Epilog (2) - 'Till the end.

297 41 1
                                        

[Rumah sakit]

Pip pip pip..

Suara monitor jantung disamping kasur rumah sakit.

Ceklek!

"Y/n, ini kubawakan makanan. Dimakan, ya?" Ucap pria berambut putih penuh uban dengan gaya rambut pendek dan terlihat acak-acakan. Ia membawa tongkat dan memakai kacamata hitam.

"Iya, terimakasih Yohan." Balas seorang perempuan yang tampak tua. Ada kerutan diwajahnya, rambutnya pun panjang dan berwarna putih seputih salju di musim dingin.

"Maaf, ya, Y/n aku tidak bisa menyuapimu karna aku tidak bisa melihat lagi. Padahal kau sepertinya lemas sekali"

Y/n tersenyum tulus.

"Gapapa. Aku udah seneng banget kamu mau nemenin."

...

[Setelah selesai makan]

"Y/n, kau tidur dulu, ya? Setelah memberimu makan, aku disuruh untuk menemui dokter." Kata Yohan sambil meraba-raba membereskan mangkuk yang berisi sedikit kuah bubur bekas makanan Y/n tadi.

"Iya, cepatlah kembali. Aku bosan sendiri" kata Y/n.

"Selamat tidur, Y/n. Mimpi indah." Kata Yohan sambil tersenyum.

Yohan pun mengambil tongkat yang ternyata bernama Instisblind (Intelegent Stick for Blind) dan meninggalkan kamar yang bertuliskan nomor 831 tersebut.

🌹🌹🌹

Beberapa minggu kemudian.

Pipp pipp pipp...
Lagi lagi suara monitor terdengar di ruangan putih kecil berhawa dingin tersebut. Hanya saja, kali ini detak jantungnya lebih lambat.

Pria penuh uban tersebut nampak membaringkan kepalanya di samping perempuan berambut panjang itu sambil menggenggam tangannya dengan erat.

Dingin. Tangannya dingin. Pria itu menggenggam tangan sang perempuan agar tangannya hangat.

Suster di ruangan tersebut hanya terdiam dan menatap pria itu dengan wajah penuh simpati. Tak ada yang bisa dilakukannya. Hanya menunggu takdir berjalan sesuai arus.

Takdir?

[Flashback]

"Iya, cepatlah kembali. Aku bosan sendiri" kata Y/n.

"Selamat tidur, Y/n. Mimpi indah." Kata Yohan sambil tersenyum.

Yohan pun mengambil tongkat dan meninggalkan kamar yang bertuliskan nomor 831 tersebut.

Tap tap tap

Cklek!!

"Ada apa ya, dok? Kenapa mencari saya?" Tanya Yohan sambil memasuki ruangan 4x4 tersebut.

"Ah, iya. Maaf ya."

"Maaf kenapa, pak?"

"Ah.. begini. Pasien [full name] semakin melemah dan penyakitnya makin parah. Jadi.. kemungkinan umurnya hanya beberapa minggu."

Jleb!

Rasanya seperti ada pisau yang menusuk hati Yohan. Sakit, tapi tak berdarah.

Untungnya, Yohan tidak serangan jantung karna kaget.

. . .

... Memori buruk itu kembali teringat, tepat 2 minggu yang lalu. Yohan mengeratkan genggaman tangannya.

Tetesan air mata jatuh satu persatu dan semakin deras dari balik kacamata hitamnya.

Yohan memaksakan dirinya untuk tersenyum. Ia mengangkat tangan Y/n dan mengecupnya lalu kembali berbaring dan menutup mata, berusaha untuk menahan air matanya.

Tiga...

Yohan mendekatkan mulutnya pada telinga Y/n, dan berbisik..

Dua..

"Selamat tidur, Y/n. Mimpi indah." Kata Yohan dengan suara serak karna tenggorokannya kering. Ia tidak bisa menahan air matanya kembali.

Satu.

Piiiippp---
Gambar di monitor menunjukkan garis datar.

...

[Epilog - End]



👇⭐👇

END ✓ 𝐒weet 𝐃reams 💭 [ 𝐒𝐞𝐨𝐧𝐠 𝐘𝐨𝐡𝐚𝐧 𝐱 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫𝐬 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang