DUA PULUH TUJUH

295 66 79
                                    

Happy reading!!

Hari ini adalah hari terakhir Vino di kota ini. Besok, ia harus sudah berangkat ke Australia untuk melanjutkan pendidikannya.

Sebenarnya berat untuk Vino meninggalkan kota ini. Kota yang penuh kenang-kenangannya dengan Syafa. Tapi mungkin dengan cara ini lah dirinya bisa melupakannya.

"Ma, nggak bisa kuliah di sini aja?" Itu adalah pertanyaan ke dua puluh lima yang Vino layangkan.

"Nggak bisa, sayang" jawab mamanya.

Vino menghela napas sambil mengambil duduk di bibir ranjang. Kedua telapak tangannya bertumpu di atas paha. "Tapi, ma, kalau Vino kuliah di sana siapa yang temenin papa sama Mama."

"Kamu nggak perlu khawatir. Nanti setelah kamu pergi, Nara bakalan tinggal di sini sama papa sama Mama buat temenin kita."

Nara adalah sepupu Vino. Orang tua Nara ada di luar negeri, jadi untuk sementara dia di titipkan di sini.

"Ma, aku mau keluar dulu sebentar ya?"

Mamanya yang sedang melipat pakaiannya pun mendongak menatap anaknya. "Mau kemana."

"Ada urusan bentar."

Laki-laki itu pun mengambil jaketnya yang berada di lemari. Lalu mengambil kunci motornya yang berada di Nakas dan segera keluar dari dalam kamar.

****

Vino menghentikan motornya di parkiran mall. Lalu ia segera melepas helmnya dan segera turun dari atas motor.

Cowok itu terlihat sedang membeli sesuatu. Ntah apa yang sedang cowok itu beli. Setelah dua puluh menit berada di dalam mall akhirnya vino pun keluar juga.

Ia memakai helmnya kembali dan segera menancapkan gasnya dan meninggalkan tempat itu.

Selang beberapa menit kemudian Vino sudah sampai di depan rumah bercat putih tersebut. Ya, rumah Syafa. Entah apa yang akan di lakukan laki-laki itu.

Vino turun dari atas motor. Tidak lupa melepas helm nya terlebih dahulu. Lalu ia segera berjalan ke rumah Syafa.

Tok....tok...tok...

"BENTARR" teriak orang dari dalam rumah.

Clekk..

"V-vino?"

"Hai Syaf, apa kabar?"

"Baik, oh iya ayo masuk."

"Gausah. Gua kesini cuman mau ngasih ini buat Lo" laki-laki itu menyodorkan barang itu ke Syafa.

Syafa pun menerimanya dan membukanya. Isinya perlengkapan bayi, mulai dari baju, kaos kaki bayi, handuk bayi, dan tempat makan bayi.

"Ya ampun Vin, pake repot-repot segala. Btw makasih ya."

"Enggak kok. Gua cuman takut aja entar pas Lo lahiran gua udah nggak ada di sini. Jadi gua kasih sekarang aja, mumpung masih ada waktu" ucap cowok itu.

Syafa mengerutkan dahinya. Kenapa Vino berkata seperti itu. Ia berusaha memikirkan hal yang positif.

"Gua mau kuliah ke luar negeri. Jadi kemungkinan pas Lo lahiran nanti gua nggak ada di Jakarta" ucap Vino lagi.

Wanita itu menghembuskan nafas lega setelah mendengarkan penjelasan dari Vino. "Oalah, hati-hati ya. Semoga kuliah Lo dari awal sampai akhir lancar."

"Aamiin."

"Yaudah, gua pamit dulu ya Syaf. Jaga baik-baik anak Lo ini. Titip salam buat suami Lo."

"Iya nanti gua sampein. Lo juga hati-hati, makasih buat hadiahnya Vin."

HAFISYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang