Bab 4

25 9 5
                                    

Sang Surya yang bersembunyi tampak malu-malu memperlihatkan cahayanya, tak ketinggalan dengan awan-awan yang ikut menggantung di atas sana. Embun pagi pun telah hilang entah kemana.

Wanita paruh baya yang memandang sayu menatap kosong kearah jendela, membuat gadis yang duduk disebelahnya merasa sedih. Liyora rindu semua tentang mamahnya yang dulu  selalu ceria dan selalu ada Untuk Liyora, mendengarkan keluh kesahnya, membuat sarapan didapur ketika pagi hari. Sekali lagi Liyora rindu kasih sayang dari mamahnya.

Sekarang hanya untuk berbicara dengan Liyora pun rasanya tak pernah, seakan mereka hanyalah orang asing, seakan dunia Mamahnya hanya untuk papahnya saja dan tak ada untuknya. ia memerhatikan tangannya yang ada
bekas cakaran.

"Mamah tau gak? Dulu Mamah pernah bilang, kalau ada yang sakiti kamu kasih tau Mamahya. Tapi nyatanya malah mamah yang nyakitin Liyora." Wanita paruh baya didepannya hanya diam membisu dan enggan untuk menjawab.

"Tapi itu gak masalah ko buat Liyora.
Liyora cuman pengen mamah kayak dulu lagi, kita ulang semuanya dari awal, biar ada yang sayang sama Liyora, rasanya itu Liyora sendirian dan gak ada yang sayang sama Liyora." Setelah mengatakan itu ia bangkit dan pamit, kemudian megusap punggung tangan Mamahnya.

"Liyora berangkat mah, jangan lupa makan terus minum obat, bi Laras udah masak banyak. Assalamualaikum." Setelah itu Liyora memilih menyalimi tangan Mamahnya itu, dan berangkat kesekolah dan diantar menggunakan mobil oleh pak Anto satpam dirumahnya.

Beberapa menit kemudian mobil yang ditumpangi Liyora sampai didepan sekolanya SMA GEMILANG.

"Sampai sini aja pak."  Ujar Liyora kepada pak Anto. Ia turun dari mobil, lalu masuk kesekolah, dan berjalan menuju kelasnya. Liyora berjalan seraya mengibaskan rambutnya panjang yang diberi cat warna sedikit keabuan dibagian bawahnya, sedangkan seragamnya seperti biasa yaitu sedikit ketat hingga memperlihatkan lekuk tubuhnya yang ramping, tak lupa juga dengan roknya yang sedikit diatas lututnya. Yang membuat kaki jenjangnya terlihat


Dan untuk kesekian kalinya ia bertemu dengan Laskar beserta teman-temannya di lorong-lorong kelas. Dengan cepat ia memberikan senyuman terbaiknya.

Liyora berjalan dan merangkul lengan Laskar posesif. Dalam rencananya ia ingin memiliki peluang untuk mendapatkan hati seorang Laskar Wiliam devandra harus memiliki hati Yang sabar dan agresif. Yah, begitulah kira-kira.

Terlihat sekali cowok itu sedang menahan kesal ketika lengannya dirangkul oleh Liyora, Tapi Liyora tak memusingkan itu karnah ia tau Laskar tak akan menyakitinya seperti memukul, palingan hanya dilemparkan tatapan tajam dan kata-kata  tak suka dari cowok itu.

"Lepas!"

"Gak, kemarin gue gak manja-manja gini karnah ngasi kamu waktu, buat nenagin kamu. Nah, sekarang baru kembali lagi."

Veron dan Bima terkekeh mendengar hal itu, Sedangkan mereka tak tau ada yang sedang menahan rasa cemburunya. Yah, memang terakhir Liyora berlaku agresif ke Laskar beberapa hari yang lalu.

Tercetak jelas di wajah Liyora bahwa ia sangat senang, saat ia menyandarkan kepalanya di lengan Laskar. ahh, ini yang ditunggu-tunggu Liyora ia rindu seperti ini kepada Laskar. setelah sehari tak mengganggunya.

"Liyora!"  Bu sari berjalan cepat menuju rombongan itu. Veron dan Bima lari terbirit-birit melihat Bu sari datang ke arah mereka, karena ketika guru tersebut melihat mereka pasti akan menyeret mereka karena tidak memakai pakaian yang lengkap, sedangkan Laskar dan Bara tetap tenang, karena mereka memakai jaket yang melapisi  baju mereka yang tidak memakai dasi itu.

KINANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang