"Ibu cepet sembuh ya Ibu, saya nggak kuat kayaknya kalo jadi Ibu, Pak Jaka kayak gitu, masa salah dikit marah, ngamuk." Sheila berkeluh kesah pada Kara saat dua hari sudah ia menggantikan tugas-tugas Kara mendampingi Jaka. Kara hanya terkekeh pelan, lalu pelan-pelan ia duduk di brankar dan dibantu Sheila menempatkan bantal di punggungnya."Sebenarnya dia baik, hanya caranya di luar kebiasaan, kalau aku ulang tahun, atau sakit, atau tahun baru dia suka kasi hadiah meski caranya nggak ada manis-manisnya."
"Tapi ibu juga nggak kuat kan jadi sekretaris beliau?"
"Hanya akhir-akhir ini saja, saat aku punya masalah besar dan dia tetap nggak mau ngerti, itu yang bikin aku emosi, selama ini aku nganggap kemarahan, gerutuan beliau adalah hal biasa, dia laki-laki baik yang tersamarkan dengan gayanya yang meledak-ledak."
"Ih ibu kayak kagum banget sih sama Pak Jaka." Sheila menatap tak percaya pada Kara karena yang ia tahu selama ini keduanya bagai anjing dan kucing.
"Bukan kagum, bukan, aku hampir lima tahun jadi sekretaris dia jadi tahu dan hafal betul bagaimana Pak Jaka, tumbuh dalam keluarga baik dan harmonis membuat dia mudah berempati sebenarnya tapi lagi-lagi ya begitulah gayanya, lebih-lebih setelah istrinya meninggal bersama calon bayi laki-lakinya, dia terpukul karena justru di saat-saat terakhir istrinya, dia tak ada di sisinya, mungkin kekecewaannya pada dirinya sendiri yang membuat dia seperti itu."
"Lalu ibu sampai berapa hari di sini? Beneran saya nggak kuat."
Lagi-lagi Kara terkekeh.
"Aku pingin cepat pulang Sheila, siapa yang betah di tempat seperti ini? Sekalipun itu mungkin bahkan rumah sakit yang keren dan mahal nggak ada yang betah tinggal di tempat seperti ini, secepatnya aku akan masuk begitu aku merasa mendingan, jujur aku bilang aku tertekan akhir-akhir ini karena masalahku dan sikap Pak Jaka yang nggak ngerti aku, tapi aku cinta pekerjaan aku Sheila, sepahit apapun, selelah apapun akan tetap aku jalankan semua tugasku dengan baik, kita nggak akan pernah bisa memberikan hal terbaik di tempat kerja kita kalo kita nggak mencintai pekerjaan kita."
.
.
."Dari mana kamu? Dari tadi aku cari bahkan aku telepon nggak kamu angkat."
Mulut Jaka menyembur begitu Sheila masuk ke ruangannya setelah selesai istirahat untuk jam makan siang.
"Ma ... maaf Pak, saya baru saja datang dari klinik tempat Bu Kara dirawat dan saat Bapak menelepon, saya sedang dalam perjalanan, naik motor kan Pak."
Jaka tiba-tiba diam dan kembali duduk, sedang Sheila menunggu kemarahan apa lagi yang akan ia terima.
"Gimana keadaan dia?"
"Alhamdulillah mulai membaik dan secepatnya akan masuk begitu Ibu sehat Pak."
"Pasti dia bilang aku macam-macam kan? Suka marah, jahat, nggak ngerti dia dan ..."
"Tidak Bapak, kata Bu Kara, Bapak orang baik yang cara menunjukkan kebaikan Bapak berbeda dengan orang lain."
"Alah dia maunya bilang aku bawel, aku tahu itu."
"Tidak Bapak, saya mengatakan apa yang baru saya dengar tadi, kata Bu Kara Bapak perhatian, suka ngasih hadiah kalo ulang tahun, tahun baru dan lain-lain, hanya ya itu tadi, cara Bapak yang berbeda dari orang lain."
Jaka diam dan sekilas menatap Sheila yang tetap dalam posisi berdiri, saling menggenggam tangannya sendiri dan menatap lantai.
"Siang ini ada agenda apa?"
"Tidak ada Pak, makanya saya berani menemui Bu Kara, hanya nanti sore ada klien yang akan bertemu Bapak, perwakilan dari perusahaan rekanan."
"Sudah kamu siapkan semuanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jandu (Janda Duda Gagal Move on)
HumorSudah Terbit Cover by @Lsaywong Jaka Aleyandra Mahara selalu berseteru dengan sekretarisnya Karamiya Kamaratanti sejak wanita yang ia anggap cekatan malah sering terlihat amburadul pekerjaannya akibat bercerai dengan suaminya, lalu bagaimana kisah p...