Di tahun 2022 ini, saya sudah berpindah-pindah kontrakan hingga TIGA kali. Sebuah prestasi yang sangat membanggakan bukan!!
Awalnya saya bernaung di kontrakan milik orangtuanya temen, alasan saya mengontrak disitu bukan karena bangunannya bagus, atau tempatnya strategis, atau banyak penghuni perempuannya, bukan. Tujuan saya mengontrak disitu agar sewaktu-waktu lagi gak ada duit bisa nunggak dulu bayar sewanya.
"Bro bilangin emak lu, bulan ini gue libur dulu bayarnya" Kalimat yang sering saya ucapkan kalau lagi mau nunggak bayar sewa.
Cukup lama saya mengontrak disini, terhitung dari tahun 2019 hingga sekarang (2022), dari mulai saya masih lajang dan sekarang sudah beristri, dari mulai makan nasi cuma lauk kecap sampai sekarang sudah bisa makan kecap lauk nasi.
Iya, saya sudah menikah.
Akhir tahun 2021, ketika Santa Claus sibuk membagikan hadiah, besoknya saya nikah. Tapi saya muslim loh, maksud dari kalimat "ketika santa claus sibuk membagikan hadiah" itu maksudnya sedang hari natal, dan besoknya tanggal 26 saya nikah. Sudah jelas lah ya... Balik lagi. Meskipun sudah menikah, dengan terpaksa kita harus LDR dulu karena pekerjaan masing-masing. Dan ketika istri saya pengin liburan ke tempat saya. Saya panik. Karena tetangga kamar saya berisik banget (ini nanti saya ceritakan di bagian lain) saya takut istri saya ke ganggu, dan gak siap buat menghadapi tetangga model kayak mereka ini. Kasian. Mau gak mau saya nyari kontrakan lagi dong, yang lebih luas, yang lebih bagus, karena ada orang spesial yang bakal menginap beberapa hari kedepan.
"Bang ini ada kontrakan kosong, kamar mandi di dalam, lantai keramik, tembok bukan dari papan, dan bersih" kata temen kerja pas nawarin kontrakan, cuma pas ditanya harga terbilang cukup mahal bagi dompet saya.
Ada lagi yang nawarin kontrakan dan kurang nyaman menurut saya dan istri setelah dia liat lewat video call.
Dan akhirnya, dua hari sebelum penjemputan istri di kampung saya menemukan kontrakan yang sepertinya lumayan bagus, dan istri saya pun bilang demikian. Meskipun setelah ini saya tau kalau ternyata istri bilang bagus karena terpaksa sudah mau berangkat ke Jakarta, jadi mau gak mau. Kemudian dalam dua hari tersebut saya di sibukkan pindahin barang-barang yang dari kontrakan sebelumnya, serta beli perabotan yang belum ada. Asli, itu dua hari yang melelahkan bagi saya.
Singkat cerita, akhirnya istri saya harus balik lagi ke kampung halamannya setelah satu minggu lebih dia ikut dengan saya.
"Akhirnya bisa menghirup udara kampung halaman lagi" kata istri ketika pas sampe rumah.
Hari Minggu berganti menjadi Senin, kemudian Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu lagi. Saya mulai merasa mubazir sekali tinggal sendirian di kontrakan yang terbilang luas, dan cukup buang-buang duit juga. Padahal tinggal di kontrakan yang kecil bagi seorang laki-laki emang kenapa, toh lebih berhemat karena pasti harga sewanya jauh lebih murah.
"Buset baru pindah kontrakan kemarin, sekarang mau pindah lagi" Respon temen kerja pas saya bilang mau pindah kontrakan lagi.
"Aturan kemarin lu gak usah pindah pas istri kesini" tanggapan temen yang lain.
Biarin lah mereka ngomong apa.
Tadinya saya mau pindah ke kontrakan sebelumnya, cuma hati kecil bilang cari kontrakan lain biar banyak kenalan. Karena di kontrakan sebelumnya lumayan banyak yang kenal dari mulai tukang mendoan langganan, warteg langganan, bahkan toko kelontong langganan juga ada. Ya sudah, saya cari kontrakan lain.
Singkat cerita lagi, akhirnya saya menemukan kontrakan yang pas, pas di kantong, pas jaraknya dari tempat kerja, pas juga sama yang punya kontrakan.
Bangunannya terbuat dari papan dan kayu, dari atasannya, temboknya, sampai lantainya juga pakai papan kayu.
"Sangat estetik sekali" gumam saya pada awal kedatangan ke kontrakan sekarang ini.
Sampai suatu ketika, di hari kedua saya tinggal. Saya melihat sekelebat lewat di samping saya dan bersembunyi di balik rice cooker, sosoknya kecil dan cepat sekali pergerakannya.
"Apaan tuh"
Karena penasaran, saya angkat rice cooker. Dan ternyata,
"Sue ternyata tikus"
Kirain sebangsa tuyul, atau sesosok apa gitu, karena katanya sudah hampir setahun kamar yang saya tempati kosong. Ternyata tikus. Lalu saya biarkan tikus tersebut berkeliaran di kamar saya, anggap aja kayak punya peliharaan. Tapi kok lama-lama sangat menggangu. Beras di makan, mie di cemilin mentahan, tisu juga di berantakin. Hingga saya mulai menaruh kecurigaan, "Kayaknya tikusnya gak cuma satu ekor"
Dan benar saja, begitu saya jebak pakai lem tikus, terhitung sudah lima hari hingga sekarang saya menulis cerita ini, saya sudah dapet delapan ekor tikus (nanti saya edit lagi kalau besok dapet lagi) yang tadinya saya pikir cuma satu, ternyata banyak banget. Jadi selama hampir satu tahun kontrakan ini kosong, mungkin tikus-tikus disini berkembang biak dengan pesat, dan kedatangan saya seolah-olah di sambut oleh mereka.
"Welcome to my home" kata mereka 'tikus'
Ditulis : 12/11/22
Dipublikasikan : 12/11/22
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Anak Kontrakan
Short StoryTidak semua orang yang ngekost/ngontrak punya pengalaman sama. Namun dari pengalaman itu bikin kita punya segudang cerita yang menarik untuk dibagikan ke istri/anak/orang lain. Maka dari itu saya bikin tulisan ini untuk berbagi pengalaman pahit-mani...