Bad boy - Stranger

1.7K 46 16
                                    

"Nerd!" 

"Berhenti memanggilku Nerd, Et!" Geramku pada sosok yang sedang duduk di bangku kantin yang letaknya berseberangan dengan tempatku duduk. 

Ethan, orang paling aku benci sedunia. Dialah tersangka utama yang menyebarkan ejekan dan cacian ke seluruh penjuru kota. Dia seperti penguntit bagiku yang akan sangat senang melihat orang-orang melirik jijik padaku. Mungkin ekspresi mereka menjadi semacam energi tambahan bagi jiwa Ethan yang busuk! 

"Whoaa.. Nerd juga bisa marah rupanya!" Tawa lebar Ethan membuatku merasa ingin memuntahkan makan siangku. 

Mark, dimana kau! Aku mencoba menelusur kantin mencari sosok jangkung berambut coklat yang rapi dan bermata amber milik Mark. Beberapa hari ini aku tidak menjumpainya setelah kunjungannya terakhir ke apartemenku yang tiba-tiba. Sepertinya aku mencurigai sesuatu. Pasti tentang mimpi itu. 

Jangan terlalu percaya diri, Jeanne! Mungkin dia sedang sibuk dengan tugas kuliahnya. Ingat, dia jauh lebih pintar, lebih vokal, dan lebih ramah terhadap semua orang dibandingkan kau! 

Jawaban yang masuk akal. 

"Kau mencari pasanganmu yang banci itu?" Tiba-tiba saja Ethan sudah berada di depanku dan tentu saja reaksiku yang muncul adalah datar. Tidak mempedulikannya. "Kalian melihat lelaki yang terus menerus mengikuti si idiot ini?" Teriak Ethan pada seluruh anak yang sedang menikmati istirahatnya sambil menunjuk-nunjuk ke arahku. Tawanya yang mengerikan membuatku ingin beranjak dari bangku dan membawa bogem mentah ini mendarat di dagu serta perutnya. Mataku menatap sangar meski Ethan tidak akan pernah merasa takut dengan tatapanku. 

"Kau puas?" 

"Sangat," balasnya cepat dan melihatku beringas. 

Ethan Roothinger. Orang yang -sialnya- aku kenal semenjak duduk di bangku sekolah dasar dan terus menghantuiku hingga di bangku perkuliahan yang menginjak semester 5. Hampir 10 tahun aku mengenalnya, 10 tahun penuh tragedi dan cacian. Aku selalu bertanya-tanya kapan kira-kira kutukan akan menyerang mulutnya yang tidak pernah belajar sopan santun dan tata krama itu sehingga setiap kali umpatan yang akan keluar dari mulutnya, dengan adanya kutukan itu maka dia akan segera bungkam, lebih bagus lagi jika mulut itu langsung menghilang! 

Aku menahan nafas 5 detik dan menghembuskannya cepat saat melihat Ethan masih menatapku. 

Aku bangkit dari dudukku dan bergerak mendatangi Ethan yang masih dengan congkaknya dengan jaket kumal, kemeja kotak-kotak yang juga tampak kusut. Seringainya yang memuakkan dan mata birunya yang melirikku tajam sama sekali tidak menimbulkan rasa takutku untuk mendekatinya. "Apapun yang kau katakan, aku tidak peduli! Kau dengar? Aku tidak peduli!" Tegasku dalam bisikan. 

Ethan menyipitkan matanya dan sebuah kejutan dari tangan Ethan menyentuh daguku. "Cih ... kau selalu peduli padaku," suara ejekan yang keluar dari mulutnya sekaligus rasa percaya diri yang datang dari ucapannya membuatku memuncak. Gigiku saling merapat menahan bongkahan amarah yang meletup-letup untuk segera membalas tindak tanduk mengesalkan dari Ethan. 

"Kau mengerikan!" Bisikku. Sekuat tenaga aku menggeser tubuh besi Ethan dan berjalan setengah berlari meninggalkan kasak kusuk yang aku yakin berisi cacian dan makian bagiku. 

Apa salahku padanya? Aku sama sekali tidak melakukan hal yang membuatnya membalas dendam. Aku tak pernah menyentuhnya, melihatnya bahkan jika bisa aku tidak akan mengendusnya. Lalu mengapa dia berbuat seenaknya seperti itu? Apa karena tampangku yang mengerikan? Apa kacamata dengan bingkai hitam yang kelewat tebal ini membuatnya terganggu? Mataku panas dan menyadari air mata mulai menggenang. Egoku pada sisi sensitif telah hancur untuk tidak menangis. Aku berlari menuju satu-satunya ruang yang membuatku merasa nyaman. Perpustakaan. 

Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang