01 : Pertemuan

209 140 2
                                    

Hari ini adalah hari Senin di mana kesibukan kembali dimulai, ini hari yang begitu tidak disukai oleh para siswa belum puas menikmati masa libur, bahkan menanti hari libur pun tentunya masih lama karena sekarang sedang di awal hari.

Ada yang berbeda dari pemuda satu ini yaitu Dicky Alfiano, berasal dari keluarga sederhana, tinggal bersama dengan seorang wanita paruh baya yang sering dia sebut 'bunda', pemuda itu kali ini terlihat sangat bersemangat dan antusias sekali, terbukti saja pada pagi ini dia terbangun cukup pagi sekitar jam 5.

Pemuda bernama Dicky itu merubah posisi tidurnya menjadi duduk dipinggiran ranjang, ia terdiam, masih mengumpulkan nyawa yang belum sempurna itu, ia mulai menggosok-gosokkan kedua matanya kemudian kepalanya menoleh ke jam weker yang berada diatas nakas, seketika matanya melotot terkejut melihat angka serta jarum jam yang kini mengarah pada angka lima, ia langsung bangkit kemudian bergegas mengambil handuk, pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh.

Tidak membutuhkan waktu lama pemuda itu akhirnya keluar dari kamar mandi, sudah menggunakan sarung, baju koko serta peci, sepertinya dia tidak lupa untuk menunaikan kewajiban sebagai umat muslim.

"Tidur cepet masih aja kesiangan" gerutu Dicky, tangannya bergerak membentang sajadah.

Setelah itu dia berjalan ke dapur, mengambil bahan-bahan, kali ini ia berkeinginan memasak nasi goreng, tidak terlalu ribet juga jadi apa salahnya dia yang memasak, toh rasa masakannya tidak buruk dan membantu bundanya sendiri tidak salah kan? jarang lho ada yang berinisiatif memasak seperti Dicky.

"Akhirnya.... selesai" gumamnya dengan wajah sumringah, akhirnya setelah 30 menit di dapur, ia telah menyelasaikan masaknya, matanya berbinar melihat nasi goreng yang masih panas itu.

"Em.... Harum, putra bunda masak ya? Masak apaan itu?" Tanya wanita paruh baya yang muncul dari balik pintu.

"Masak nasi goreng bun, tapi Dicky masih belajar dikit-dikit sih, coba bunda cicip enak apa enggak?" Ucap Dicky sambil menyerahkan sepiring nasi gorengnya.

"Pasti enak ini, makasih ya sayang, kamu tahu aja kalau hari ini bunda kesiangan bangun ditambah lagi bunda harus berangkat lebih cepat" jawab Yanti lalu menerima piring yang diberikan putranya.

"Iya dong bun, oh iya Dicky ke kamar ya mau ganti baju dulu" ujarnya dan itu diangguki oleh sang bunda.

Sekitar 20 menit lamanya Dicky akhirnya keluar dari kamar dan langsung menuju ke ruang makan ternyata disana masih terdengar suara air mengalir sepertinya wanita paruh baya itu sedang mencuci piring.

"Loh bunda belum berangkat?"duduk dikursi "udahlah bun biarin aja, nanti sepulang sekolah Dicky yang bakal beresin semuanya, bunda mending berangkat sekarang nanti jalanan macet" ucap Dicky.

"Iya sayang, kok suka bawel gitu sih putra bunda" jawab Yanti sambil terkekeh.

Dicky yang mendengar itu lantas mengerucutkan bibirnya tidak terima dikatai bawel.

Yanti terkekeh melihat wajah putranya yang bukan lagi tampan tapi malah terlihat imut.

"Bunda kok ketawa, ck?" Gerutunya tidak suka.

Yanti mengeleng. "Bunda berangkat dulu ya" ucap beliau sambil menenteng tasnya.

"Gak bareng Dicky aja bun?" Tanya Dicky sekaligus menawarkan, dia bisa saja mengantar bundanya hari ini, lagi pula tempat bundanya berkerja searah dengan sekolahnya jadi apa salahnya berangkat bareng.

D and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang