❛❛ Terkadang, yang perlu kita lakukan hanya diam dan biarkan waktu yang menentukan. ❜❜
⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉⑉.
.
.
⊱ Chapter 3 : Khawatir ⌟
Tribun penuh sesak dengan para gadis yang berlagak memberi support. Pertandingan di lapangan masih berjalan dengan sengit. Waktu semakin menipis, seorang remaja memantulkan bola dan menggiringnya ke ring lawan. Ia mengambil ancang-ancang, lalu melempar bola itu hingga masuk ke ring.
Three point. Time out.
"Tim trouble makers menang!"
Kericuhan kembali meledak, sorak-sorai menghiasi kemenangan dari pertandingan main-main itu. Di tengah lapangan, tim trouble makers masih merayakan kemenangan dengan bercanda ria.
"Nah, lo traktir kita, Jun."
Junio merengut, habis sudah uangnya untuk mentraktir teman-temannya. Yang lain tertawa melihat muka masam Junio. Mereka asik bercanda, tidak ada niatan untuk meninggalkan lapangan meski dahaga sudah terasa.
"Weih, Jev, Rey, Abang lo, tuh!"
Jevan dan Reyhan menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Rendy. Terlihat Chandra, kakak mereka, berdiri di pinggir lapangan sembari menetralkan pernapasannya. Si kembar berpandangan sejenak, lantas pergi menghampiri Chandra setelah berkata bahwa mereka akan menemui dua remaja itu lagi nanti.
"Lo ngapain di sini, Bang?" tanya Jevan begitu keduanya berhadapan dengan Chandra.
"Cari kalian, we really need to talk. I already talk with Detya and Abhi but they won't listened."
"Wow, tenang dulu, Bang. Kalem aja, gue nggak ngerti lo ngomongin apa."
Chandra menghela napas pelan, "Can we talk bout this at home? As siblings, a family."
"Sorry, Bang. Kita belum pengen pulang, kita cuman beban di rumah." Jevan memalingkan wajahnya, enggan menatap Chandra. Sejujurnya, ia tidak ingin berkata demikian. Takut Chandra merasa sedih. Namun sayang, egonya terlalu tinggi.
"No, you're not. Kalian jangan mikir gitu."
"Udahlah, Bang. Kita lagi gamau bahas masalah ini. We need some more time." Reyhan juga sama, sebisa mungkin menekan emosinya agar tidak meledak ke orang yang salah.
Kriiing!
"Kita balik kelas dulu, ya? Gue sama Reyhan aman kok, lo nggak perlu khawatir, Bang."
Dengan demikian, si kembar pun pergi meninggalkan Chandra yang masih termenung di pinggir lapangan. Gagal lagi usahanya untuk bicara dengan adik-adiknya. Entah kenapa ini menjadi sangat sulit bagi Chandra, padahal biasanya ia mudah mendamaikan mereka. Mungkin, karena kali ini masalahnya cukup besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐨𝐧𝐨𝐤𝐫𝐨𝐦 | 𝐒𝐭𝐫𝐚𝐲 𝐊𝐢𝐝𝐬
Teen Fiction🍃 Update tiap minggu malam 🥀 Altair siblings, delapan putra dari keluarga Haidar tumbuh dengan kasih sayang yang cukup. Setidaknya, sampai usia mereka menginjak usia remaja. Larut dalam kebahagiaan yang sementara, membuat mereka lupa kalau tidak a...