iba, sementara Rendy tampak sangat fokus dengan ponselnya. Entah apa yang remaja itu lakukan, yang pasti suara gebrakan meja terdengar karena ulahnya beberapa saat kemudian.
Brak!
"Gotcha!" seru Rendy, mengundang tatapan terkejut sekaligus heran dari teman-temannya. Junio menepuk punggungnya keras-keras, "Lo ngapain, sih? Kita jadi pusat perhatian, tahu!"
Mengabaikan ucapan Junio, Rendy memberi kode agar mereka mendekat ke arahnya. "Liat ini, ada poster lomba makan pedes di resto deket sekolah. Siapa pun yang bisa habisin level tertinggi bakal dapet hadiah uang tunai satu juta!"
Binar harapan kembali terlihat di mata Reyhan dan Jevan. Junio sendiri tampak menghela napas lega, "Seenggaknya ada daripada enggak sama sekali."
"Tunggu apa lagi? Ayo!"
Keempat remaja itu dengan semangat pergi meninggalkan kantin. Sembari menenteng tas, mereka bergurau sepanjang jalan menuju resto yang rupanya cukup dekat dari sekolah. Langkah mereka terhenti di depan pintu masuk, ada poster lomba yang tertempel di jendela kacanya.
"Apa?! Cuma buat usia 17 tahun ke atas?!" seru Jevan, menoleh ke arah Rendy dengan cepat, "dan lo nggak kasih tau kita?! Sia-sia kita ke sini!"
"H-hah? Tapi di sini nggak ada keterangan kaya gitu, Jev!" Rendy dengan panik menunjukkan postingan Instagram di ponselnya. Junio mengintip dari balik bahu Rendy, membandingkan dua poster tersebut dan mengangguk pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐨𝐧𝐨𝐤𝐫𝐨𝐦 | 𝐒𝐭𝐫𝐚𝐲 𝐊𝐢𝐝𝐬
Teen Fiction🍃 Update tiap minggu malam 🥀 Altair siblings, delapan putra dari keluarga Haidar tumbuh dengan kasih sayang yang cukup. Setidaknya, sampai usia mereka menginjak usia remaja. Larut dalam kebahagiaan yang sementara, membuat mereka lupa kalau tidak a...