Bab 6

20 9 4
                                    

Rasa sakit di Lambungnya itu bertambah parah. Seharian ini Liyora belum makan selain Minum air mineral yang diberi oleh Sisil, itupun karna dipaksa oleh teman-temannya.

Cewek itu meremas perutnya yang saat ini sangat sakit. Seraya duduk di belakang jok Motor Laskar, menunggu orangnya iya sangat ingin pulang dengan Laskar.
Cukup kemarin saja ia gagal.

"Ngapain?" Ujar Laskar yang melihat Liyora duduk di belakang jok motornya.

"Nungguin Lo, pulang bareng ya?"

"Ta-" barusaja Laskar ingin menjawab, tapi seseorang lebih dulu mencegatnya.

"Kak Skar, Tolong banget dong itu ada siswa yang pingsan." Liyora berdecak kesal, ia tak suka jika ada yang mengaggu waktu berduaanya dengan Laskar.

"Emangnya siapa yang pingsan?"

"Kak Kinan." Sontak saja Liyora merubah mimik wajahnya, tak lupa ia menoleh ke arah Laskar yang tampak biasa saja.

"Kak, tolong plis!"

Liyora memilih duduk menunggu seraya memegangi perutnya kembali saat Laskar mengikuti anak cewek yang ingin menuju ke kelas Kinan.

Liyora tau ia tak akan menang jika menyangkut hal satu ini. Dan ia juga tak mau menghalangi Laskar, sebab ia sudah pernah bilang kan bahwa Liyora tak akan pernah menghalangi cewek yang mendekati Laskar kecuali cewek yang dia sukai. Kinan adalah cewek yang Laskar sukai bukan? Terlihat dari tatapan cowok itu menurut Liyora.

Rasa sesak kian menjalar begitupun rasa sakit pada Lambungnya dan perutnya. Tak hanya maagnya yang kambuh tapi mengapa badannya pun ikut Panas. Entah berapa lama sudah Liyora menunggu sosok Laskar, Namun yang namanya menunggu itu tidak akan enak apalagi menunggu yang tak pasti.

Suara ketukan sepatu terdegar, membuat Liyora mendongak Melihat siapa yang datang, dan benar saja Laskar telah kembali.

"Kinan kenapa?" Liyora tau kinan, siapa sih yang gak tau kinan? Cewek terpintar disekolah, mungkin Kinan memang tak sepopuler Liyora dengan geng-gengnya Namun, Kinan cukup populer karena kepintaranya itu, dan mungkin itu yang Laskar sukai dari seorang Kinan.

"Gak sarapan, lemes, trus pucat banget."

"Emangnya gue gak keliatan gitu yah, Skar?" Ujar Liyora dalam hati.

Rasanya ingin sekali Liyora mengatakan itu tapi, dia bukan siapa-siapa Laskar, ia ingin di perlakukan seperti Kinan namun, sekali lagi Liyora bukan orang penting bagi Laskar.

"Gue boleh ikut kan?" Tanyanya lagi, semoga jawaban yang diberikan oleh Laskar sesuai dengan keinginannya. Dan betapa terkejutnya Liyora saat Laskar mengguki perkataannya, ada apa Dengan Laskar hari ini? Apakah ia sudah ada perasaan dengan Liyora? Ahh, Sepertinya tidak Mungkin!!

Selama perjalan Liyora tak pernah bicara, tak seperti biasanya ketika bersama Laskar.
Hingga membuat cowok yang mengendarai motor itu sedikit merasa heran namun, bersyukur setidaknya tidak ada keributan yang terjadi saat ini.

Liyora sibuk meremas tali tasnya untuk menyalurkan rasa sakitnya hingga tak sadar behwa mereka telah sampai di depan rumah Liyora. Cewek itu turun dari motor, seperti biasa memberikan senyuman terbaiknya pada Laskar dan mengucapkan terima kasih tidak lupa menepuk telapak tangan Laskar. Tak ada yang beda selain suhu badan Liyora yang menghangat menjalar ke kulit tangan Laskar.

Liyora berjalan menuju gerbang rumahnya. Demi apa pun, Liyora hampir tidak tahan sampai jalan pun rasanya tak sanggup.

••••

Seharusnya sore hari ini Liyora masih di tempat tidur, namun setelah mendapatkan telpon dari guru pendamping eskulnya bahwa hampir satu bulan Liyora tak ikut eskul. Ia pun tadi tidak kesekolah dikarenakan kesehatannya yang kurang baik. Sebenarnya ia bisa saja tidak hadir namun mengigat eskul juga masuk dalam nilai raport terpaksalah iya pergi. Apalagi mengingat wali kelasnya yang pernah bilang bisa saja Liyora tidak naik kelas kalau seperti ini terus.

Di depan pagar rumahnya, Liyora berdiri menunggu Vani menjemputnya, sebenarnya Vani tidak ingin menjemput Liyora dikarenakan kesehatannya yang tak baik, tapi setelah mendengar Liyora memberitahu Apa yang diucapkan Wali kelas mereka, Vani pun mengiyakannya.

Cewek berkaos putih dengan bawahan rok hitam di atas lutut, tersenyum senang kala melihat Vani yang sudah ada di depan rumahnya mengendarai motor. Ia buru-buru mendekat kemudian menaiki motor Vani.

Cewek berjaket itu berdecak sebal kemudia menjalankan motornya.
"Lo ngapain sih buru-buru amat."

"Siapa tau kan lo ninggalin gue"

"Goblok jangan dipelihara, udah tau gue ngejemput lo, masa gue ninggalin lo."
Vani sangat heran dengan manusia satu
ini, bisa-bisanya dikira pengen niggalin Mungkin faktor sakitt.

"Ya siapa tau kan, tiba-tiba lo lupa ingatan." Terdengar dengusan yang keluar dari Vani.

"Siapa yang gantiin Aletta, jadi ketua Cheerleaders?" Tanya Vani, pasalnya Aletta tak sempat ikut, karna ada kepentingan.

"Gue yang disuruh pak Brata."

"Kenapa bukan Rachel?"

"Rachel sakit."

"Loh, lo kan juga sakitt keles." Liyora berdecak, Harus berapa kali sih dia jelaskan pada cewek ini bahwa ia itu jarang latihan, nilai sekolahnya pun anjlok jangan sampai di eskul ikut-ikutan anjlok juga, apalagi ia sangat dibutuhkan kali ini.

"Lo mah, gak mikirin diri sendiri."

"Gue udah baik-baik aja kali, Va."

"Sekarang lo emang masi baik-baik aja, tapi liat aja nanti kalo udah di angkat."

"Lo nyumpahin gue ya?" Vani berdecak, ini yang ia tidak sukai dari Liyora, keras kepala. Mungkin jika Laskar Yang berkata mungkin Liyora akan menurut, itu Asumsi Vani.

***
Part terpendekkk☝️😔

Vote+komen⭐💐

KINANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang