PART 5

3K 115 0
                                    


Suasana berubah menjadi suasana duka. Nara yang terbujur kaku, dikelilingi tangisan orang-orang yang mencintainya. Kini ia telah pergi.

Ia pergi dengan cara yang sia-sia, dan alasan ia pergi yang sangat tak logis.

"Ini pasti gara-gara kamu!!!!" Pekik Mama seolah menyalahkan aku dan akulah pembunuhnya.

"Sudah Ma! Kamu jangan asal menuduh anakmu seenaknya!" Bela Ayah.

Mama menangis tersedu-sedu dan memeluk Ayah. Sore ini Nara akan segera di makamkan.

Aku sungguh masih tak percaya Nara pergi secepat itu. Aku melangkah menuju pemakaman dengan langkah gontai. Pandangan kosong.

Siapa malaikat pelindungku setelah ini? Aku berharap Mama bisa seperti dulu lagi. Tapi aku yakin itu mustahil.

Siapa lagi yang akan menghiburku? Melindungiku? Menemaniku tidur dan sekolah?

Setelah pulang dari pemakaman, Mama benar-benar tak mau ku ajak bicara. Aku menjadi sangat serba salah.

Mama dan Ayah membatalkan perceraiannya. Lega sekali ketika mendengarnya. Tapi aku benar-benar tidak bisa tenang karena Mama yang masih mendiamkanku.

Sedangkan ayah? Sama cueknya dan bersikap biasa saja. Aku serasa menjadi pembunuh di rumah ini.

Hingga dua tahun kemudian, Mama dan Ayah harus pindah ke New York karena pindahan kerja di sana.

Ayah juga ingin aku ikut ke sana tetapi aku tidak mau. Aku lebih memilih tinggal di sini. Hingga akhirnya Ayah meminta adiknya, Tante Raina, untuk tinggal bersamaku dan menemaniku. Aku tidak keberatan.

Aku yakin hidupku akan hancur binasa. Dua tahun tanpa Nara. Kini aku sedang sibuk belajar untuk fokus ujian kelulusanku.

Semua benar-benar terasa hampa.
Ya, tanpa Nara.

(Flashback end)

11 tahun berlalu. Sudah terbiasa rasanya ketika kejenuhan datang dan menghantui diriku.

Aku mengunjungi makam Nara tiap dua minggu sekali. Aku menjadi lebih tidak berarti karena Mama dan Ayah hanya mengunjungiku dua kali dalam setahun.

Aku bagai tak di anggap. Tak tahu kah mereka bahwa aku sangat merindukannya? Aku rindu semuanya! Aku rindu masa kecil, masa bermain dan bercanda dengan Nara, tertawa bersama Mama dan Ayah. Oh, Tuhan!

Bayang-bayang memoriku akan peristiwa Nara bunuh diri masih terekam dengan jelas sekali di otakku.

Pahit. Dan menyakitkan. Ketika kau harus melihat orang yang benar-benar sangat kau sayangi dan kau cintai bunuh diri di depan matamu sendiri.

Aku sungguh tak percaya lagi mitos orang-orang yang mengatakan bahwa ketika salah satu pasangan kembar ada yang meninggal, maka yang satunya akan menyusul.

Aku memang benar-benar sangat ingin menyusul Nara. Tapi aku tidak mungkin melakukan hal sama seperti yang Nara lakukan. Aku masih menyayangi Mama dan Ayah.

Aku bersyukur karena aku masih bisa bertahan sejauh ini. Walau tak ada lagi yang mendukungku. Aku masih bisa menahan untuk tidak menjadi pemberontak.

Aku juga beruntung bahwa aku tidak sampai pada titik frustasiku.

Tinggal bersama tante Raina membuatku nyaman padanya dan aku juga sering mencurahkan hatiku padanya. Tante Raina adalah seorang ahli psikologi. Ia tentu pandai membaca pikiranku.

Aku merasa setelah kepergian Nara, aku bukanlah seorang Naura yang dulu lagi. Aku tak seceria dulu lagi.

Dari bayi aku benar-benar tak bisa di pisahkan dari Nara. Kemana-mana aku selalu bersamanya. Tapi ketika ia pergi ke surga, aku tak bisa ikut bersamanya. Menyedihkan.

Terima kasih kau telah menjadi bagian dari hidupku
Terima kasih kau telah mewarnai hari-hari suramku
Terima kasih kau telah mendukungku
Terima kasih kau telah membelaku
Terima kasih kau telah menghiburku dan membuatku tertawa
Terima kasih kau mau melakukan segalanya demi aku
Bahkan hingga kau harus pergi dengan cara bunuh diri
Aku sungguh sangat menyesal karena tak sempat menarikmu agar kau tidak bunuh diri
Ingatlah selalu
Kau selalu ada di relung hatiku yang terdalam,
Meskipun waktu demi waktu terus berjalan...
Nara Adelia Agustaf - Naura Avelia Agustaf

***

-----------------------------------------------------------

Read my another story: Wildblood
Don't forget to VOTE and COMMENT 😚

Broken WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang