Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 6)
Taraaa. Aku pulang.
"Cepetan dong, Mas! Kok lambat amat sih jalannya? Indah sudah nggak sabar, nih." Aku menyeret suamiku yang jalannya mengangkang sambil terseok-seok.
"Yang pelan dong, Sayang. Anu Mas masih sakit, nih."
"Siapa suruh Mas kegatelan, coba? Masih untung ituh barang masih ada ditempatnya. Kalau kemarin sampai lepas gimana?" Aku berucap ketus.
"Jangan dong, Sayang. Doa kamu kok jelek amat sih sama suami sendiri."
"Biarin. Orang Mas nakal sih." Aku pura-pura cuek.
"Namanya juga laki-laki, Sayang."
Aku berhenti, kemudian menatapnya. " Emang semua laki-laki begitu, ya?"
"Nggak semua, sih. Hanya kebanyakan aja."
"Oh, gitu ya? Emangnya apaan sih bedanya antara wanita yang satu dengan wanita lainnya?" Aku merasa sedikit penasaran. Soalnya bentuknya kan sama aja. Sama-sama bulet.
Eh, bulet apa segitiga ya? Coba di cek dulu!
"Beda dong Sayang. Dari karakternya aja kan beda-beda. Ada yang galak, ada yang kalem, ada yang keras dan ada juga yang lembut." Suamiku menjelaskan layaknya seorang pakar yang sudah sangat-sangat berpengalaman.
"Jadi kalau Indah yang mana?"
"Kalau kamu paket komplit, Sayang." Dia memujiku.
"Oh, gitu ya? Tapi kenapa Mas masih selingkuh?"
"Mas nggak selingkuh, Sayang. Mana mungkin Mas berani selingkuhin kamu?"
Lho kira gue goblok apa? Udah jelas-jelas ketahuan masih aja ngeles.
"Jadi kemarin itu apa dong, Sayang?" tanyaku dengan lembut, dengan sedikit membelainya.
Gak apa-apa deh aku baik-baikin dia dulu. Aku senangin dia, aku buat dia bahagia. Kan sebentar lagi dia bakalan pindah alam. Pasti kangen deh, dengan suamiku yang badjingan ini.
"Kan kemarin sudah Mas jelasin bahwa Mas dan kedua orang itu tidak ada hubungan apa-apa, Sayang! Apa yang Indah lihat itu hanya sekedar akting. Kan Nina juga sudah jelasin sama Yayang kemarin! Apa Yayang sudah lupa ya?"
"Oh, yang itu namanya Nina? Yang rambutnya pirang-pirang itu?"
Suamiku terlihat salah tingkah lagi.
"Cantik ya orangnya. Putih, mulus, rambutnya dipirang-pirangin. Tubuhnya s3ksi, terus imut-imut. Dan pandai juga ngemut."
"Uhuk. Uhuk." Suamiku tersedak dan batuk-batuk.
"Kenapa, Sayang? Kenapa, Sayang?" Aku pura-pura perhatian.
"Tidak. Tidak kenapa-napa. Mas cuma haus."
"Oh, haus, ya? Mas mau mimik apa? Mau mimik cucu atau mimik anggur?"
"Mimik cucu dong, Cayang." Mas Andra mengikuti gaya bicaraku, sembari mencolek sedikit bagian dadaku yang menonjol.
Ini orang kebangetan ya? Sudah kepala juniornya aja mau putus, masih aja tetep nakal.
"Cucu siapa, Sayang? Mau cucu Indah, atau cucu Nina?"
"Uhuk. Uhuk. Uhuk." Mas Andra kembali batuk-batuk.
"Kenapa, Cayang? Kenapa Cayang?" Aku semakin bersikap manja dan menggemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan(selesai)
AcciónIndah terpaksa menghabisi suaminya karena merasa telah dikhianati oleh pria yang sepuluh tahun menikahinya.