GAIRAH (02)

5.4K 49 3
                                    

⚠️🚫 WARNING!

CERITA INI MENGANDUNG UNSUR DEWASA, DIHARAPKAN UNTUK KALIAN BIJAK DALAM MEMILIH SEBUAH BACAAN‼️

***********

Pagi ini Arthur berkumpul dengan kedua sahabatnya disebuah kafe. Setelah mengantarkan Asya ke kelas wanita itu, dia langsung pergi ke kafe yang tidak jauh dari fakultasnya. Arthur menatap kedua sahabatnya yang dari semalam mengajak dia untuk bertemu, namun Arthur selalu menolak karna ingin berduaan dengan Asya.

Arthur berdeham pelan, "Kenapa lo berdua suruh gue kesini?" tanya Arthur dengan suara dingin.

"Gapapa sih, kita cuman pengin kumpul aja sama lo, ya, ngga, Sat?" ucap pria bernama Arya Dirgantara.

Seorang pria menonyor kepala Arya, "Nama gue Satria, anjing! Bukan Sat!" tekan Satria yang tidak suka dipanggil dengan sebutan Sat oleh sahabatnya.

Arya mengerucutkan bibirnya, "Sakit njing, kasar lo jadi cowo," ketus Arya.

"Bacot bencong!" sarkas Satria.

Bola mata Arya melotot, "Anak BangSattt!!!" Arthur berdeham keras, sejak tadi dia hanya menyimak perdebatan yang tidak jelas antara kedua sahabatnya.

Arya dan Satria melirik kearah Arthur yang menatap mereka dengan tatapan datar. Keduanya tersenyum, "Gini, tujuan gue ajak lo kumpul bukan cuman mau kumpul doang. Mau tanya soal magang, lo pada mau magang di mana?" tanya Satria mode serius.

"Kantor bokap," jawab Arthur.

"Ya, lo enak jurusan bisnis langsung tahu mau magang di mana. Gue sama Satria?" Arthur menaikkan bahu acuh.

Pria itu mengisap satu batang rokok, dia menaikkan sebelah alisnya, "Siapa suruh lo berdua ambil jurusan ngga jelas," ujar Arthur kepada teman-temannya.

"Eitsss lo salah. Jurusan satra inggris tuh keren, apalagi kalau seandainya gue jadi guru di sekolah elite. Otomatis banyak siswi-siswi cantik cuy," kata Arya.

Satria menggelengkan kepalanya mendengarkan perkataan Arya yang selalu tentang gadis-gadis cantik. Tidak dengan dirinya, Satria masuk jurusan sastra inggris memang keahlian dia di bidang itu. Ia juga tidak masalah kalau nanti harus menjadi guru, apapun itu pekerjaannya tidak masalah buat Satria.

Pria itu teringat sesuatu, "Thur, kalau gue ajuin proposal ke sekolah milik keluarga lo buat magang boleh ngga?" tanya Satria serius.

"Coba aja. Entar gue ngomong ke bokap, kalau ngga lo magang di kantor papanya Asya," jawab Arthur.

Satria tersenyum senang, dia mengangguk cepat dan akan secepatnya kirim proposal untuk proses magang dia. Karena Satria ingin cepat-cepat lulus dari kampus dan ingin kerja.

Arya merangkul pundak Arthur, "By the way, lo sama Asya ngapain di gudang?" tanya Arya dengan menaik-turunkan alisnya. Satria yang mendengar ucapan sahabatnya langsung melotot, dia sudah bilang jangan cepu, malah cepu anak itu.

Kemarin keduanya tidak sengaja pergi ke area gudang kampus, dan mendengar suara desahan Asya serta Arthur di dalam sana. Arya sempat ingin mengintip, namum dengan cepat Satria menahan pria itu. Kalau Arthur tahu mereka mengintip pria itu yang tengah berhubungan dengan Asya, dia bisa ngamuk.

Arthur tidak suka ada yang menatap kekasihnya, apalagi kalau pria. Dan dia tidak suka ada yang menggangu aktivitasnya dia dan Asya.

"Buat anak," jawab Arthur asal.

Arya terkekeh pelan mendengar jawaban sahabatnya, "Kayak bisa aja lo. Asya hamil mau tanggung jawab? Lo sama dia aja beda agama," ledek Arya.

"Berisik," ketus Arthur. Walaupun benar, tapi dia kesal kalau ada orang yang mengingatkan Arthur pada perbedaan dia dan Asya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Wanna Be YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang