Rayyen mendesah, berat rasanya melihat kekasih sendiri sedang berduaan bersama yang lain.
Terkadang ia bingung, jika joan sudah terang terangan berselingkuh, namun kenapa ketika ia mengajak putus joan tidak mau?
Dan sekarang pun joan terlihat sedang asik berbincang sembari bersuap suapan dengan adik kelas nya bernama ani.
Ani memiliki wajah yang bundar, kulit nya putih namun tidak seputih miliki rayyen, matanya agak sipit ditambah menggunakan soflens. Ani juga cukup terkenal, mudah bergaul, membuat rayyen yang mengetahui bahwa ani menyukai joan pun hanya bisa pasrah.
Mau bagaimana lagi? Ingin bersaing pun ia sudah malas, seolah rayyen sudah mendapat spoiler jika dia lah yang akan kalah.
Dengan berat hati, rayyen meninggalkan kawasan kantin dengan membawa satu roti beserta satu reminelar.
Ia akan mencoba nya lagi, sungguh, membuat nya berpisah dengan joan begitu sulit, padahal joan pun sudah seperti enggan untuk menoleh pada rayyen lagi.
Namun mengapa menolak untuk berpisah? Ia marah.
~~~~
Bel pulang sekolah berbunyi.
"Akhirnya"
Lirih rayyen, ia membereskan buku buku nya dengan lamban, sengaja, ia ingin keluar terakhir.
Saat ia berjala keluar dari kelasnya, ia melihat joan, dengan sedikit keberanian entah dari mana, rayyen mendekat.
"J-joan, bisa pulang bersama?" Ucap rayyen lirih, namun masih bisa do dengar oleh joan.
"Sekarang? Ak-" belum sempat joan menyelesaikan ucapanya, ani datang, dengan wajah bahagia, dia menghampiri joan dengan senyum lebar.
"Joaaan, ayo pulang!" Ani menggandeng tangan joan mesra, di depan kekasih joan.
Rayyen menatap kejadian tersebut.
'Apa apaan ini? Akrab sekali, bahkan aku yang kekasihnya saja tidak pernah memegang tangannya sekalipun.'
Rayyen membatin, ia memicingkan matanya penuh curiga.
"Ah ani, ayo"
"Eh, kau siapa? Sepertinya aku baru pertama kali melihat mu?" Kini bukan untuk joan, namun untuk rayyen, rayyen yang sedang menatap sepatunya lantas mendongak.
'Hah? Berbicra padaku? Tidak salah?'
"A-ah, aku rayyen"
'Tidak perlu menyebut nama kelas bukan?'
"Aah begitu, aku ani! Salam kenal!!"
Ani mengajak rayyen berjabat tangan, rayyen ragu ragu, namun ia tetap membalas salaman ani.
Joan menatap rayyen tajam, seolah olah berkata jika ani tidak boleh sembarang di sentuh.
Tak ingin brtmbh sedih, ia pun berpamitan kepada mereka berdua dan berjalan ke arah kelasnya lagi karna terlupa sesuatu.
~~~
Cuaca nampak mendung, rintikan hujan pun mulai muncul.Setelah selesai dengan urusannya, rayyen keluar dari sekolah, ia menuju ke gerbang, karna melewati parkiran, ia melihat motor joan masih di sana.
Rayyen hendak menghampiri motor tersebut, namun ia malah melihat hal yang membuat ia begitu shock.
"Eemmhh j-joan.. jangan...nngh.."
"Ahh.. ani.. khaau begitu cantik"
Rayyen spontan menutup mulutnya, ia menatap terkejut.
'Joan? Itu joan? Kekasihnya? Berciuman bersama org lain?'
Rayyen menangis, ia berlari sekencang kencang nya kelusr dari kawasan sekolah.
Sangking cpt nya dia berlari, rayyen terjatuh, menyebabkan celana nya robek sangat besar, mungkin karna dia jatuh di batu batu yg tajam dan kecil.
Hujan datang, dengan derasnya menghujam rayyen, dia terduduk, kaki nya begitu sakit, akibat beberapa luka dan darah nya terkena air begitu saja.
Rayyen sampai di halte, menunggu bis datang. Dia terlihat seperti siswa yang telah di bully, celananya robek dan bajunya sedikit kotor akibat lumpur yg mengenai kaos nya ketika ia jatuh.
Celana bagian kananya robek, besar sekali, paha nya benar benar terekspos dengan jelas.
Bus datang, dan rayyen masuk, ia tidak peduli lagi, terserah org mau menganggap nya menjijikan krn penampilan
Nya, ia tidak peduli lagi.Rayyen duduk di pojokan, di samping nya ada laki laki berumur sekitar 20 tahunan, lelaki itu tampak memandang rayyen terus menerus.
Rayyen bersender pada kaca, ia memejamkan matanya.
Namun ia merasa, ada sensasi dingin di kaki bagisn pahanya, ia membuka mata, dan melihat ada sebuah tangam sedang mengelus elus pahanya.
Rayyen kaget, ia berdiri, membuat ia menjadi bahan perhatian.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
what's wrong?
Romancerayyen yang tak pernah menyangka takdir nya akan seburuk ini. {kalo ga suka bisa pergi oke? makasii}