1. CHILDHOOD

2 1 0
                                    

Seorang gadis kecil itu berlari menyusuri taman kota, langkah kecilnya membawa ia pada anak kecil yang tengah menangis di bawah pohon bunga kertas yang sedang mekar, gadis itu langsung terduduk di sampingnya dan mengusap punggung anak laki-laki itu.

"Renja kenapa lagi? dijahatin ya sama anak komplek sebelah?"

Anak laki-laki itu hanya mengangguk dengan air mata yang terus menghujani pipi putihnya, tangan kecilnya terangkat untuk menyeka air matanya sendiri.

Gadis kecil itu menarik tubuh kecil di sampingnya ke dalam pelukan, "Renja jangan nangis yaa, nanti Jani ikutan sedih."

"Pelut Lenja dipukul sama Gian, meleka malakin Lenja." Adu bocah itu dengan pengucapan yang masih sedikit cadel, meski usianya sudah menginjak lima tahun, tapi ia masih sedikit kesusahan mengucapkan huruf R.

"Nja tenang aja, nanti Jani hajar deh mereka. Mereka sekarang dimana?"

Tangan kecil Renjana langsung menunjuk pada arah kanan , sebenarnya tidak ada siapa-siapa. Namun, gadis itu mengerti bahwa yang Renjana maksud anak nakal itu pergi ke arah sana.

"Ayo ikut Jani!" Renjana hanya menurut saat tangannya dituntun oleh Renjani untuk pergi menyusul anak nakal yang bernama Gian itu. Renjani bukanlah anak gadis lemah, ia adalah anak kecil barbar yang setiap harinya rela melabrak anak-anak yang mengganggu sang pangeran kecil kesayangannya. Renjana bukannya lemah, laki-laki itu sudah terbiasa di pojokkan bahkan dipukuli ibunya sendiri. Membuatnya hanya terdiam dan menghindar dari gangguan Gian dan antek-anteknya.

Bugh! Renjani langsung memukul perut Gian dengan keras hingga bocah laki-laki itu terduduk menahan rasa sakit. Dua orang anak lainnya hanya menatap cengo pada tingkah barbar anak kecil berwajah boneka itu.

"Sekali lagi kamu sakitin Renja, awas aja aku akan bikin kalian babak belur!" Ancam gadis itu dengan tatapan berapi-api.

"Gak takut, Jani kan cewek. Main Barbie aja sana!" Cibir anak laki-laki yang menjadi salah satu temannya Gian.

Renjani mendekat dan tanpa aba-aba langsung menggeplak wajah menyebalkan itu hingga terdengar bunyi nyaring. Pukulannya tidak main-main, anak laki-laki itu terdiam beberapa saat, setelah itu langsung berlari dan meneriaki ibunya sambil menangis.

"Dasar penyihir!" Umpat Gian masih terduduk dengan tangan memegang perut.

Renjani langsung menendang Gian hingga tersungkur, setelah itu langsung menarik tangan  Renjana meninggalkan anak-anak nakal itu dengan tawa terdengar puas diantara takut dan lucu. Gadis kecil itu juga sadar bahwa ia perempuan.

Langkah mereka tertuju pada rumah besar yang menjadi kediaman Renjana, dua bocah itu langsung masuk dan mendapati seorang perempuan cantik yang sedang terduduk di sofa dengan sebuah novel di tangannya.

"Loh, Renja kenapa nangis?" Wanita itu menaruh novel dan langsung menghampiri dua anak kecil itu.

"Renja dijahatin Gian, bunda." Yang menjawab itu Renjani karena Renja hanya merengut manja.

"Yaampun, kasian banget. Ada yang sakit enggak?" Safira merendah untuk menyetarakan wajahnya dengan Renjana, anak laki-laki itu hanya menggeleng. "Gian nya udah Jani pukul kok tadi." Jawab Renja pelan.

"Makasih ya, Jani. Kamu memang anak kuat, kayak peri."

Renjani tersenyum sumringah mendengar pujian dari Safira, ia menoleh pada Renjana yang juga tengah tersenyum manis oleh sikap manis Safira.

"Oh ya, bunda udah goreng sosis sama nugget loh. Kalian makan yaa?"

"Iya bunda." Jawab mereka kompak, Safira langsung menggiring anak-anak itu ke ruang makan. Karena memang ini sudah waktunya untuk makan siang, ia tak ingin Renja telat makan yang membuat postur tubuhnya sangat kecil, bahkan dengan Renjani saja masih tinggi gadis itu.

RENJANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang