Bagian ini agak pendek but still fun for me :3 Enjoy :)
~~~
"November, kumohon jadilah bulanku. Sukseskan acara ini," gumamku pelan. Aku menghela nafas, masih gugup tentang ulang tahun Anderson's Company yang ke-30. Aku tidak setenang Violet yang menganggap hal ini seperti pesta biasa, tapi ini ulang tahun perayaan pertamaku.
"Ini dia...," suara Ibu terdengar dan aku berbalik.
Mataku membesar menatap Ibu dan Violet yang mengenakan gaun berwarna ungu dengan desain berbeda. Ibu menjahitnya sendiri dan Violet ingin memiliki baju yang senada dengan baju Ibu, jadi Ibu membuat dua. Mereka berdua terlihat sempurna malam ini.
"Tidakkah Ibu cantik?" tanya Violet lalu mereka berpelukan.
"Kalian berdua mengagumkan," kataku jujur lalu memeluk Ibu dan mencium Violet. "Wow...," kataku senang.
"Wah, cantiknya!" puji Ryan yang sudah mengenakan jas juga.
"Bunuh aku kalau tidak ada wanita yang akan berdansa denganmu malam ini!" kata Violet lalu memeluk Ryan.
"Ayah tirimu akan datang?" tanya Ryan.
"Ya, kurasa begitu," kata Violet.
"Wow, siapkan tinjumu, Nona," kata Ryan lalu mereka tertawa. Ibu akhirnya pergi duluan dengan Ryan. Hanya aku dan Violet diruangan ini.
"Kau sudah siap?" tanya Violet sambil merapikan dasiku.
"Ya, aku sedikit khawatir tentang ayah tirimu," kataku.
"Tidak akan ada apa-apa. Dia akan datang, dan aku akan menunjukkan siapa aku sebenarnya. Aku sudah datang ke kantornya waktu itu," kata Violet.
"Kau serius?" tanyaku kaget.
"Ya, untuk memberikan surat undangan. Tapi dia tidak disana, jadi aku menyerahkannya ke sekretarisnya," kata Violet lalu menepuk dadaku lembut. "Kau sempurna," katanya.
"Terimakasih," aku mencium pipinya lembut.
"Aku merasa seperti melangkah masuk ke kandang macan, untung macannya sedang tidur," kata Violet lalu kami tertawa.
"Itu lucu," kataku geli.
"Jessica memberiku beberapa tips juga," kata Violet.
"Kalian saling telpon?" tanyaku.
"Ya! Aku memberinya hadiah bulan madu di Bora-Bora. Dia sangat senang," kata Violet.
"Aku tidak tau itu, tapi... dia pasti senang," jawabku.
"Ayo kita keluar. Tamu-tamu sudah menunggu," ajak Violet lalu kami bergandengan.
Malam ini sangat ramai. Semua orang sibuk menyelamatiku dan Anderson's Company yang masih berdiri tegak setelah 30 tahun berjalan. Maklum saja, semenjak Tuan Anderson wafat, perusahaan ini naik turun dengan seenaknya. Violet memang mengakui dia tidak mampu memimpin negosiasi, dia tulen orang lapangan dan aku menggantikan tugasnya didalam kantor sementara dia melanglang buana kesana kemari.
"Sayang, itu mereka," kata Violet lalu aku menatap seorang wanita cantik dan seorang lelaki disebelahnya. "Hai Ayah, hai Ibu. Terimakasih sudah datang," Violet bergantian memeluk mereka.
"Violet, kau terlihat cantik," kata Nyonya Johnson. Nada bicaranya bukan seperti ibu ke anak, tapi seperti ke kenalan.
"Ibu juga," kata Violet lalu menarik tanganku. "Ini suamiku, Justin," kata Violet lalu kami bersalaman.
"Senang bertemu dengan Anda berdua," jawabku profesional.
"Richard dan Allie Johnson," Violet memperkenalkan.
"Saya mendengar banyak," kataku lalu tersenyum.
Mereka bertiga saling berbincang dan aku menahan diriku untuk tidak memukul Richard. Aku tidak memiliki rasa hormat seujung kukupun padanya. Aku menahan diri karena hanya tidak ingin menghancurkan rencana Violet. Dia sudah sejauh ini.
"Justin!" sebuah suara memanggilku dan aku menengok.
"Paman Oscar!" aku tersenyum senang melihat teman baik Ayah yang memang kuundang. "Sayang, aku akan bicara dengan Paman Oscar. Aku.. akan kesana sebentar," kataku lalu mencium pipi Violet.
"Tentu," Violet tersenyum manis.
Aku berjalan ke arah Paman Oscar dan kami berpelukan erat. Sudah lama sekali tidak melihat beliau. Dulu aku sering memancing dengan beliau, tapi sekarang beliau tinggal dengan Ayah dan kami jarang sekali bertemu.
Kami terlibat pembicaraan yang asik meski sisi mataku tidak pernah berhenti melirik Violet. Nyonya Johnson sudah pergi dan hanya tersisa Violet dan ayah tirinya. Aku menahan nafas, seraya berdoa supaya Violet tidak apa-apa. Tapi aku terkejut ketika mereka berdua berjalan keluar dari keramaian menuju pintu yang mengarah ke taman belakang.
"Paman Oscar, Ibu dan keluarga yang lain ada disana. Paman bisa menemui Ayah juga disana," kataku lembut.
"Ya, tentu. Banyak orang yang harus kau sapa, Nak," katanya ramah.
"Lain kali kita akan memancing!" kataku bersemangat.
"Pastikan itu terjadi!" kata Paman Oscar lalu melambai dan berjalan ke arah yang kutunjuk.
Aku berjalan agak cepat mengikuti mereka, tapi menjaga jarak agar mereka tidak menyadari keberadaanku. Aku bersembunyi dibalik semak-semak dan menajamkan pendengaranku.
~~~
OKAY! Next part is the last part of this story! Taa-daa!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Butler : Fight The Fear
FanfictionJustin akhirnya menikahi Violet Anderson, seorang gadis cantik yang merupakan bos-nya sendiri. Setelah berpikir bahwa Violet adalah bos yang luar biasa menyeramkan, ternyata Violet hanyalah gadis biasa dengan beban masa lalu yang harus ditanggungnya...