Bab 15

109 12 2
                                    

Chana ke luar dari pajero hitam Marvel dan berdiri di depan bangunan kos. Jam menunjukkan pukul sembilan malam. Marvel membuka pintu dan ikut berdiri di hadapan sang gadis. Ia akui jika pria itu cukup bersenang-senang untuk kegiatan seharian ini bersama Chana. Lagipula menghabiskan waktu dengan orang yang kita sukai pasti semuanya akan berjalan begitu cepat.

Gadis berambut panjang itu tidak bisa menyembunyikan senyumannya. Ia berusaha mengalihkan perhatian juga pandangannya agar tidak menatap ke arah pria yang lebih tua terus menerus. Marvel tersenyum gemas. Jemarinya terulur untuk menarik dagu gadisnya untuk fokus ke arahnya.

“Chana,” panggil Marvel.

Chana menoleh. “Iya?”

“Terima kasih ya untuk seharian ini kamu udah mau menemani saya dan menjaga Aletha selama saya tidak ada. Jangan kapok ya nanti kalau pergi sama saya. Sebelum saya pulang, boleh saya minta peluk sekali lagi? Saya udah agak lupa nih rasanya dipeluk kamu tadi,” ucapnya sembari tersenyum jahil.

“Huuu modusnya bisa banget ya Pak Dosen.” Chana tertawa kecil lalu merentangkan kedua tangannya dan memeluk tubuh kokoh di depannya itu sekali lagi.

“Ini tuh bukan modus, Chan. Tapi pendekatan ulang. Saya pulang dulu ya, sampai ketemu besok di kampus,” pamit Marvel.

“Iya iya sana pulang. Hati-hati bawa mobilnya Kak Marvel.”

Chana melambaikan tangannya pada pajero hitam yang mulai melaju pergi menjauh dari halaman kosnya. Gadis itu menoleh ke kanan dan kiri di sekitarnya, memeriksa apakah ada manusia lain yang melihat interaksinya dengan Marvel. Ia menghembuskan napas panjang saat tidak melihat satu pun pasang mata yang memperhatikan dirinya.

Gadis itu masih suka agak was-was apalagi saat ini statusnya ia didekati oleh pria yang punya kekuasaan di Kampus Neo. Batinnya masih merasa tidak tenang. Chana berjalan menaiki tangga untuk sampai ke kamarnya. Jika boleh jujur, ia merasa senang sekali. Perasaannya membuncah setiap kali ada di sekitar pria itu.

Tubuhnya menjadi ringan, seperti tidak ada beban dan banyak sekali getaran aneh yang membuat sang gadis tidak bisa untuk berhenti tersenyum. Selama seharian Chana menghabiskan waktu dengan Marvel, baru kali ini ia bisa melihat sifat pria itu secara gamblang. Marvel di kampus benar-benar berbeda dengan Marvel di luar kampus.

Pribadinya yang hangat, jahil dan clingy itu sampai membuat Chana tidak habis pikir. Yasmine bodoh sekali menyianyiakan pria seperti Marvel. Chana menjatuhkan tubuhnya di atas kasur dan tatapannya menatap pada langit-langit kamarnya. Sesaat ia menutup wajah dengan kedua tangannya. Memikirkan kegiatan hari ini membuat pipi sang gadis memerah seketika.

***



Sudah selang beberapa minggu setelah Chana dan Marvel main ke pantai waktu itu. Chana benar-benar seperti gadis yang sedang dimabuk asmara. Sapaan pagi nan hangat, selalu mendapat kabar yang membuat perasaannya tenang, bahkan Marvel terkadang mengirimkan makanan secara tiba-tiba untuk menghibur gadisnya.

Karena sudah tidak ada lagi urusan di kampus membuat keduanya jarang untuk bertemu. Chana lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mengerjakan skripsinya agar cepat lulus. Minimal jika gadis itu sudah melakukan seminar proposal menyusul Nolan dan Rona. Gadis itu menyimpan dokumen bab tiga yang sudah ia kerjakan.

Lagu roman picisan dari Mahadewa sebagai nada dering panggilan berbunyi dari handphonenya. Segera sang gadis mencari keberadaan di mana benda pipih itu berada. Nama Marvel tertera sebagai pihak yang menelfon. Ia segera mengangkat panggilan tersebut. Bibirnya langsung terangkat setelah melihat siapa yang menghubunginya saat ini.

“Kenapa, Kak?”

“Aku bawa oleh-oleh dari Bandung, kamu mau dibawain makan siang apa? Aku searah sama kost kamu.”

“Apa ya? Aku mau seblak yang pedas banget, boleh kan? Sekalian nanti Kak Marvel periksa bab 3 ini udah aku kerjain.”

“Boleh. Tunggu ya aku beli seblak buat kamu dulu.”

“Hati-hati Kak Marvel.”

Panggilan pun ditutup. Chana bangun dari duduknya dan segera membereskan kamar kosnya yang sedikit berantakan. Gadis berambut panjang itu juga menyambar handuk dan pergi ke kamar mandi. Ia berpikir jika Marvel tidak akan datang ya gadis itu memilih untuk mandi nanti sore saja.

Oh ya, Chana sepakat untuk mengubah panggilannya terhadap Marvel karena saya dan kamu itu terlalu formal untuk hubungan mereka di luar kegiatan kampus. Dan pria yang lebih tua tidak keberatan akan hal itu. Chana menghabiskan waktu mandinya lumayan lama dan untung saja Marvel datang tepat lima menit sesudah Chana memakai pakaiannya.

Marvel menyerahkan sebuah paper bag berisi oleh-oleh dan juga seblak pesanan gadisnya. Pria itu tampak modis dengan setelan kemeja putih rapi yang lengannya digulung sampai siku, celana bahan dan membawa sebuah kunci. Marvel mendudukkan tubuhnya di sebelah Chana.

“Makan dulu sambil aku periksa pekerjaan kamu,” ucap Marvel.

Chana mengangguk lalu memindahkan seblak yang masih panas ke dalam mangkok. Gadis itu sengaja mematikan ac dan membuka jendela agar wangi kencur itu tidak mengendap di kamarnya. “Kamu naik apa ke sini? Kok aku nggak lihat pajero di depan.”

“Aku naik motor. Nginap di Bandung bareng sama dosen lain tuh pulangnya tadi pagi. Bahas program kerja udah pasti nanti mahasiswa banyak liburnya. Mana sini laptop kamu.” Marvel mengulurkan tangan dan menerima laptop milik Chana. Kebetulan dokumen bab tiga masih ada di sana. Wajah pria itu nampak begitu serius memeriksa dengan teliti. Seutas senyum tersungging di bibirnya. Marvel menoleh ke arah Chana dan mengusap kepala gadisnya sesaat. “Acc. Secepatnya kamu konsultasi ke Pak Yeremia terus bisa seminar proposal.”

“HAH? SERIUS? AAAAA FINALLY. Enak juga ya jadi pacarnya Pak Dosen. Langsung satset aja gitu hehe.”

“Tapi aku nggak akan kasih kamu perlakuan khusus. Status kamu masih mahasiswa aku dan semuanya sama.” Marvel menyingkirkan laptop di pangkuannya dan beralih memeluk Chana dari belakang. Ia menumpukan dagunya pada pundak sempit sang gadis.

Chana menyamankan duduknya lalu bersandar pada dada bidang prianya. “Iya aku tahu kok. Aku kangen banget sama Aletha, kemarin gara-gara ngejar deadline jadi jarang main ke rumah.”

“Aletha juga kangen berat sama kamu. Kemarin nanyain kamu terus tapi aku juga nggak kamu kamu pecah konsentrasi dari skripsi ke Aletha. Nanti aku bawa ke rumah terus puas-puasin main sama anakku,” kata Marvel.

“Duh bapaknya pengertian banget. Jadi makin sayang deh.” Chana tertawa lalu mengecup pipi Marvel singkat.

“Semua kan harus ada effortnya sayang.”

Chana dibuat merinding seketika saat mendengar suara serak juga dalam yang pria itu ucapkan tepat di depan telinganya. Iya Chana tahu kalau semua perbuatan pasti ada effort yang dibutuhkan, tetapi setiap perlakuan Marvel pasti memiliki banyak effort dibaliknya. Perjuangan pria itu dalam hubungan memang bukan main-main.

Chana merasa menjadi gadis paling beruntung di dunia karena memiliki pacar seperti Marvel. Gadis itu seakan lupa bagaimana awalnya ia begitu membenci pria yang menjadi kekasihnya saat ini. Cinta memang bisa membolak-balikkan perasaan seseorang. Mereka diam untuk keadaan yang lama karena terlalu nyaman jika berganti posisi.











Sadar nggak sih kalau nggak ada Jaemin di buku ini wkwk?

The Skripsweet Thingy - Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang