Bab 10 - Kejujuran

104 9 0
                                    

Mata Lily berkaca-kaca menatap Jalu, keberaniannya dan kekuatannya untuk melawan Jalu perlahan meninggalkan hatinya. Lily ternyata tak sekuat itu menghadapi patah hati terbesarnya. Lily tak kuat lagi menahan kesedihan yang menyelimutinya kembali. Ternyata ia tak bisa meluapkan emosinya dan memanfaatkan kekuatan itu untuk membalas perbuatan Jalu. Meskipun Lily juga ragu apa salah Jalu hingga ia harus membalas perbuatannya. Kakaknya menikahi wanita yang layak dan sepadan dengannya. Dimana letak kesalahannya hingga Lily harus berbuat sejauh ini.

"Udah ya Kak, aku capek ngadepin kakak. Aku ga mau membicarakan apapun, aku ga bakal pergi sama kak Damian," lirih Lily yang akhirnya mengalah dan memilih untuk menyerah pada Jalu.

"Bukan itu jawaban yang ingin ku dengar, Lily," paksa Jalu yang merasa tidak puas dengan jawaban Lily dan masih bertanya-tanya kenapa adiknya jadi tiba-tiba mendiamkannya dan menangis hanya karena di bentak seperti ini.

"Aku capek kak, aku mau sendiri," ucap Lily mengulang ucapannya dengan air mata yang mulai berlinangan di pipinya.

"Jawab pertanyaanku dulu. Kamu kenapa? Kenapa kamu tiba-tiba menghindari aku?" tanya Jalu tapi Lily hanya diam saja dan memalingkan pandangannya menghindari tatapan mata Jalu. "Apa sulit jujur? Apa terus menghindariku dan menyembunyikan rahasiamu akan membuatmu merasa lebih baik disini?" tanya Jalu mendesak Lily dengan lebih lembut sambil mendudukkan Lily di tempat tidurnya.

"Harusnya dari awal aku tidak disini. Harusnya dari awal aku tidak usah di adopsi keluarga ini," ucap Lily ambigu yang membuat Jalu bingung dan khawatir bila Lily tau rahasianya atau ia yang tak sengaja mengucapkan itu tanpa sadar pada Lily.

"Apa maksudmu? Kamu kenapa ngomong gini sih?" tanya Jalu ingin memperjelas apa maksud ucapan Lily.

"Ga ada maksud apa-apa kak, bener kata kakak. Aku murahan, aku anak adopsi yang murahan seperti pelacur, benar apa kata kakak. Aku sekarang sadar aku sehina itu," ucap Lily yang lebih ambigu lagi.

Sebelumnya Jalu khawatir bila Lily tau rahasianya. Sekarang ia lebih khawatir kalau ternyata Lily sudah berhubungan intim dengan Damian atau pria lain selama Lily mendiamkannya beberapa waktu belakangan.

Jalu menghela nafas lalu menggenggam kedua tangan Lily dengan erat. "Jujur Lily, tidak masalah. Aku tidak akan marah kali ini. Aku janji. Ini akan menjadi rahasia kita berdua. Aku janji tidak akan memperbesar masalah ini," ucap Jalu lebih lembut membujuk Lily kali ini.

"Janji?" tanya Lily yang kembali menatap Jalu. "Apapun yang kuucapkan kakak gak marah? Tidak akan membesarkan masalah ini? Merahasiakannya?" tanya Lily untuk mempertegas jawaban Jalu.

Jalu mengangguk. "Aku janji."

"Dan melupakan semuanya setelah aku mengatakannya dengan jujur?" tanya Lily.

Jalu memejamkan matanya dengan kepala tertunduk, menimang-nimang jawaban yang harus ia berikan agar Lily dapat segera mengatakan rahasia dan masalahnya saat ini sesegera mungkin. "Oke aku janji akan melupakannya dan bertingkah seolah tidak terjadi apapun setelahnya." Dengan berat hati Jalu mengambil keputusan itu.

Lily menghela nafas lalu menatap mata Jalu dengan serius. "Aku suka sama kak Jalu. Aku suka sama kak Jalu udah sejak dulu," airmata Lily kembali menggenang di pelupuk matanya. "Aku ga tau sejak kapan perasaan itu ada. Tapi aku suka kak Jalu. Kakak cinta pertamaku. Aku tau aku dah ga tau diri, aku lupa batasanku dimana, aku lupa dimana posisiku. Tapi kemarin waktu kakak tiba-tiba punya hubungan serius sama kak Alma dengan begitu cepat. Aku patah hati, aku sedih, aku kecewa, marah. Aku gak tau harus apa. Jadi aku menghindari kakak," aku Lily dengan airmata yang akhirnya mengalir.

Jalu mempererat genggaman tangannya pada Lily.

"Maaf kak, tapi sekarang aku jadi tau betul dimana posisiku yang seharusnya. Aku paham siapa aku sekarang. Rasanya aku ga kuat tiap liat kakak untuk beberapa waktu ini," ucap Lily lalu menarik tangannya dari genggaman Jalu perlahan.

Jalu tak mau melepaskan genggaman tangannya pada Lily. "Tidak Lily, kamu salah paham dan aku yang tidak pernah menjelaskan ke kamu sebelumnya," ucap Jalu dengan suaranya yang begitu lirih.

"Pada akhirnya kakak bakal punya pasangan dan keluarga sendiri, aku juga begitu. Aku hanya sedang berusaha buat move on dari kakak itu aja," lanjut Lily yang tak peduli pada ucapan Jalu lalu tersenyum dalam tangisnya yang terlihat begitu memilukan.

Jalu memeluk Lily dengan erat. Jalu ingin mengatakan sesuatu untuk menghibur hati kecilnya yang sedang patah itu atau paling tidak mengungkapkan kejujuran juga. Tapi Jalu begitu takut mengucapkan apa yang ada di kepalanya apa lagi isi hatinya. Ia hanya bisa memeluk Lily dengan erat. Air mata jalu juga mulai tak dapat terbendung lagi sama seperti Lily.

Perasaan Jalu jauh lebih besar dari apa yang Lily rasakan. Pengorbanan yang Jalu lakukan juga tak main-main untuk mempertahankan Lily saat ini agar tidak di miliki siapapun. Tapi rasanya Lily tak bisa memahami itu karena Jalu tak pernah mengatakan apapun padanya soal rasa yang ia simpan selama ini.

Sungguh mengetahui apa yang selama ini di sembunyikan dan di rahasiakan Lily rasanya lebih baik dari pada mendengar pengakuannya secara jujur seperti ini. Rasanya melihat Lily yang tersakiti karena ulah Jalu, malah membuat Jalu sendiri lebih menderita daripada yang ia bayangkan sebelumnya.

"Kakak, aku senang sudah bisa jujur sama kakak. Meskipun aku tetap sakit hati. Tapi tidak masalah karena itu sama kakak," ucap Lily lembut. "Habis ini kakak bisa bersikap seolah-olah ini tidak pernah terjadi," sambung Lily lalu melepaskan pelukan Jalu dan menarik Jalu untuk keluar dari kamarnya.

Jalu hanya bisa pasrah, diam tak berani mengeluarkan sepatah kata pun. Jalu keluar dari kamar Lily lalu diam mematung menatap pintu kamar Lily yang menutup dan kembali di kunci. Bohong bila Jalu bisa bersikap seolah tak terjadi apa-apa sementara ia baru saja mendengarkan isi hati Lily. Perasaan gadis yang selama ini begitu ia dambakan. Jalu begitu kacau, ia tak bisa berpikir jernih bila terus di rumah dan berhadapan dengan Lily terus-terusan sekarang.

Bad Brother ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang