Metawin menyapu air matanya ketika melihat mobil yang menepi di dekat ia sedang berdiri.
"Win.. lo kenapa?" tanya Mix khawatir. Bagaimana tidak khawatir? Baru kali ini Win pergi dari rumahnya dengan membawa koper. Wajahnya juga tidak karuan, mata sembab dan hidung yang kemerahan.
"Yang, jangan ditanyain apa-apa dulu Win nya," tegur Erd.
"Ayo, Win, masuk aja," kata Erd, ia berniat untuk pindah duduk ke belakang namun ditahan oleh Win.
"Ehh bang Erd disini aja. Aku gak papa kok duduk di belakang."
"Sini gue bantu masukin kopernya," kata Erd.
"Makasih bang Erd."
"Ututututu win nya mix jangan sedih lagi yaa, nih minum dulu,"
Win terkekeh pelan seraya menyeka air matanya, "Apaansi lo."
"Btw makasih banyak."
"Ada tisu gak, Mix?" tanya Win.
"Tisu yang mana?"
"Ya tisu??? Lo kira tisu apaan hah."
"Ohhhh."
"Nih,"
"Makasih banyak."
Erd kembali masuk ke dalam mobil, "Sekarang kita ke mana?"
"Ke rumah aku aja, yang."
"Okedeh."
"Win, Lo udah makan?" tanya Mix.
Win menggeleng. "Gak laper gue."
"Ada apa sih? Kok lo kabur dari rumah kayak gini."
"Bokap gue akhir-akhir ini sering pulang ke rumah. Makin sering dia di rumah, makin sering juga gue berantemnya."
"Tumben banget bokap lo sering pulang."
"Gak tau juga gue. Padahal bagusan dia jarang pulang, supaya di rumah tuh gue tentram, kesabaran gue gak diuji. Yang bikin berantem gak jauh-jauh dari nilai mtk gue."
"Dikit-dikit mtk yang dibahas. Gimana kagak gumoh telinga gue dengernya."
"Idihh freak banget," ucap Mix dengan wajah julidnya.
"Bokap lo Mewasvah kan? Setahu gue dia orangnya baik banget. Dulu pas ada kecelakaan di tol, bokap lo yang bawa korbannya ke rumah sakit, kalo telat dikit aja gak tau lagi deh gimana nasib bapak—yang jadi korban—itu."
"Iya, bokap gue emang baik. Tapi sikapnya beda kalo sama gue."
Sakit sekali rasanya jika mengingat alasan mengapa sikap Mewasvah berubah seperti ini padanya. Hanya kepada dirinya.
Karena Erd mengingatkannya kembali dengan sebuah tragedi di tol Wasabi, memorinya memutar balik ke hari dimana terjadi kecelakaan itu. Kecelakaan yang terjadi 4 tahun yang lalu. Win masih ingat mengapa terjadi kecelakaan di tol tersebut. Sampai saat ini ia tidak tahu siapa korbannya, dan apakah masih hidup atau tidak? Win tidak tahu.
Tak terasa, Win larut dalam lamunannya.
Mix menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Win, "Jangan melamun ntar kesambet."
"Udah, ucapan bokap lo yang jahat-jahat jangan dimasukin ke dalam hati. Masih ada gue sama Erd yang bakal selalu ada di sisi lo. Gue siap nerima segala keluh kesah lo, Win."
"Makasih ya Mix, bang Erd."
***
"Yang, bantu bawa kopernya Win ke dalam ya."
"Nggak papa Mix, gue bisa bawa sendiri kok."
"Sini masuk Win. Maaf ya kalo berantakan, semenjak banyak kegiatan di sekolah, gue jadi gak pernah beberes rumah lagi."
"Gak papa kok."
"Yang, aku pulang dulu ya," kata Erd.
Mix memanyunkan bibirnya. Karena sangat gemas, Erd mencubit pipi Mix. "Wajahnya jangan gitu. Makin gemes."
"Yaudah aku pulang ya?"
"Iyaa. Hati-hati sayang." Erd mengacak-acak rambut Mix gemas.
"Bye bye.."
"Bye sayang."
"Ya ampun, gini amat rasanya jadi jomblo. Gue kapan ya? bisa uwu uwu kayak gitu" ucap Win membatin.
***
"Win, gue pesenin makanan ya? Lo kan belum makan."
"Ga usah Mix."
"Jangan bikin Mix yang soptie ini marah. Pokoknya lo harus makan. Nih gue pesenin kaepci."
Kalau sudah begini, Win bisa apa? Ingin menolak tapi nanti Mix malah marah dan kemana lagi ia akan menginap selain di kosannya Mix.
"Iyaaa. Makasih banyak ya Mix, maaf gue ngerepotin lo."
"Eh Win, udah tau belum kalau lo masuk koran?"
Win tersedak salivanya sendiri "HAH?"
"Nih,"
"Aksi heroik seorang remaja SMA sedang menyelamatkan pria yang hampir saja bunuh diri. Anak SMA tersebut diketahui bernama Metawin, yang tak lain adalah putra tunggal dari Mewasvah Hionshin..."
"Apaan dah beritanya ga penting banget."
"Siapatau lo bakal dapet penghargaan."
"Btw ini mas Brian ganteng banget tau. Diliat-liat kalian cocok juga. Udah mengenal satu sama lain lebih dalam belum?"
"Hmm belum."
"Ih coba kenalan lebih dalam lagi, siapatau akhirnya kalian pacaran. Lo juga, kok betah gini ngejomblo bertahun-tahun? Emang bokap nyokap lo ga pernah heran ya kenapa anaknya ga pernah bawa cewe ke rumah."
"Mereka tau gue gay aja enggak."
"Gak pernah nanya-nanya ke lo juga?"
"Kalo urusan kayak gitu ga pernah ditanyain. Bokap gue sekali ngomong ke gue pembahasannya nilai mtk mulu, dia takut banget gue ga lolos seleksi kuliah di Universitas Raikan, padahal dulu nyuruh gue langsung kerja aja sehabis lulus SMA. "
Tak terasa setengah jam berlalu, Mix melihat ada notifikasi dihpnya.
"Mas gopudnya bilang dia udah di depan, gue nyamperin dia dulu. Lo tunggu sini."
"Iyaaa."
***
"Win, abang abang gopudnya tadi mirip banget sama mas Brian."
"Emang dia kali?"
"Dia abang gopud ya?"
"Setau gue sih selain jadi guru, dia jadi ojol gitu."
"Nahhh itu tau, berarti lo udah kenal dia lebih dalam?"
"Nggak juga. Gue cuma tau dikit. Dia guru SMP, duda anak satu, jago mtk. Udah itu doang yang gue tau."
"WHATTT DUDA? Busettt kalo ada duda modelannya begitu gue juga mau kali. Tapi dia emang beneran duda?"
"Iya bener kok."
"Istrinya kemana ya? Meninggal kah?"
"Husttt! Katanya sih cerai."
"Oooh begitu. Yaudah markiman, mari kita makan."
"Mix, gue ga laper sumpah.."
"Ga mau tau pokoknya lo harus makan. Pengen gue suapin?"
*
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Can we last 4ever? | BW Story
Fanfiction"Mas..." "Jari mas brian ada cincinnya.."