Pertikaian

48 9 0
                                    

"Ngapain lu ajak gua kesini sih? Ga liat jam apa? Ini udah jam 9 malem!"

Tyo tersenyum, "Jablay aja jam segini baru bedakan, Sa."

Sashi merotasikan kedua matanya, ia jengah dengan sikap Tyo. Sekarang sudah menunjukan pukul 9 malam, itu tandanya dia harus segera tidur karena besok hari senin. Hari senin bagi Sashi adalah hari yang sangat padat. Mulai dari rapat mingguan manajemen sampai laporan mingguan yang harus dia kerjakan. Harusnya malam ini Sashi sudah bercengkrama dengan kasur dan gulingnya. Namun semua itu musnah saat Tyo dengan seenak jidat mendobrak kossannya pukul 8 tadi dan menyeretnya kedalam mobil.

Diluar Kedai Kopi yang mereka singgahi ini terlihat hujan, cukup deras ini jika Sashi keluar sekedar keparkiran, tubuhnya akan basah. Dan itu yang Sashi sesalkan, malam ini hujan turun cukup deras karena itu Sashi tidak bisa lari keluar dan meninggalkan Tyo disini. Sashi tidak membawa apapun, dompet apalagi ponsel. Sial memang malam ini. Semua ia tinggalkan didalam kossan. Sashi berdoa semoga saja kossanya tidak di jebol oleh maling, mengingat Sashi tidak mengunci pintu.

Semua karena Tyo.

"Bego! Gua bukan jablay!" Ketus Sashi.

"Apa dong?"

Sashi menghela napas kasar dan menatap Tyo dengan tatapan tajam, "Intinya aja. Mau apa lo ngajak gua keluar malem-malem gini?" Tanyanya.

Tyo terkekeh dan mencondongkan tubuhnya kedepan, "Nggak paham atau lu pura pura lupa?"

"Apa?!"

Sashi sama sekali tidak tahu akan hal apa yang membawa Tyo mengajaknya keluar. Karena dia rasa dia tidak melakukan kesalahan apapun, seingatnya seharian dia hanya membersihkan kossan saja tidak kemana mana.

"Maksud lu apa ajak Aghi ke hotel?"

Mendengar pertanyaan Tyo, Sashi diam seribu bahasa. Ketahuan. Sashi seperti tertangkap basah sedang mencuri. Sashi tidak menyangka jika hal itu diketahui orang berbahaya seperti Tyo. Sashi sangat menghindari masalah dari Tyo dan Ervin. Kedua teman Aghi itu cukup berbahaya untuk diajak kerja sama. Bahkan keduanya bisa dibilang sangat membenci Sashi.

Sashi tidak mau menjawab pertanyaan Tyo, karena dia tahu jika dirinya bicara, Tyo akan menghakimi dirinya dan membalas perbuatan dia terhadap Kayisa.

"Pertanyaan yang nggak harus gue jawab."

Sudut bibir Tyo tertarik, "Yaudah terserah lo. Tapi sekali lagi, jauhin Aghi kalau lo mau selamat."

Setelah mengancam Sashi,  dengan langkah ringan Tyo pun pergi meninggalkan Sashi sendirian disana.

Sashikirana adalah seorang wanita yang sangat tidak bisa diancam, jika dia diancam dia akan mendobrak hal itu. Bagi Sashi orang yang mengancam dirinya seakan akan meremehkannya, Sashi tidam takut akan hal itu. Seperti sekarang, Tyo mengancam Sashi. Tyo memang belum terlalu mengenal Sashi, dan akan Sashi pastikan ancaman Tyo tidak akan berpengaruh terhadap Sashi.

°°°


Pedih.

Itulah yang di rasakan Kayisa. Entah apa yang ada difikiran Aghi malam itu apakah Aghi tidak memikirkan dirinya? Dia adalah istrinya. Istri mana yang tidak sakit hati saat melihat suaminya di Hotel bersama wanita lain. Hati Kayisa baru saja utuh, dan yang membuat hatinya utuh adalah suaminya. Namun Aghi juga yang membuat hati Kayisa hancur berkeping-keping layaknya kaca yang di lempar begitu saja.

Pukul 5 subuh tadi Kayisa sengaja tidak membangunkan Aghi untuk kerja. Kayisa langsung bangun, sholat dan mandi. Dia ingin tahu apakah Aghi menyadari jika Kayisa ini marah. Kayisa semalaman mendiami Aghi. Saat Aghi pulang, Kayisa sengaja di kamar dan tidak membukakan pintu. Bahkan diajak sholat isya bareng pun, Kayisa menolak dan sholat sehabis Aghi. Seharusnya dari situ Aghi tahu jika Kayisa ini sedang marah kepadanya.

Dear, Kayisa | MIN YOONGI [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang