Di sore hari ditemani angin yang sedikit berhembus, seorang gadis muda keluar dari rumah nya untuk menikmati pemandangan dari teras belakang rumah. Tiba-tiba satu suara berteriak dari kejauhan membuat ia yang sedang melamun pun terkejut.“ Gladise...” Ucap suara itu, sembari menyambung perkataan nya lagi.....“ ayo bermain bulu tangkis?!!” ucap lelaki bertubuh tinggi itu. Yang mana lelaki itu adalah kakak sepupu laki-laki gladise yang telah tumbuh bersamanya sejak kecil. Dan ini hari ke empat dia berkunjung ke rumah gladise bersama orang tuanya.
Di karenakan libur panjang setelah ujian kenaikan kelas, keluarga Abang nya selalu menyempatkan untuk berkunjung ke rumah gladise.Gladise terkejut karena baru tahu ada Abang nya juga lagi bermain di lapangan seorang diri. Entah apa yang dilakukan pria itu disana sehingga sudah beberapa lama baru dia pun mengetahui keberadaan gadis itu. Padahal sejak gladise mulai sampai di belakang rumah, ia telah mulai memperhatikan apa yang dilakukan gadis itu. Kini, mereka tampak saling menatap satu sama lain.
“ ayoo.. siapa yang kalah push up ya!!?” ucap gladise tanpa ada beban.
“ boleh, siapa takut.., silahkan ambil raket mu!”
sembari menunggu adik nya masuk ke dalam rumah untuk mengambil raket, Evan menunduk dengan memukulkan ujung raket nya sambil membatin dalam hati ("kenapa dia semakin dewasa makin cantik?")Mereka mulai bermain dengan bersemangat, karena mereka punya hobi yang sama serta selalu giat berlatih untuk menjadi lebih hebat di bidang yang mereka sukai. Lagipula gladise bisa bermain bulu tangkis karena di ajarkan oleh Abang nya itu. Dengan giat berlatih selalu di waktu luang.
“ yahh,, Abang.. aku kalah lagi..” dengan muka cemberut andalan gladise kepada Abangnya.
“ Hahahaha, ayo lakukan hukuman yang kamu janjikan gladise!!, kalau tidak kuat push-up berhenti saja karena abang tidak memaksa mu, kecuali jika itu abang sendiri!!”"memang nya aku lemah? Huh, tidak dong.." dengan nada sombong nya gladise seperti biasa saja.
Padahal Evan tau betul bagaimana kapasitas kuatnya gadis itu berolahraga. Jadi, ia hanya bisa terkekeh geli melihat kelakuan adik nya."Baiklah bang, aku bisa kok.. tapi berapa kali dulu nih push-up nya?" Dengan menatap Abang nya yang sedang mengumpulkan peralatan bulu tangkis.
"Seberapa kamu kuat saja dis" dengan tatapan sayang kepada adiknya itu.
Dengan beberapa kali push-up gladise sudah telungkup di atas rerumputan hijau lapangan belakang rumah nya.
"Ayo, bangun sini" Evan memberikan tangan kanannya sembari membantu gladise untuk berdiri.
" Duh, aku lapar nih bang, mari kita makan dulu.." dengan mata bulat nya yang bersinar menatap kepada Abang nya berharap Abang kesayangan nya itu akan membuatkan atau mengambilkan ia makanan, karena gladise begitu malas untuk masuk ke rumah lagi.
"Oke, kamu ambilin makanan Abang sekalian ya?.."
Tak di sangka Abangnya mengatakan hal itu di luar ekspektasi gladise.
"Hah?" Dengan tatapan memelas andalan gladise.
Gadis itu sungguh malas, tetapi jika untuk olahraga dia selalu bersemangat tanpa kenal lelah."Kenapa?"tanya Evan bingung
"Yah, aku harap Abang mau mengambilkan atau membuatkan makanan untukku, makanya aku mengajak sekalian.."
"Hmm.. ternyata adik Abang satu ini pemalas ya.." sambil mencubit lembut pipi gladise yang menggemaskan bagi nya.
"Iya bang,, aduh badanku pegel-pegel semua udah main terus push-up dan sekarang mau masuk ke dalam rumah lagi, capek aku bang.. karena jarak ke dapur juga lumayan jauh.."
Gladise selalu saja mengeluh ketika dia sedang malas. Bahkan tahta tertinggi di rumah nya di tempati oleh gladise yang notabene nya pemalas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent
Teen Fiction"Bahkan matahari pun akan meninggalkan sedikit sinarnya ketika awan yang mendung datang. Berusaha menyisakan sedikit sinar untuk menerangi bumi walaupun jauh di belakang awan yang mendung, begitu perhatiannya matahari kepada bumi" Evanescent, ialah...