Biaya Kontrakan Naik

72 2 0
                                    

Dikontrakkan yang saya tempati sekarang, letaknya di Cengkareng, Jakarta barat. Itu menjadi kontrakan ke 8 selama saya resmi menjadi anak perantauan 7 tahun lalu. Dan ini menjadi kontrakan terlama yang saya tempati. Hampir 2 tahun lamanya.

Jujur, saya sedikit aneh dengan rasa nyaman yang saya rasakan di kontrakan ini. Karena dari segi bangunannya saja, jauh lebih baik dari kontrakan yang dulu pernah saya tempati. Disini, selain panas dan tembok terbuat dari teriplek, kamar mandi cuma satu buat rame-rame. Lalu apa yang bikin saya nyaman? Mungkin, karena murah. Ha ha ha, tapi lebih tepatnya karena tetangga kontrakan saya sama-sama hangat dan penuh kekeluargaan yang bikin saya dan yang lainnya nyaman tinggal disini.

"Buset panas amat di kontrakan lu" kata temen kerja saat sedang main sepulang kerja.

"Yah begini lah kalau kontrakan dengan harga murah" jawab saya seadanya.

"Kenapa gak bareng aja sama gua?"

"Masih nyaman tinggal di sini"

Lagi ngobrol bareng temen tiba-tiba gak ada angin gak ada hujan Ibu Haji yang punya kontrakan datang dan mengumpulkan semua orang yang ngontrak disitu. Bagi yang sedang di luar, segera dihubungi agar cepat pulang karena ada yang akan dibicarakan sama Bu Haji. Dalam hati saya ini tumben amat Bu Haji datang, biasanya kalau datang cuma buat ngontrol kondisi ladang uangnya terus pulang, karena beliau tinggalnya jauh dari sini, tapi ini malah kita disuruh untuk kumpul semua.

"Sampean durung bayar kontrakan ya kang mulane Bu Haji marani mrene" kata saya waktu telfon Kang Baron suruh pulang pake logat ngapak. (Artinya : Kamu belum bayar kontrakan ya Bang makanya Bu Haji nyamperin kesini)

"Sembarang koe (Kamu), aku mah selalu tepat waktu"

"Wis cepetan balik" lanjut saya dan kemudian tutup telfonnya karena takut pulsa habis. (Artinya : udah buruan pulang)

Ketika semua terkumpul, mulai lah Bu Haji membuka topik obrolan terkait kehadirannya ini.

"Jadi bulan depan kontrakannya akan saya naikan"

"Wih keren Bu haji" Seru Bang Abel orang Sukabumi. "Naik berapa tingkat?"

"Bukan! Maksud saya biaya kontrakannya akan saya naikkan"

*Hening

Mendengar biaya kontrakan bakal naik rasanya lebih menakutkan dari pada harga BBM naik. Gak tau kenapa bayanginnya lebih serem dari pada harga pertalite naik, beras naik, cabai naik, dan biaya resepsi juga naik. Serius ini serem banget, diluar dugaan saya yang dulu mikirnya harga sewa kontrakannya bakal turun karena atap mulai ada yang bocor, terus kecoa mulai banyak, dan tikus mulai merusak dinding yang terbuat dari teriplek. Ternyata malah naik.

Jelas kita protes.

"Kenapa mesti dinaikin Bu?" Protes kita.

"Karena udah waktunya dinaikkin" jawabannya Bu Haji yang bikin kita saling memandang.

Alasannya gak masuk akal kalau cuma karena sudah waktunya. Lah wong saya sudah waktunya untuk berkeluarga nyatanya masih sendiri. Tapi balik lagi ke haknya beliau untuk menaikkan harga sewa kontrakan kapan saja. Kita yang ngontrak disini ya wajib terima, karena kita cuma numpang. Ngapain juga kita harus demo supaya gak jadi naik, karena pastinya Bu Haji bakal bilang "Kalau gak mau lanjut ngontrak disini juga gak papa kok"

Cerita Anak KontrakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang