Tumben-tumbenan grup chat angkatan di wasaf jebol notif dari pagi. Rupanya lantaran nanti mau diadakan diskusi internal berkaitan dengan event budaya. Jadi semua mahasiswa dan mahasiswi semester satu diajak berkumpul di halaman belakang fakultas selesai kelas terakhir hari itu.
Tentu saja, Awan dan Langit juga hadir di sana. Yang tidak punya jabatan organisasi, duduk lesehan di atas aspal. Sedang yang punya jabatan berdiri di depan mereka.
"Teman-teman semua kita minta waktunya sebentar ya. Sebelumnya makasih buat yang udah mau gabung di sini sore ini," intro Nickolas. Sekedar info, dia itu ketua angkatan. Makanya Langit menempatkan dia di tingkat tertinggi dari sistem kasta.
"Jadi, kemarin tuh rencananya kan bakal ada perwakilan dari semester satu sama tiga buat acara fashion show nya event budaya yang bakal open dua minggu lagi. Terus, beberapa waktu yang lalu kita rapat sama anak-anak himpunan yang intinya, kakak-kakak semester tiga minta perwakilannya full dari semester satu aja. Mereka menolak buat ikut performing."
"Alasannya karena mereka udah banyak kontribusi sebagai panitia berhubung kakak-kakak semester lima pada sibuk ngurus magang. Makanya mereka bilang yang partisipasi buat nampil itu dari angkatan kita aja."
"Nah, masalahnya yang udah pasti ikut kemarin tuh kan baru gue sama Ellie. Berarti masih kurang dua orang lagi karena perwakilan per jurusan itu mereka minta dua cewek sama dua cowok. Jadi makanya kita kumpulin kalian semua di sini sekarang, buat nyari volunteer lah istilahnya. Siapa nih yang mau menyalonkan diri jadi model?"
Narasi Nickolas sudah selesai bersambut bisik-bisik tetangga pun saling beresonansi setelahnya. Tetapi tidak ada yang berkenan mengajukan diri. Sampai Ellie kemudian mengacungkan tangannya. Izin mau ngomong. Nickolas pun mempersilakan.
"Gue ada rekomendasi sih. Tapi buat ceweknya aja. Saran gue ya, Langit."
Yang punya nama instan tersedak udara. Netra Langit melotot tanpa ekspektasi, sembari telunjuknya menunjuk diri sendiri dengan bingung.
"Ah, oke tuh, Langit," sambung Wulan minta dijambak. Langit menghadiahinya tatapan tajam. Wulan juga punya jabatan di angkatan, dia bendahara, jadi bisa dibayangkan bagaimana paniknya Langit kalau dia tiba-tiba bersuara begitu.
Namun seolah mengabaikan, Wulan lanjut ngomong, "Si Langit kan emang selebgram tuh terus lumayan tinggi juga badannya. Yo wes cocok lah jadi model."
Entah dia sengaja ngomong begitu atau tidak tapi yang jelas Langit bersumpah akan menjitaknya setelah diskusi selesai nanti. Sebab gara-gara kalimat Wulan, semua orang pun jadi sepakat mendukung Adisha si sekretaris agar menuliskan nama Langit saja. Kalau sudah begini ya, Langit tidak punya pilihan selain mengiyakan.
"Sip, clear buat yang cewek ya," tutup Nickolas, "Sekarang cowoknya nih, siapa yang mau? Atau ada rekomendasi?"
Hening lagi. Langit tidak begitu memperhatikan sekitar karena dirinya masih merutuki nasib tiba-tiba ditunjuk sebagai perwakilan. Sampai suara Wulan terdengar kembali.
"Oke, Awan ya."
Pemuda Xabiru yang kebetulan memang sedang mengangkat sebelah tangannya itu jadi melebarkan netra panik, "Ha? Bukan. Gue mau ngerekomendasiin orang."
"Udah lo aja. Udah ketulis juga namanya. Ya kan Dish?"
Sialnya Adisha mengangguk membenarkan. Awan semakin panik.
"Eh serius lah, jangan gue," Ngerti gak sih saking paniknya, telapak tangan Awan mendadak keringet dingin.
"Gapapa, Wan, lo aja dah. Sekali-kali partisipasi lah buat jurusan sama angkatan." kata Nickolas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Cloud & Sky
FanficKepada Awan Xabiru tertanda Langit Nirmala. Ada pesan tersirat dalam ceruk bumantara. written on: Nov 7, 2022 - Feb 7, 2023. ©RoxyRough