15. Lagi

110 22 2
                                    

Beomgyu berjalan santai mengamati rak-rak yang berjejer dan berisi penuh dengan berbagai produk makanan ringan juga makanan cepat saji.

"Pedas, atau ekstra pedas ya?" Beomgyu mengambil dua bungkus mie instan dengan varian pedas yang berbeda, mengamati keduanya lalu memilih untuk meletakkan yang ektra pedas di rak seperti semula.

Kini Beomgyu beralih pada wadah berisi buah-buahan segar. Beomgyu mengambil sebungkus buah strawberry yang memang hanya tersisa satu di toko itu.

Beomgyu hendak mengambilnya, namun berhenti saat tangannya bersentuhan dengan seseorang.

"Taehyun?"

"Eh? Kak Beongyu." Taehyun nampak terkejut. Setelahnya ia menatap sedih pada bungkus strawberry yang sudah berada di tangan Beomgyu.

Beomgyu bingung. Ia mengikuti arah pandang Taehyun dan, ya... Sepertinya Taehyun mau buah strawberry.

"Kau mau beli strawberry?"

Taehyun mengangguk semangat. "Iya! Tapi ternyata tinggal satu. Kakak ambil saja, toh Kakak duluan yang mengambilnya."

Beomgyu nampak berpikir sejenak. "Ini! Untukmu saja. Aku tidak terlalu ingin strawberry sih, aku bisa beli buah yang lain."

"Benarkah?" Taehyun menerima strawberry dari tangan Beomgyu dengan berbinar.

"Terima kasih!"

Beomgyu terkekeh sejenak. "Tidak masalah. Kau sepertinya sangat suka strawberry."

"Iya, stawberry adalah buah kesukaanku."

Setelah Beomgyu selesai memilih buah. Beomgyu dan Taehyun segera membayar ke kasir dan kembali ke agensi.

Mereka berjalan perlahan dengan santai sambil menikmati angin malam yang menenangkan. Walaupun rasa dibgin sudah menusuk kulit, tapi Beomgyu suka. Sensasi musim dingin di kota Seoul terasa lebih menyenangkan daripada di Daegu.

"Kau asli Seoul?" tanya Beomgyu.

"Iya. Ibuku asli orang Seoul. Ayahku dari Jeju."

"Jeju? Kau pernah ke Jeju?"

"Tentu saja. Keluarga ayahku di Jeju, aku tentu pernah ke sana untuk mengunjungi mereka."

"Aku tidak pernah ke Jeju."

Taehyun menatap Beomgyu tak percaya. Dari tampangnya ini Beomgyu adalah anak orang kaya. Masa dia tidak pernah berlibur ke Jeju.

"Kakak serius?"

Beomgyu mengangguk. "Eum. Tentu saja! Ayahku lebih sering mengajakku ke luar negri, jadi tidak sempat ke Jeju."

Bukan orang kaya biasa ternyata. Taehyun salah sudah menyangka Beomgyu si atm berjalan ini kampungan. Nyatanya disini dialah yang bukan siapa-siapa jika dibandingkan dengan Beomgyu.

"Ah, aku jadi merindukan ayah. Aku akan meminta Ayah membeli rumah di Seoul agar aku bisa sering pulang."

Membeli rumah? Semudah itu. Rasanya Taehyun mau menangis saja.

"Orang kaya memang agak gila." Taehyun bergumam lirih.

"Lama sekali... Mana ramen ku?"

Taehyun menyodorkan kantong belanjanya kepada Yeonjun dan langsung diterima dengan semangat.

"Wah! Ramenku yang berharga." Mata Yeinjun berbinar, nampak sangat bahagia.

"Selamat tinggal diet! Hari ini perutku mau bermanja." Yeonjun membawa dua cup ramen menuju dapur.

Taehyun terkekeh melihatnya.

STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang