Sebagai kompensasi atas kegagalan kencan perdana tempo lalu, jadi lah sekarang Langit bersedia menemani Awan latihan taekwondo di ruangannya. Sekalian Langit mengevaluasi apa yang salah dari konsep 'pendekatan' mereka. Gadis itu lesehan di matras, sedang Awan sibuk berlatih di depannya.
"Kayaknya cafe date bukan tempat yang cocok buat lo sih, Wan. Berhubung lo pendiem anaknya kalau sama orang baru, mending lokasi ngedate nya di ganti ke tempat yang rame dan gak perlu banyak ngobrol," analisa Langit sembari mengusap-usap dagunya sendiri.
"Alias???" lanjut Langit memancing reaksi Awan, namun lelaki itu hanya mengangkat bahu, terpaksa Langit yang meneruskan kalimat, "Taman bermain."
"Dufan?"
"Yep. Boleh tuh. Kalau ke Dufan lo nggak harus ngobrol banyak, Wan, cukup menikmati semua wahana permainan bareng-bareng. Ntar pasti deh muncul tuh chemistry-chemistry cinta. Kalau udah gitu mah tinggal satsetsatset, jos! Pacaran."
Mendengar jabaran Langit, Awan mangut-mangut mengerti. Sedikit ngos-ngosan pemuda itu berhenti dengan gerakannya. Ia mengambil botol air mineral di depan dan meneguk habis isinya. Sudah dua puluh menit latihan intens, jelas saja Awan lelah. Dia butuh recharge energy.
"Jadi fix ya, Wan, destinasi lo ngedate berikutnya adalah Dufan," simpul Langit.
Bersamaan dengan Awan yang selesai meneguk air, lelaki itu menoleh pada Langit, "Kayaknya lo paham banget ya soal taktik pdkt gitu. Kenapa lo gak praktekin ke diri sendiri aja?"
"Hm, begini sih, gan. Paham teori tuh emang bener. Tapi kan berhasil atau enggak ya belom tau hehe."
"Jadi maksudnya di sini gue jadi kelinci percobaan lo?"
"Enggak dong," Langit nyengir, "Ya kalau lo jadian sama Disha toh gak ada ruginya kan? Ini nih penerapan dari pribahasa sambil menyelam minum air, tau."
Memang ada saja balasan Langit kalau soal berdebat. Awan malas ribet, ujungnya dia iyain saja. Lelaki itu bergeser mendekati Langit lalu menarik sebelah kaki gadis itu agar dia berselonjor. Kemudian Awan membaringkan kepalanya di atas paha Langit.
"Hey hey hey! Apa-apaan ini, Bung?" protes Langit.
"Rendah banget kepala gue kalau langsung di matras. Mau rebahan bentar lah. Capek."
Akhirnya Langit biarkan. Dia juga tahu seberapa seriusnya latihan Awan tadi. Wajar jika lelaki itu kelelahan sekarang.
"Keringet lo banyak tuh. Gue kayaknya ada tisu deh, bentar," Langit merogoh saku outernya, meraih sebungkus tisu mini, "Nah ada."
Dan Awan hanya diam saja ketika Langit mengelap peluh di dahinya dengan telaten. Gadis itu menyibak poni Awan lalu menempelkan selembar tisu di sana.
Karena Awan juga tidak memejamkan mata, dia jadi bisa melihat surai legam Langit yang ikut jatuh saat gadis itu menunduk. Refleks Awan menaikkan tangannya, menyentuh beberapa helai rambut Langit lalu dia mainkan di jemarinya.
Awan bergumam, "Panjang juga ya rambut lo."
"Tapi bagus kan? Gue pernah ngendorse sampo soalnya haha!"
"Ya, bagus sih. Lembut. Wangi juga, akarnya kuat ya?"
"Yoi, lagi dong lagi, puji gue yang banyak."
Lelaki itu terkekeh. Iseng, tangannya pun berpindah ke belakang kepala gadis itu, "Beneran kuat kan akar rambutnya?"
Detik kemudian Langit sontak berteriak lantaran Awan baru saja meremas rambutnya agak kuat.
"ASTAGFIRULLAH?! WOEY?!! GAK DIJAMBAK JUGA DONG SIALANN!!! LEPAS HEH! GUA GAPLOK YA LU?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Cloud & Sky
FanfictionKepada Awan Xabiru tertanda Langit Nirmala. Ada pesan tersirat dalam ceruk bumantara. written on: Nov 7, 2022 - Feb 7, 2023. ©RoxyRough