mimpi aneh

1 0 0
                                    

Selena memasuki rumah yang lumayan besar untuk dihuni 1 keluarga, dengan energi tubuh kurang dari 25% menaiki anak tangga menuju kamar peristirahatan nya itu.

ruangan yang bernuansa putih beras yang dilengkapi 1 tempat tidur seukuran anak remaja, sebuah kemari kayu jati yang tua, seperangkat meja ditambah komputer yang dihiasi beberapa buku pelajaran sekolah.

Ditambah beberapa guraian daun daun plastik menambah kesan aesthetic pada ruangan cukup besar itu, tak lupa juga cermin yang bersender di samping meja belajar selena.

Tanpa membuka baju sekolah yang sudah bau matahari selena langsung merebahkan tubunya kedalam bisa lembut yang selalu digunakan untuk tidur. mencoba menutup mata dan sampai lah dia di dimensi ruang mimpi.

Berharap bertemu sang pria yang selalu menemani mimpinya namun harapan itu hilang karna yang hanya ia lihat hanya ruangan gelap dengan 1 titik cahaya. dengan perlahan mendekati cahaya tersebut lalu menggapainya.

selena dengan lekat menatap satu cahaya itu sampai cahaya itu mulai redup . selena yang mulai dibasahi keringat dan nafas yang sesak akan gelapnya ruangan itu. tidak ada yang bisa menolong dia, gelap sangat gelap. sampai dimana selena mulai pasrah akan hal yang menimpahnya.

"Meowww." suara yang selalu menjadi iringan saat pergi sekolah, suara yang selalu ia temui di sekitar jalan sekolah. selena sangat kenal suara tersebut, dengan pendengaran yang sangat jelas ia mengikuti suara khas kucing itu.

"kucing kau dimana, bunyi lagi dong. "
"meoww meoww"
"nahh itu dia kucingnya. "tepat didepan pintu yang berukiran daun maple. selena mengangkat kucing yang berwarna jeruk itu dan memutar gagang pintu lalu memasuki lapangan rumput yang luas lagi.

"Aku rasa yang tadi itu mimpi buruk deh, kek berasa mau mati aja tadi. " bulu kuduk selena yang sedikit naik membuat ciri khas seseorang yang ketakutan.

"eh kok kucing gembul ini ada disini, babu kamu siapa bisa bisanya ngelepasin kucing gemoy kek gini. " sambil mengelus perut sang kucing tiba tiba suara bariton yang ngebass pun muncul.

"moza, mozaa kau diamana." suara khawatir itu menyapa gendang telinga ku. aku tahu pasti itu suara pria yang aku temui di mimpi kemarin.

"ini kucingnya, tadi dia ada diluar pintu". ucapku

" mozaa ya ampun kau membuat ku panik." sambil mengangkat kucing itu kedalam dekapan sang pria.
"Terima kasih sudah membawa buntalan kapas ini, aku tidak tau harus membayamu dengan apa."

"Ttidak tidak ngga masalah kok." dengan sopan selena menolak pernyataan dari si pria 

"Hmn bagaimana kalau kau ikut aku minum teh di sebelah sana, disana ada kue tart yang sangat enak loh." ajak si pria

selena yang merasa cacing didalam perut nya yg mencakar dinding lambung itu ikut ajakan si pria, yaa namanya juga lapar.

mengikuti derap langkah manusia aneh satu ini, aku baru sadar kalau punggung nya sangat besar dan kaki nya begitu jenjang. selena mengamati setiap rinci tubuh manusia yang berada di depannya.

selena melihat ia yng sedang menurunkan buntalan kapas itu lalu lengan kekar ini menarik kursi putih itu dan memberi sedikit lambain ke selena untuk menduduki kursi tersebut.

setelah menempatkan bongkahan daging itu diatas kursi dengan telaten membuat sesuatu yang belum pernah aku coba. aku tahu bahwa yang itu buat adalah teh tapi teh ini sangat unik.

Aku tidak pernah menciun bau teh seenak ini, ini teh chamomile .

"apakah kau mau ku tambah gula?. "
"ah iya aku mau."

Setelah teh siap aku menaikan cangkir teh itu sebatas dibawah dada untuk menunggu agar teh itu sedikit lebih dingin.

Aku menatap pahatan muka yang bisa dibilang mendekati 99% kesempurnaan. sangat tampan melihat ia meminum teh dengan bibir merah seperti bunga mawar merah. apa dia pakai lipstik ya, akhhh aku jadi insecure dengan bibirku yang sedikit hitam.

"anu apa aku boleh bertanya?." tanya selena ke pria yang sedang menyirup teh.

"hmm tanyakanlah." jawab sang pria

"siapa kau, kenapa bisa ada disini."

selena yang melihat pria yang sedikit berpikir atas pertanyaan lawan bicaranya.

"hmm anggap saja aku hanya seorang yang selalu ada disini untuk menemanimu" jawaban si pria yang membuat selena yang sedikit bingung.

"namaku Nicholas, tapi kau bisa memanggilku nicho." ucap si pria yang sekarang bisa kita panggil nicho.

"owh kalau aku Selena, Selena Aizara." perkenalan dari selena.

"Hmn nama yang sangat cantik persis seperti orangnya. " sambil menaruh cangkir teh yang sudah kandas.

"apaan sih kamu buta atau apa, nih lihat kulit aja kek sawo busuk, bibir yang sedikit hitam, rambut yang pendek ga keurus, tinggi badan hany 154 dibilang kek bidadari. nicho butuh ke dokter mata nih." jawab cepat dari selena, kenapa selena bisa menjawabnya seperti itu karna ucapan selena sebuah fakta yang tidak bisa diubah.

"Tapi aku baru pertama kali melihat wanita secantik ini, yang bahkan wanita ini tidak tahu betapa rupawannya dia. "

lagi lagi ucapan nicho membuat pipi selena bersimpuh layaknya tomat.

setelah percakapan tadi hanya keheningan yang didengar sambil ditemani teh chamomile dan hembusan angin rumput.

"Hah.. Ha.. Ha.." deruh nafas yang tidak stabil karna terbangun dari tidur. setelah nafas yang teratur menatap kesetiap sudut ruangan.

kaki sedikit jenjang itu turun dari busa lembut itu , membuka pintu lalu turun ke dapur mengambil air untuk mengurangi dahaga kerongkongan ini.

sayup sayup aku mendengar suara wanita yang berusia 35 tahun an sedang menelfon di balik pintu kamar. ya itu bunda, tapi aku penasaran siapa yang ia telfon tengah malam ini.

Mendekatkan telinga ke dasar pintu dan bumm perkataan perkataan yang seharusnya tidak aku dengar pun membuat hati berdebar.

"iya sayang, aku udah lama menunggu mu. apa? tidak dia tidak dirumah dia sedang berada di Eropa mengurus pekerjaannya. siapa? selena? dia tidur. Hah.. aku harap dia tidur selamanya, aku tidak berharap untuk memiliki anak. lihat sekarang yang seharusnya aku bersamamu tapi aku diikat dalam suatu kertas bodoh dan mendapat gelar pembantu rumah. iya kemungkinan aku akan bersamamu 2 bulan lagi, iya aku mencintai mu sangat mencintaimu. "

Dengan perlahan selena mundur untuk memastikan bahwa ini tidak benar, selena tahu kalau bundanya tidak telalu dekat dengan ia, tapi ini suatu kenyataan yang pahit kalau selena tidak diinginkan.

berjalan kembali menuju kamar dengan air mata yang sudah menetes, mungunci pintu lalu terduduk lemas didepan pintu. menahan tangisan yang begitu sesak, orangtua yang seharusnya menjadi pahlawan bagi ia harus runtuh dengan kkenyataan baru ini.

sesak, dada ini sesak memukul mukul dada ini agar lebih tenang tapi ini begitu sakit.

Far awayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang