Part 5

732 30 0
                                    

 Enjoy yah! :3

~~~


            Aku membuka mataku dan merasakan kepalaku pusing luar biasa. Aku membuka mulutku karena hidungku tidak bisa memberiku nafas yang cukup. Aku merasa mataku berair dan udaranya dingin luar biasa.

            "Justin," Violet menghapus airmatanya.

            "V... Vi," kataku lemas.

            "Jangan bergerak, demammu tinggi sekali," kata Violet sangat khawatir. Aku memejamkan mataku dan merasakan Violet menggenggam tanganku.

            "Ibu? Sudah?" tanya Violet.

            "Tidak ada Dokter yang siap," kata Ibu dengan suara khawatir.

            "Telpon Jessica, Bu. Dia pasti mau kesini," kata Violet panik.

            "Ah ya benar," kata Ibu lalu terdengar sibuk menelpon.

            "Bertahanlah," kata Violet lalu memelukku erat. Aku hanya diam sambil berusaha mengambil nafas secukupnya.

            "Ah, syukurlah Jessica sedang dalam perjalanan kesini," kata Ibu senang.

            "Syukurlah," terdengar suara Ayah.

            "Ayah, Ibu, kalian bisa pergi ke makam dengan Paman, Bibi, dan Ryan. Aku akan menjaga Justin disini. Kami akan baik-baik saja. Lagipula Jessica sudah hampir tiba," kata Violet.

            "Apa kau yakin, Violet?" tanya Ayah.

            "Ya, Ayah. Percayalah padaku," kata Violet lalu telingaku berdengung, tidak bisa mendengar dengan jelas. Violet melepaskan genggamannya lalu tak lama kemudian dia kembali. "Ah ya! Tunggu sebentar!" teriak Violet lalu dia pergi lagi.

            "Hai, Justin," terdengar suara Jessica lalu aku merasakan sentuhan tangan dingin di keningku. "Wah ini demam yang serius. Apa kemarin dia baik-baik saja?" tanya Jessica.

            Aku menelah ludah meski tenggorokanku terasa sakit. "Ya! Dia baik-baik saja! Ini terjadi dalam semalam," kata Violet cepat.

            "Baiklah, aku akan memeriksamu," kata Jessica lalu membuka dua kancing piyamaku dan mengukur detak jantungku, tekanan darahku, dan terakhir suhu badanku yang membuatnya geleng-geleng. "Apa tenggorokanmu sakit?" tanya Jessica lalu aku mengangguk pelan.

            "Kau memaksakan diri," kata Violet lirih. "Dia bekerja hampir setiap hari. Aku sudah bilang ini waktunya liburan. Dia tidak pernah bisa membiarkan karyawan mengerjakannya," adu Violet dengan suara lirih. Aku merasakan jemari lentik Violet mengelus lenganku lembut.

            "Baiklah, tekanan darahmu tinggi, syarafmu tegang. Aku memberikan obat dan... ambillah sesi memijat seminggu sekali, itu akan membantu. Lebih banyak minum air dan... aku akan memberikan suntikan vitamin di pantatmu," kata Jessica.

            "A... apa itu perlu?" tanya Violet.

            "Ya, ini akan membuatnya jauh lebih baik dalam beberapa menit kedepan," kata Jessica lalu mempersiapkan suntikannya.

            Violet membantu Jessica memiringkan badanku dan menarik turun celanaku sedikit. Aku meringis ketika merasakan jarum suntik Jess menancap dan rasa ngilu terasa di pantatku.

            "Hentikan itu, tidakkah itu terlalu dalam, Dokter!" kata Violet panik.

            "Nona Anderson, tenang," kata Jessica tenang. "Tenanglah, aku tidak menyakiti Justin," kata Jessica. "Aku sudah selesai."

The Butler : Fight The FearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang