7. Teman

114 18 3
                                    

Seminggu setelah Taehyun terserang demam. Para trainee mendapatkan libur dari agensi. Ya, walaupun cuma dua hari, tapi Taehyun sudah sangat senang. Setidaknya dia bisa pulang ke rumah dan bertemu dengan keluarganya.

Pagi-pagi sekali, Taehyun sudah siap untuk pulang ke rumahnya. Taehyun akan kembali ke agensi besok, jadi dia bisa menginap.

"Aku pulang..."

Tentu saja ia disambut oleh pelukan hangat sang ibu, juga kakak dan ayahnya yang sengaja mengambil cuti hari ini.

"Kau ini! Sudah ibu bilang untuk makan yang banyak. Kenapa kau tetap kecil dan malah makin kurus." Ibu Taehyun mengomel sambil meletakkan beberapa lauk dan sayuran di piring Taehyun.

Saat ini mereka sedang berkumpul di meja makan.

"Aku makan banyak kok, Bu."

Setelah makan, mereka berkumpul di ruang keluarga.

"Ayah sebenarnya sudah berencana untuk menyekolahkanmu di International Senior High School setelah kau lulus JHS nanti. Tapi ternyata kau lebih memilih menjadi trainee."

Suasana menjadi lebih senyap setelah ayah Taehyun mengucapkan kalimat yang sebenarnya sangat Taehyun hindari.

"Menjadi trainee juga bagus, kok. Aku yakin Taehyun bisa sukses dengan jalannya sendiri nanti," bukan Taehyun, namun Seohyun yang menjawab. Putri sulung keluarga Kang itu memang sangat menyayangi dan mendukung sang adik.

"Tapi bukankah bagus, kalau Taehyun memiliki pekerjaan tetap. Seperti menjadi profesor, atau mungkin meneruskan perusahaan ayah?"

"Eiyy, menjadi idol itu juga keren tau. Aku sendiri juga senang melihat idol-idol tampil di atas panggung. Bukankah aku masih cocok untuk mengagumi mereka?" Ibu Taehyun yang menyadari kalau putra bungsunya kurang nyaman dengan topik pembicaraan pun akhirnya buka suara.

"Benar! Ibu masih terlihat cocok dengan hal seperti itu, masih seperti remaja masa kini," Seohyun ikut menimpali.

"Aku kan sudah berjanji kepada ayah. Kalau aku gagal dalam penentuan debut, maka aku kan berhenti dan mengikuti apa yang ayah inginkan."

Taehyun menatap sang ayah dengan penuh percaya diri. Taehyun yakin, kalau dia pasti bisa. Taehyun anak yang berambisi besar sejak kecil, dia tidak akan mudah menyerah dengan apa yang dia perjuangkan.

"Hmm... Kita lihat saja nanti," ucap ayah Taehyun sebelum ia beranjak dari duduknya.

Taehyun hanya menundukkan kepalanya setelah kepergian sang ayah. Kenapa situasi semakin rumit? Kenapa sang ayah semakin menunjukkan ketidak setujuanya terhadap pilihan Taehyun?

Ibu Taehyun juga ikut beranjak dan pergi menyusul sang suami. Sekarang hanya tersisa Taehyun dan Seohyun.

Seohyun memegang bahu Taehyun lalu menariknya untuk ia dekap.

"Ayah hanya butuh waktu. Mungkin ayah juga takut kejadian dulu terulang lagi," Seohyun berusaha menengkan sang adik.

"Tapi itu dulu, sudah terlewat. Sekarang aku sudah tidak apa-apa," Taehyun berucap sedikit merengek. Memang, kalau dengan sang kakak, Taehyun bisa menjadi lebih manja.

"Kita tidak tau apa yang akan terjadi kedepannya. Jalani saja dulu dan berdoa yang terbaik untuk masa depan."

Seohyun mengusap sayang surai lembut sang adik.

"Ngomong-ngomong, kapan kau akan tumbuh, kenapa tetap kecil saja?"

Taehyun menatap kesal pada sang kakak.

"Kenapa semua orang mengejekku kecil?!"

Taehyun kembali ke agensi setelah hari liburnya berkahir. Kembali ke rutinitas yang melelahkan setiap harinya.

STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang