Prolog

7 8 2
                                    


"Aku itu, senyaman sepatuku"

***

Bel istirahat sekolah telah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Kelas juga mulai kosong. Darel masih sibuk mencari sepatunya yang raib dari rak sepatu di depan kelas.

"Buruan, Rel! Keburu rame tuh kantin." Aidan mulai lelah menunggu, perutnya berbunyi karena lapar.

"Iya gua tau, sepatu gua hilang lagi." Darel menggerutu sambil terus mencari sepatunya, bahkan sampai ke selokan depan kelas.

"Udah, lu nyeker aja dah."

Seorang gadis dengan rambut panjang, berkacamata datang membawa beberapa cemilan dan minuman kembali dari kantin. Gadis itu mengenakan sepatu yang dari tadi menjadi objek pencarian Darel.

"Makasih sepatunya, Dar." Eira melepas sepatu yang ia kenakan, kemudian dengan santai melangkah masuk ke dalam kelas bersama dua temannya.

"Lu kalau mau pinjam minimal izin dulu, lah. Gua nyari ni sepatu sampe selokan, asal lu tau!." Darel berseru-seru kesal.

"Ya, intinya gua udah bilang makasih." Ucap Eira acuh tak acuh.

Belum sempat Darel membalas ucapan Eira, tangannya sudah ditarik oleh Aidan. Perutnya sudah tidak sanggup lagi menunggu, dia harus segera makan.

Kisah Darel yang kehilangan sepatu masih terus berlanjut. Darel sering merasa kesal karena sepatunya yang hilang saat hendak ia kenakan. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Eira. Bagi Darel, tiada hari tanpa kehilangan sepatu.

Love in ShoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang