Setelah saya membaca novel : Koala Kumal karya Raditya Dika, tentang sesuatu yang menyenangkan kemudian kita tinggalkan, namun disaat kembali rasanya sudah berbeda. Seperti koala yang di ilustrasikan Radit saat mendapati hutan tempat tinggalnya sudah berubah alias beda. Dan saya pernah dua kali merasakannya dulu 6th yang lalu saat tinggal di Cibitung dan 2th kemarin saat tinggal di Tangerang.
Kemana kebahagiaan yang dulu pernah ada di kontrakan itu.
°°°°°
Januari, 2013
Saat itu saya bekerja di salah satu pabrik motor ternama di Cibitung, dan saya tinggal di Desa Jarakosta bersama empat teman dalam satu kontrakan. Kadang dua teman dari kontrakan sebelah juga ikut bergabung saat nonton film lewat DVD player. Ya... Kebiasaan kita tiap malam adalah nonton film. Ada banyak ratusan kaset film yang kita beli tiap kali kita mendapatkan gaji. Genre nya pun beragam, ada komedi, petualang, horor, dan tentunya film dewasa. Saya gak tau kebiasaan ini berawal dari mana, yang jelas nonton film di kontrakan paling menyenangkan dari pada harus keluar nonton di bioskop."Eh ada film baru di bioskop tuh" kata salah satu dari kami karena saya lupa siapa yang ngomong.
"Mending nunggu jadi kasetnya aja baru kita beli dan kita tonton" sahut Dodi sambil membersihkan motornya.
Kalau nonton film di kontrakan kita bisa memutar ulang kejadian lucu atau kita juga bisa mem'pause' saat salah satu teman pengin kencing atau berak, sedangkan di bioskop gak bisa.
Keseruan-keseruan itu lantas berkurang mulai perlahan. Semenjak salah satu dari kita menikah dan pindah tinggal bersama istrinya. Terus satu-persatu teman kita juga habis masa kontrak di pabrik motor itu. Kini tinggal saya, Hendi (anak Pekalongan), dan Feri (teman sebelah kontrakan). Kemudian pada akhirnya saya dan Hendi juga habis masa kontrak kerja di pabrik motor.
Kita pun berpisah.
Namun karena barang saya lumayan banyak, jadi saya perlu 2kali bolak-balik Cibitung-Tegal untuk mencicil bawaan barang saya. Dan pada saat saya kembali ke kontrakan itu untuk membawa barang yang terakhir, saya merasa kesepian yang teramat dalam. Karena saya sendirian bersama bayangan satu tahun yang lalu.
Kadang saya mikir gini, satu tahun itu sebenernya berapa hari? Rasanya kok cepet banget. Kayak baru kemarin saya pertama kali masuk ke kontrakan dan berlari menuju toilet sebab sudah tidak tahan menahan beban dalam perut. Ternyata sudah setahun. Kayaknya juga baru kemarin kita kumpul bertujuh nonton film. Lalu kemana suara ketawa teman-teman saya yang dulu? Sekarang sepi. Kadang saya pengin teriak manggil teman-teman buat kumpul kembali disini karena saya sudah kembali di kontrakan. Tapi percuma, mereka gak akan dengar.
Tiba-tiba terdengar suara pintu kebuka serta salam "Assalamualaikum" ternyata itu Feri. Feri ini satu-satunya dari kami yang tersisa, kontrak kerjanya sampai 2th.
"Fer apa kabar?" Sapa saya dan kita salaman karena kita hampir sebulan tidak bertemu setelah saya habis masa kerja langsung pulang kampung.
"Baik. Kamu?"
Saya hanya mampu menganggukkan kepala sebagai jawaban bahwa saya baik-baik saja.
Saya bertemu Feri saja rasanya kayak baru ketemu. Canggung dan bingung mau ngobrolin apa.
"Fer entar anterin saya pamitan ke ibu yang punya kontrakan dan sekalian anterin ke Pol Cibitung untuk terakhir kali"
"Oke siap" jawab Feri. "Dan jangan lupa sama saya ya Ki"
"Enggak lah, kan saya punya hutang sama kamu"
"Hutang apaan?"
"Hutang buat main ke rumahmu di Pemalang"
"Ha ha ha oke saya tunggu"
Sebenernya saya gak pengin ninggalin tempat ini, tapi saya juga gak pengin berlama-lama di sini, tapi saya kangen tempat ini, tapi suasananya sudah berbeda. Perasaan saya campur-aduk waktu itu, cuma karena saya harus pulang demi mencari pekerjaan baru maka saya tinggalkan kenangan ini dengan berbisik dalam hati : Semoga kita semua sama-sama sukses di masa depan. Sampai ketemu lagi teman.
Kemudian saya pergi.
________________________________
Tulisan ini saya persembahkan untuk Dodi, Reza, Hendi, Sabit, Feri, dan Andre.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Anak Kontrakan
Short StoryTidak semua orang yang ngekost/ngontrak punya pengalaman sama. Namun dari pengalaman itu bikin kita punya segudang cerita yang menarik untuk dibagikan ke istri/anak/orang lain. Maka dari itu saya bikin tulisan ini untuk berbagi pengalaman pahit-mani...