01. Langit biru

575 47 8
                                    

"Banyak orang yang menginginkan pasangan dengan standar yang tinggi, tapi mereka lupa dengan value diri mereka sendiri."
.
.
.
Happy reading

"Arka tidak menerima perjodohan ini!" Tegas Arka sambil berdiri dari duduknya.

Sontak Abi dan Ummi juga bangun dari tempat duduknya, "Abi nggak mau dengar alasan kamu lagi, sudah cukup Abi sama Ummi kasih kamu kelonggaran waktu untuk mencari pendamping hidup kamu sendiri. Nyatanya sama sekali enggak ada hasil!" Bantah Abi dengan suara tak kalah lantang.

Arka melemah mendengar suara lantang Abinya, lantaran baru pertama kali Abi berbicara lantang dengannya. "Bi, Abi kan tau sendiri Arka sudah punya seseorang yang Arka cintai, Arka ingin menunggu nya Bi. Dulu Abi juga engga mempermasalahkan itu, Kenapa sekarang Abi berubah?! Kenapa nggak Abang Alfa aja?" Arka masih kukuh pada pendiriannya dan tak lupa membujuk Abinya. Ia juga mengingatkan kepada sang kakak- Alfarezi Ghali Altezza yang sekarang sedang kuliah di Al-Azhar Kairo meneruskan S2 nya.

"Mau berapa lama lagi kamu nunggu wanita itu Ar! Kamu ini makin lama makin tua, Abi Ummi juga. Apa kamu selamanya enggak nikah kalau wanita itu enggak ketemu Arka!"

Arka tak kuasa mengelak lagi, hingga akhirnya ia menyerah begitu saja. "Kalau itu mau Abi sama Ummi, Arka pasrah. Tapi ingat Bi, Arka terpaksa menerima perjodohan ini!" Dengan perasaan kecewa Arka pergi dari hadapan Abi dan Ummi nya. Dia memasuki kamar, membanting pintu kamar dengan keras membuat Abi nya mengelus dada.

"Sabar ya Bi," elus Ummi di lengan Abinya. Abi hanya bisa mengaguk pasrah.

Ahsan Abrisam selaku ayah dan Naifah Annisa Asma ibunya Arka yang sudah uring-uringan dengan sifat anak keduanya itu. Bagaimana tidak jika ia selalu murung menunggu kekasihnya itu untuk memberi kabar.

Pagi harinya Arka keluar dari kamar dengan baju gamis favoritnya tak lupa dengan kunci mobil. Abi Ahsan yang berada di ruang tamu membaca majalah langsung menghadang nya.

"Mau kemana Arka?" Tanya Abi sambil menyampingkan majalahnya.

"Mau keluar sebentar beli jilbab," jawab Arka sambil membenarkan jam tangan yang melekat di tangannya.

"Untuk apa? Tumben? Jangan lupa nanti jam sembilan kita ke rumah gadis yang Abi ingin jodohkan sama kamu."

"Iya. Arka mau beli jilbab untuk hadiah, tapi bukan berarti Arka sudah ikhlas lahir batin ya Bi!"

Abi hanya mengaguk sambil membenarkan posisi duduknya, meski terpaksa Ahsan juga tidak mungkin menolak perjodohan ini karna dia sudah berhutang budi banyak kepada sahabatnya itu.

....

Angin malam menghembus mengenai kulit Athaya, gadis cantik itu hanya memakai jilbab pendeknya serta teh yang masih ber-uap di balkon kamarnya.

Tak pernah terbayang dibenaknya jika harus secepat ini menikah, apalagi dengan pilihan orang tuanya. Bahkan ia belum pernah sama sekali menjumpai calon suaminya. Pikirnya sudah kemana-mana, Ia takut jika dijodohkan dengan om-om tua yang seperti yang ia lihat di media sosial.

Malam ini Athaya tidak bisa tidur karena pagi nanti laki-laki yang menjadi suaminya akan datang ke rumah. Sampai sekarang Athaya masih mengagumi salah satu kakak kelasnya yang menjadi ketos dulu. Alfarellza Arkana Elbiru, sampai sekarang ia masih mendoakan namanya disetiap sholat tahajud nya.

Bodoh, gadis bodoh yang mendoakan laki-laki yang sudah lama tak berjumpa, bagaimana kalau laki-laki itu sudah menikah? Oh tuhan bagaimana dosa Athaya karena mendoakan seorang yang sudah menjadi suami orang?

"Allah, jika Ia sudah menjadi milik orang lain, aku hanya ingin minta memiliki pendamping seperti dia ya Allah." Batin Athaya sambil meneteskan air matanya.

Mencintai dalam diam bukan perjuangan yang mudah, dikala harus menahan semua perasaan tanpa seseorang yang tau. Ingin marah tidak pantas, apalagi dengan cemburu. Ia hanya bisa mencurahkan kepada sang Robb, begitupun harus ikhlas ketika ia bersama yang lain. Sakit bukan? Tapi bukan berarti semua bisa menjalani cinta dalam diam.

Athaya Mahra gadis cantik yang banyak dikagumi karena paras nya yang menawan, tutur katanya yang lembut. Banyak laki-laki yang datang untuk meminang nya, tapi ia selalu menolak tak segan-segan untuk menyangkutkan kakaknya sebagai alasan.

Aisha Mughny selaku kakak pertama tidak bisa berkutik karena alasan Athaya yang menyuruhnya untuk menikah lebih dulu. Aisha memasuki kamar Athaya dengan mengendap-endap, lalu mengagetkan Athaya.

"Doarrr," Athaya terperanjat kaget.

"Kak Aissssssss!" Teriak Athaya kesal, sedangkan Aisha sendiri hanya mengejek sambil menjulurkan lidahnya.

"Cieee yang akhirnya mau nikah, katannya kemarin-kemarin ngga mauuu?" Ejek Aisha sambil menoel-noel dagu sang adik.

"Kak Aishhhh, Athaya tuh terpaksa juga tauk. Athaya ngga mungkin nolak terus permintaan Ayah sama Bunda ish. Kenapa ngga kak Aisha aja?" Kesal Athaya sambil mencebikkan bibirnya.

"Bodo amat wleeee, terus gimana sama mas crush mu itu?" Tanya Aisha, pasalnya Athaya selalu bercerita dengan kakaknya soal pria yang ia sukai. Aisha sendiri tidak tau siapa, hanya saja setiap kali cerita, Athaya tidak pernah menyebutkan namanya. Ia hanya menginisialkan "Mas A." Sebagai orang yang Ia suka.

"Ya mau gimana lagi, eh kak terpikir nggak kalau seandainya Mas A udah punya istri gimana? Dosa dong Athaya doain suami orang."

"Emang kamu yakin kalau dia udah punya istri?"

"Ya belum si Kak. Kak besok aku nggak siap ketemu calon nya, gimana kalau dia om-om? Atau jangan-jangan bapak-bapak lagi? Aduhay tidak terbayangkan kalau Athaya yang cantik jelita ini menikah sama bapak-bapak."

"Ish, berpikir tuh positif jangan negatif mulu. Kakak udah dapet bocoran dari Ayah, katanya calon kamu nanti masih muda kok." Athaya yang penasaran kini menatap intens mata kakaknya, mencari titik kebohongan tapi Ia tidak menemukan nya.

"Masa? Coba sebutin ciri-ciri nya biar Aya gak overthinking ." Tanya Athaya lagi.

Kini tawa Aisha meledak, ia menirukan gaya trand hingga membuat Athaya kesal. "Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya? Yaudah aku kasih tau ya,"

"Cepet kasih tauuu kak, Sebel ih."

"Dia lulusan Al-Azhar Kairo, S1 sarjana Ilmu Bahasa Arab. Sekitar umur 27-an, dia punya kakak laki-laki juga. Kata Ayah, dia tampan."

"Masih muda berarti kak? Sama Athaya terpaut 3 tahun? Wahhhh." Tanya Aya terkagum.

"Point plus nya lagi, dia paham agama. Katannya si, tapi gak tau lah, kakak cuma denger denger."

"Jadi gak sabar mau ketemu orangnya, bismillah semoga dia Mas A." Doa Athaya yang mendapat bogeman dari kakaknya.

"Eling dek, koe arep rabi isih mikirno lanangan lio." Kak Aish hanya menggelengkan kepala dengan tingkah adek nya itu. (Inget dek, kamu mau nikah masih mikirin laki-laki lain.)

"Iyo-iyo Mba, kan gak enek salah e ko aku ngarep ngunu?" Tanya Aya lagi.  (Iya-iya kak, nggak ada salahnya kan kalau aku berharap?)

"Ya engga si, tapi terserah kakak ngantuk mau tidur. Bye Aya good night."

"Night too Mba."

Aisha bergegas pergi, begitu pun Athaya yang menuju ranjangnya untuk tidur. Sebelum itu Athaya juga bersih-bersih badan seperti gosok gigi dan mencuci kaki. Tak lupa ia mematikan lampu dan berdoa, selepas itu ia pulas dengan mimpinya.

.....

TBC

Thank you all dah mampir semoga suka yaa,,,

Jangan lupa follow aku
Aqidatul09


- Senin, 21 November 2022 -

Repost
Rabu, 22 Februari 2023

ulang lagi yaa

Minggu, 17 Juni 2023

Langit biruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang