03

7K 659 81
                                    

Dalam semalam semua cemilan di rumah Hanif lenyap. Mau di kulkas ataupun toples semuanya kosong. Hanya tersisa sayuran mentah saja dan beberapa telur.

Edan memang teman-temannya, padahal cuma dua makhluk tapi perutnya seperti mampu menampung berkilo-kilo makanan.

Sampai sekiranya jam 12 malam mereka berdua, Anji dan Nathan memilih untuk menginap saja. Kebetulan Hanif punya seragam 4 jadi tidak perlu khawatir dan untuk buku pelajaran masih yang kemarin.

Untungnya juga besok gak ada pr. Jadi aman.

Anji sudah menguap berkali-kali sampai matanya berair tapi kedua temannya masih asik main game online sambil teriak-teriak tidak jelas.

"Udah, ayo tidur. Udah jam 12 ini."

Tapi kedua lelaki manis itu tidak mendengarkannya sama sekali. Anji berdecak sebal.

"Bro, lu besok harus siapin diri buat serangan ketua osis."

Anji menepuk pundak Nathan satu kali, yang di tepuk mendelik kesal.

"Tolong, ya. Gue udah adem kagak bahas orang itu lo malah ngingetin lagi." sewot Nathan.

Anji terkekeh pelan, matanya menutup tak kuat menahan kantuk. Kepalanya berada di unjung ranjang sedang kakinya diatas bantal.

"Terserah, berdoa aja supaya besok lo kagak di cegat di gerbang." lalu tidur. Dengkuran halusnya dia terdengar.

Hanif terkekeh pelan, mematikan ponsel dan berjalan ke arah ranjang dan tidur disebelah Anji.

"Udah cepet tidur, takutnya besok telat malah lo ketemu tu ketua osis pagi-pagi."

Nathan mendengus makin kesal, keluar dari game online terus charger hapenya supaya besok pas dipake full.

Dia memilih tidur dikarpet saja dibanding dempet-dempetan di kasur.

Tapi ya dasarnya emang ketiganya kebo, jam beker berdering segitu nyaringnya tetep aja pada merem.

Alhasil ya kesiangan, mana ke toiletnya rebutan, asal mandi, asal nyomot roti tawar di meja makan, rebutan keluar pintu, tunggang langgang lari kearah halte bus, sesek-sesekan di dalam bus. Tapi masih tetep kalah sama Pak Samsudin, satpam sekolah yang udah nutup gerbangnya tepat jam 7.05. Dan mereka sampai sekolah jam 7.25.

Katiganya ngos-ngosan, membungkuk bareng didepan gerbang yang tertutup.

"Kalian bertiga."

Suara berat memanggil, mereka langsung menegakkan tubuh dan Nathan langsung mulas.

Ketua osis dengan tampang datar menatap mereka satu persatu.

"Lebih baik pulang."

Hanif menggeleng ribut, mencengkram besi gerbang dengan tampang memelas.

"Aduh, pak Ketua. Maaf deh kita telat. Lagian cuma sekali doang. Izinin masuk, dong."

Anji juga ikutan, kepalanya menempel di besi gerbang dengan menangkup kedua tangannya berpose berdoa.

"Ketua osis yang baik, tolong kita. Maafin kita, lagian ini baru pertama kalinya. Tolelir dikit lah, biasanya di catet doang. Kok kita malah di suruh pulang, sih."

Ketua osis mendengus pelan, "batas telat jam 7 lebih 10 menit. Kalian lebih 25 menit. Udah peraturan." katanya tegas.

Nathan hanya diam saja tanpa mau seperti kedua temannya.

"Aish, ayolah pak Ketu. Hukum aja bersihin wc atau cabut rumput, asal di izinin masuk, berabe kalau di alpha-in." Hanif masih memelas, dianggukin oleh Anji.

Gebetan Satu KeluargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang