Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 8)
[Aku sudah ada di depan. Kamu dimana? Cepat keluar!] Gadis itu kembali menghubungiku.
Aku mengintip dari jendela, dan ternyata calon pelakor itu benar-benar datang ke rumahku.
[Oke. Masuk saja! Pagarnya tidak dikunci.] Aku membalas pesan darinya.
[Rumah kamu yang mana? Di sini banyak rumah. Titik kordinatnya juga tidak jelas.]
[Ya, pas yang di depan kamu. Masuk aja, pagar sama pintu nggak dikunci. Langsung aja naik menuju lantai dua. Aku ada di atas, tepat dilantai dua.]
Wanita itu menoleh ke atas, tepat kearahku.
Aku membuka sedikit jendela, mengulurkan tangan untuk memberi kode padanya.
[Oke. Aku masuk,] jawab gadis abege itu. Lalu melangkah menuju halaman rumahku.
Kira-kira anak siapa ya? Masih kecil kok sudah sangat meresahkan. Apa tidak dicariin sama orang tuanya?
Aku memantau gerak gerik gadis itu melalui kamera pengawas cctv yang terkoneksi ke ponselku. Dia berjalan memasuki pagar, lalu menutupnya kembali. Lalu menuju pintu utama, membuka dan menguncinya dari dalam.
Sengaja anak kunci aku biarkan tercantol di daun pintu agar tidak tercecer kemana-mana. Kalau sampai hilang kan ribet juga untuk mencarinya.
Dengan celingak-celinguk, gadis itu berhenti tepat di ruang tamu yang terbilang cukup luas, lalu mengecek ponselnya kembali.
[Dimana? Kok sepi?]
[Naik aja kelantai dua.]
Dia kembali celingak-celinguk, mungkin mencari letak tangga ada dimana.
[Kamu jalan aja terus ke arah pintu menuju belakang, dan di sana kamu akan menemukan sebuah tangga untuk naik ke atas.] Aku memberi petunjuk untuknya, agar dia segera naik.
Tanganku sudah mulai gatal, ingin membunuh orang.
[Oke.]
Tiktaktiktuk..., tiktaktiktuk....
Suara langkah gadis itu terdengar menaiki anak tangga. Sepertinya dia sedang mengenakan sandal hak tinggi. Kira-kira jika aku kagetin, dia jatuh tidak ya?
"Permisi!" Suara gadis itu memanggil.
Aku diam, tak menjawab salam darinya, sembari bersembunyi di belakang pintu.
"Permisi! Mbak?" panggilnya lagi.
Aku tetap diam, menahan napas agar jangan terdengar oleh bocah cabe-cabean itu.
Tak lama, handle pintu bergerak, kemudian di dorong dari luar.
"Mbak! Ada orang gak?" Dia kembali menyapa, dan terlihat ragu-ragu untuk masuk.
Secara perlahan gadis itu mulai melangkah, sembari mengamati ke sekitar ruangan.
"Kena kamu!" Aku muncul dibelakang gadis itu secara tiba-tiba dan langsung menutup pintu, serta menguncinya.
Gadis itu terkejut hingga dia terlonjak menatapku.
"Kamu!" Raut wajah gadis itu terlihat pucat.
"Iya, aku. Kenapa? Kamu takut denganku?" tanyaku dengan menaikkan dagu untuk menantangnya.
"Tidak. Siapa juga yang takut dengan kamu." Gadis itu berucap sombong.
Oke.
"Kamu tidak takut denganku?" Aku menatapnya tajam.
"Buat apa aku takut? Orang aku tidak salah, kok," ucapnya santai, seperti tidak merasa bersalah sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan(selesai)
ActionIndah terpaksa menghabisi suaminya karena merasa telah dikhianati oleh pria yang sepuluh tahun menikahinya.