▪︎ Happy reading
▪︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya~~~
Alesha memperhatikan Veni yang terus memandangi pemilik kafe bahkan hingga pria itu kembali ke balik meja barista. Ingin sekali dia menegur wanita itu agar berhenti bersikap centil, tetapi Bagas menarik tangannya dan mengajak duduk. Dia duduk di samping Bagas dengan tangan mereka masih tetap bergenggaman. Di hadapan mereka ada Aqila dan Veni yang masih terus mencuri pandang kepada Glen.
"Kenapa juga gue mau-maunya aja diajak ke sini? Ternyata gue cuma dijadiin obat nyamuk aja," sindir Aqila sambil memainkan ponsel saat melihat sahabatnya asyik mengobrol dengan Bagas, sementara Veni sibuk sendiri melirik Glen.
Alesha segera melepas genggaman dari kekasihnya. Dia tersenyum malu kepada sahabatnya itu lalu mencubit lengan Bagas yang hendak menarik tangannya lagi.
"Sori, La. Nggak maksud gitu, kok. Ya udah, mending sekarang kita bahas soal kuliah Veni aja. Itu, kan tujuan kita dateng ke sini?"
Bagas menaikkan alis ketika ditatap dengan intens oleh wanita yang duduk di sampingnya itu.
"Kita ke sini mau bahas kuliah Veni, kan, Pak?" Alesha menegaskan lagi kata-katanya diiringi dengan melirik Veni.
Pria yang baru paham akan kode dari kekasihnya itu langsung duduk tegak lalu menegur Veni. Wanita itu segera berbalik menghadap ketiga orang yang menatapnya dengan senyum terpaksa.
Alesha menyenggol lengan Bagas untuk memulai pembicaraan agar urusan mereka bisa cepat selesai. Dia ingin Veni segera keluar dari unit apartemen kekasihnya.
"Oke. Jadi, gini, Ven. Tadi, kamu sempet bilang untuk dicarikan tempat tinggal di deket sini aja biar kamu bisa sekalian part time di sini? Emangnya kamu bisa bagi waktu antara kuliah sama kerja paruh waktu?"
Veni tidak langsung menjawab. Wanita itu justru memandangi satu per satu ketiga orang dewasa yang menatapnya untuk mendengar jawaban.
"Ehm, aku bakal usahain biar bisa bagi waktu. Itung-itung sebagai praktek langsung karena aku mau ambil jurusan bisnis kayak Kak Bagas. Gimana? Boleh, ya, Kak?"
"Tapi, Ven. Kamu izin sama ibumu ke Jakarta itu buat kuliah. Bukan sama kerja sekalian. Nanti kalo Tante tanya, aku harus jawab apa?"
"Tolonglah, Kak! Aku juga mau belajar mandiri di sini. Masak iya aku harus bergantung sama Kak Bagas terus? Biaya kuliah aku udah ditanggung sama Kak Bagas, jadi uang saku dan jajan aku biar aku cari sendiri. Cukup adil, kan?"
Alesha melotot saat Bagas menatapnya untuk meminta pendapat. Sebenarnya, dia tidak tahu harus memberi pendapat apa. Karena pria itu terus saja menatapnya, terpaksa dia menjawab seadanya.
"Kalo menurut saya, sih enggak masalah kalo memang Veni mau mandiri, Pak." Alesha melirik ke arah Veni yang mengacungkan jempol kepadanya. "Cuma masalahnya, kenapa harus di kafe ini?"
Veni menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ya, aku suka aja kerja di kafe. Pasti kalo kafe buka sampek malem, dong. Jadi, aku bisa kerja part time setelah kuliah gitu."
"Kalo pengen mandiri sambil belajar bisnis, gue juga punya usaha, kok. Kalo lo mau, lo bisa bantuin gue di toko fotokopi," tawar Aqila yang langsung mendapat dukungan dari Alesha.
"Nah, bener, tuh. Mending sama Aqila aja. Daripada di sini? Yang ada lo pasti ngecengin Glen mulu, kan?"
"Ih, Kak Alesha suka bener, deh! Lama-lama aku jadi suka sama Kakak, nih."
KAMU SEDANG MEMBACA
His Secretary [TAMAT] - SEGERA TERBIT
RomanceTidak selamanya menjadi putri tunggal dari orang tua kaya raya membuat hidup seseorang bahagia. Alesha Kinan Wijaya justru memilih pergi dari rumah dan hidup mandiri karena menolak untuk dijodohkan dengan putra dari sahabat ayahnya. Wanita manja dan...