Bab 6 - Diam-Diam

127 7 0
                                    

Jalu melihat pesan dari Lily yang ia arsipkan setelah sekian lama. Lily sempat menelfonnya dan mengirim beberapa pesan padanya. Jalu begitu merasa bersalah pada Lily yang sudah ia abaikan. Mungkin bila ia menanggapi pesan itu semalam ia bisa menjenguk Lily dan membawanya pulang secara paksa, atau paling tidak membawanya kerumah sakit atau hotel untuk merawatnya. Tapi ia malah kalah dari Taji.

Ada rasa takut di hati Jalu, bagaimana bila Taji memperlakukan Lily lebih baik dan membuat Lily nyaman juga menukai Taji lebih daripada dirinya. Meskipun Jalu juga tak pernah menunjukkan perhatian sebaik Taji yang ceria dan hangat. Taji idola meskipun ia berhenti jadi idol setelah baru setahun ia debut dan tiba-tiba tertarik dengan politik dan terkena skandal dengan beberapa wanita.

Sementara Jalu selama ini begitu dingin dan kasar pada Lily sejak ia jatuh hati, demi menutupi perasaannya. Tapi Jalu tetap percaya semakin sedikit kebaikan yang ia tunjukkan pada Lily maka akan semakin membekas kebaikan itu. Tentu saja teori itu hanya di yakini Jalu tanpa ada pembuktian dari teorinya. Tapi Jalu tetap yakin.

"Kak, kamu suka sama anaknya pak Surya?" tanya Robi setelah Alma dan mamanya pulang.

Jalu menghela nafas pelan lalu mengangguk. Sial aku di tahan lagi, batin Jalu yang kesal tak bisa langsung tancap gas menemui Lily menyusul taji yang sudah duluan kesana.

"Apa mau langsung kita lamar aja besok? Sekalian waktu pesta kelulusanmu," tawar Robi yang merasa semakin cepat anak-anaknya berrumah tangga semakin baik.

Jalu mengangguk pelan. Ia juga berpikir begitu. Tapi dari semuanya atau pilihan yang akan ia ambil bersama Alma kedepannya. Jalu ingin memberitahu Lily terlebih dahulu.

"Oke, bagus kalo kamu mau. Papa seneng, Alma juga keliatannya baik penyayang. Orang tuanya juga jelas, pendidikannya bagus," ucap Robi memberi restu tanpa di minta.

Jalu mengangguk sambil tersenyum penuh kemenangan. Rasanya sebentar lagi kemenangan atas papanya yang tak pernah bisa bekerja sama dengan keluarga Waloh itu akan segera ia raih. Mungkin ia bisa mengakuisisi semuanya. Ia tinggal memanipulasi perasaan Alma dan pelan tapi pasti ia akan memenangkan semuanya.

"Terus kamu mau nyiapin apa buat lamar dia besok?" tanya Robi memastikan persiapan putranya.

"I don't know, aku mau nengokin Lily dulu," jawab Jalu yangmasih teringat pada Lily.

"Jangan terlalu memfokuskan dirimu sama adikmu itu, dia punya kehidupannya sendiri. Dia bakal punya keluarganya sendiri juga. Selain itu dia juga cuma perempuan yang di adopsi mamamu. Cepat atau lambat dia bakal pergi juga," ucap Robi mengingatkan karena tak suka melihat Jalu bila terlalu posesif dan protektif pada Lily. "Papa pengen punya tambang minyak, mungkin Lily bakal papa jodohin sama anaknya temen papa," sambung Robi lalu melangkah meninggalkan Jalu.

"What?! Kenapa di jodohin? Apa masih kurang yang sekarang?" tanya Jalu kaget dan tak terima dengan rencana papanya.

"Apa salahnya jadi lebih kaya?" Robi mengembalikan pertanyaan pada Jalu.

Jalu hanya bisa geleng-geleng kepala.

Robi tertawa kecil. "Calm down, baru rencana," ucap Robi santai sebelum ia ribut dengan putranya dan istrinya tau dengan rencananya.

●●●

Lily yang semula ingin berlama-lama menikmati jamborenya memilih untuk ikut pulang bersama Taji. Karena ia tak bisa menahan tangisnya dan terlanjur beralasan bila perutnya kembali sakit hingga ia menangis. Alasannya juga di dukung dengan suhu tubuhnya yang kembali demam.

"Loh adek pulang awal, jamborenya gimana?" tanya Naila yang menyambut kepulangan Lily dan Taji di tengah dinnernya bersama Robi.

"Lily demam Ma, sakit. Aku bawa pulang aja," jawab Taji sambil merangkul Lily.

"Ya Allah, udah ke dokter belum Kak?" tanya Naila yang beralih ke Taji karena Lily tampak begitu lemas.

Taji mengangguk lalu berjalan menuju kamar Lily, karena harus melewati tangga ia jadi sekalian menggendong Lily.

Jalu yang ada janji dengan Alma melihat betapa lemasnya Lily hingga harus di gendong Taji. Jalu ingin mengambil alih Lily dan menghujaninya dengan banyak perhatian. Tapi ada janji yang harus ia temui dan Jalu juga tak mau lepas kendali terhadap Lily saat ini. Tidak. Tidak saat ini.

"Kencan Kak?" tanya Naila yang melihat Jalu turun dari kamarnya.

Jalu mengangguk lalu tersenyum dan memeluk mamanya sebelum pergi.

"Hati-hati ya anak gantengnya mama," ucap Naila lalu kembali melanjutkan dinnernya bersama suaminya lagi.

Tak selang lama Taji kedatangan tamu, pacarnya yang sekalian datang untuk menjenguk Lily setelah mendapat kabar dari Taji kalau malam ini tak dapat pergi kencan karena adiknya sakit. Tentu saja Taji dan Amanda kekasihnya tidak sekedar mengobrol atau makan malam berdua di taman belakang. Biasanya Amanda akan menginap di rumahnya juga karena memang sudah akrab dengan Naila dan Robi juga mengijinkan.

●●●

Setelah Taji meninggalkannya sendiri di kamar. Lily mulai membersihkan wajahnya. Ia sudah sempat mandi saat di rawat di rumah sakit sebelum pulang. Tak ada skincare routine yang Lily lakukan. Airmatanya masih berjatuhan mengingat Jalu yang akan segera menikah. Ia tau ia tak berhak sedih atau melarang keputusan Jalu dan keluarga yang sudah memungutnya ini. Tapi dari hatinya ia sungguh sangat sedih, patah hati, dan sakit. Bahkan menangisi keputusan Jalu seperti saat ini pun rasanya begitu tak tau diri dan lupa daratan.

"Lily..." panggil Jalu pelan dan nyaris berbisik sepulangnya dari acaranya.

Lily sudah terlelap setelah lelah menangis dan memang kondisi tubuhnya yang kurang fit.

Jalu duduk di temmpat tidur Lily lalu menempelkan plester demam ke keningnya. Jalu mengecup ujung kepala Lily lalu tiduran di sampingnya setelah membenarkan selimutnya.

"Kamu ngapain sakit, bikin khawatir aja," bisik Jalu lalu memelu Lily dan kembali mengecup kepalanya sambil menghirup aroma manis dan bunga dari tubuh Lily dalam-dalam sebelum ia pergi kembali ke kamarnya.

Bad Brother ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang