41: Ciem Koh

492 57 5
                                    

Ratu Pangreyep berdiri dengan anggun di sebelah ranjang berkain putih bersih. Di sebelahnya, nampak tabib istana yang khusus memeriksa sang permaisuri dan raja, yakni tabib Ciem Koh. Nenek yang sangat sepuh, karena telah bekerja di istana selama puluhan tahun. Dialah kepala tabib istana, yang memiliki dua puluh asisten.

Ciem Koh, adalah generasi ketiga dari keluarga Koh, tabib perantau dari Tiongkok yang datang sejak zaman Raja Wretikandayun, raja pertama Galuh. Wretikandayun yang menawarkan posisi tabib istana untuk keluarga pendatang tersebut. Sebab itu, jika tabib meninggal, posisi tabib istana digantikan anaknya.

Sayangnya, Ciem Koh tidak menikah. Wanita sepuh yang gemuk dan bongkok itu dipastikan tak bakal pula mewariskan jabatan kepada asisten-asistennya yang masih muda. Karena tak mudah menjadi tabib itu, harus ada persyaratan usia dan pengalaman.

Sebab itu, Pangreyep jauh-jauh hari telah mempersiapkan bakal penggantinya. Tabib Ja, dianggap layak menggantikan. Tetapi untuk sementara, dia hanya diperbantukan untuk mengurus Putri Miranti menantunya. Meski hari itu, tabib Ja tidak terlihat. Malah tabib Ciem Koh yang terlihat siap untuk memeriksa Mar yang masih bertopeng agar tetap dikira sebagai Miranti.

"Aku mendengar berita yang tidak sedap dari Kencana, tentang istri dari kakak sepupunya yang ternyata berselingkuh saat kabur dari Rungguh Cibarus," kata Pangreyep, sambil menatap tajam ke arah Mar.

Mar tak berkutik, dia bersyukur masih diberi kesempatan untuk mengenakan topeng. Itu saja yang dia khawatirkan, topeng disuruh dibuka! Kalau soal bacotan Kencana dia tak peduli, malah justru ingin menggunakan kesempatan tersebut. "Aku tidak berselingkuh ibunda Ratu. Kencana datang ke istana utara pagi buta dan menuduhku macam-macam," ujar Mar.

Pangreyep menghela nafas,"Katanya kau hamil, tapi benih dari seorang tukang sabung ayam. Aku sungguh jijik mendengarnya."

"Itu tidak mungkin ibunda..."

"Sebab itu kau harus diperiksa sekarang juga!"

Mar tak menolak. Dia cepat berbaring ke ranjang, dan pasrah ketika sejumlah asisten Ciem Koh menutupi sekeliling ranjang dengan kain putih, sebelum Ciem Koh memeriksa tubuhnya.

Tak lama kemudian kain diturunkan. Saat itu, Mar melihat Banga telah duduk di kursi kayu bersama Pangreyep. Kemudian, muncul Kencana yang kemudian duduk di sebelah Pangreyep dengan mimik muka penuh amarah.
Mar cepat bangkit, tetapi Ciem Koh menyuruhnya untuk duduk di ranjang.

Pangreyep melirik Kencana,"Sekarang, apa tuduhanmu terhadap istri sepupumu ini?"

Kencana menghembuskan nafas dengan kesal,"Sudah kubilang tadi, Bibi Ratu. Putri Miranti saat kabur dari Rungguh Cibarus ternyata berselingkuh dengan tukang sabung ayam bernama Ciung."

"Dari mana kau tahu?"

"Tadi aku sudah bilang..."

"Katakan lagi di sini!"

"Ciung yang bilang."

"Dari mana kau bisa mengenal tukang sabung ayam seperti Ciung? Kau ini seorang putri, Kencana!" Bentak Banga, yang tak tahan melihat ulah Kencana.

Kencana pucat pasi dibentak Banga,"A-aku ketemu di toko kain. Sa-saat berbelanja dengan ibunda Namis..."

"Baru bertemu langsung ngobrol banyak, begitu?"

"Ti-tidak... kami ketemu lagi pas acara nyabung ayam istana..."

"Lalu?"

"Stt..." Pangreyep menyentuh lengan Banga,"Sudah, biar Ibunda yang urus. Ceritakan semua, Kencana."

Kencana mengangguk,"Betul, Bibi Ratu. Si Ciung bilang katanya Putri Miranti sedang hamil anaknya. Sebab mereka sudah puas bercinta selama masa kaburnya itu. Tetapi karena Ciung meragukan janin dalam perut Putri Miranti, maka... maka..."

GANCETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang