6 - Sakit Hati

107 16 0
                                    

16.30 - Kediaman Hionshin Family

Mewasvah yang sore ini pulang ke rumah karena ada suatu hal, mendapati Win yang tengah bermain game di kamar.

"Metawin,"

"Eh? Papa," Win melepas hpnya. "Tumben jam segini udah pulang."

"Kamu nggak les? Ini belum jam 5 kamu udah sampai rumah aja."

"Les kok pa, cuman hari ini lesnya sebentar karena Mr.Thiti jam 5 nanti ada kegiatan diluar," ucap Win berbohong. Padahal ia baru berbelanja dengan Mix untuk keperluan festival. Semenjak kejadian dituduh maling saat itu, Win tidak pernah masuk kelas matematika Mr.Thiti lagi.

"Kamu nggak bohong kan sama papa?"

"Enggak kok, ngapain juga Win bohong."

"Kemarin papa baru ketemu sama Mr.Thiti, katanya kamu masuk kelasnya cuma satu kali. Apakah itu benar, Metawin?"

"Kemarin kata Aji Aje, kamu bilang ke mereka buat gak ngawasin kamu lagi, kamu bilang "papa yang nyuruh.""

"Kamu masih mau berbohong sama papa?"

"Maafin Win, pa."

"Papa cuma mau kamu sukses, papa pengen lihat kamu lolos SNMPTN nanti."

"Sukses gak harus pinter matematika kan pa?"

"Kalo kamu merasa gak ngerti matematika, harusnya kamu pelajari, bukan malah menghindari, gimana mau bisa?"

"Tapi Win ngerasa gak cocok sama tempat les di Mr.Thiti, Pa."

"Trus kamu mau les di mana? Biar papa pindah ke tempat yang kamu rasa cocok.

Win terdiam. Ingin bilang bahwa ia sudah punya 'guru matematika pribadi' tapi belum ada konfirmasi dari mas Brian. Ia tidak tahu, apakah mas Brian mau menjadi guru lesnya atau tidak.

"Kenapa diam?"

"Kamu tuh ya, alasan terkuatnya tuh cuma satu. MALES!" suara Mewasvah meninggi.

Mewasvah merampas semua kunci mobil yang awalnya berada di atas nakas, "Semua mobil kamu papa sita sampai kamu ngasih kabar bahwa nilai mtk kamu mengalami kenaikan. Terserah, mau mempelajari otodidak ataupun nyari guru les yang kamu rasa cocok. Papa capek, papa pengen nerima kabar baiknya aja dari kamu."

"Pa! Gak bisa gitu dong?? Aku ke sekolah naik apa?"

"Lohh? Di rumah ini sudah tersedia supir pribadi buat kamu, atau mau ikut temen kamu boleh juga. Semuanya terserah kamu."

"Kalau nilai kamu tidak mengalami peningkatan, lihat aja, cafe kamu papa tutup paksa. Jangan harap, kamu bisa buka cabang dimana-mana. Ingat itu!"

"Aku capek ancamannya cafe mulu! Kalo gak ikhlas aku punya cafe sendiri, ya dari awal gak usah ngasih modal ke aku."

"Sekarang papa keluar dari kamar aku!" bentak Win.

"Keluar!!"

Mewasvah memilih untuk keluar sesuai dengan permintaan Win, ia takut kalau berlama-lama di sini tidak akan bisa mengontrol emosi. Setelah Mewasvah keluar, Win membanting pintunya keras-keras.

"Pa.. kenapa lagi sih? Kok Win sampai banting pintu gitu?"

"Itu, anak kamu berulah lagi. Dibilangin yang bener malah marah."

"Yaudahlah pa, kayak kamu gak tau Win aja. Dia keras kepala, ngambekan, ntar juga dia sadar sendiri. Umur segitu emang masih labil. Biarin aja ya pa, dia nenangin pikirannya dulu."

"Papa sini mama balikin mood bagusnya." 🌚

"Ah, kamu ini. Ayo!! Let's gooo di dapur."

"Pa! Yang bener aja."

Can we last 4ever? | BW StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang